Dua orang ini tengah kebingungan perihal buku yang ingin Alika beli."Jadi novel nya yang mana yang kita beli?"
"Yang suamiku guruku aja kali ya Nay?"
"Hah? kamu yakin?"
"Emangnya kenapa?"
"Tapi kan Alika baru kelas lima sd."
"Trus masalahnya apa sama novel?" Bima mencubit pipi chubby Kanaya. Gemas.
"Yaa kamu pikir aja sendiri"
"Lagian kamu pake lupa segala! novel yang baru terbit kan banyak! ada bermacam-macam genre nya juga. Dan pastinya dari berbagai platfrom dong?"
"Gak tau Bima bingung" Bima menghentak-hentak kan kaki nya sembari berjalan menghampiri seorang wanita dengan rambut keriting yang tergerai, baju yang berwarna merah dengan strip berwarna kuning di kedua sisi tangan nya, serta celana jeans hitam.
"Mbak, kalo buku novel keluaran terbaru trus yang biasa dibaca sama sd apaan ya?"
"Maaf mas, baju saya emang mirip sama pelayan toko. Tapi saya bukan pelayan toko"
"Waduhh"
"Maap ya mbak"
"Y. Ganteng-ganteng kok sengklek!"
"Mbak saya bisa denger loh ya?"
"APA?!"
"Nggak mbak maaf nggak jadi" Bima berlari menuju Kanaya yang malah asyik tertawa melihat tontonan gratis tadi.
"Kanaya jahat banget malah ketawa" Bima memanyunkan bibir nya.
"Lagian kamu nya lucu" Kanaya menutup wajahnya dengan sebuah buku yang ia ambil tadi.
"Oh iya, tadi aku tanya sama Alika. Ternyata buku nya itu yang ini!"
"Ini tuh bukan novel, tapi atlas Bimaaa!"
"Sama aja."
"BEDAAA ISHH!!"
***
Dulu Kanaya sering menghayal ia bisa menikmati derasnya hujan diatas motor bersama orang yang ia cinta.
Sedikit lagi. Sedikit lagi khayalan itu bisa menjadi kenyataan. Tetapi mengapa orang yang ia peluk sekarang bukanlah Pra?.
Kanaya menghembuskan nafasnya gusar. Begitu melihat sosok Pra dari arah berlawanan dengan jaket kulit hitam nya, tengah menyetir motor dengan senyuman manisnya yang hampir tertutup derasnya hujan.
Bukan itu yang membuat Kanaya menghembuskan nafasnya berat. Tetapi sosok perempuan yang tengah memeluk mesra Pra.
"Perlu gue samper Nay?"
Kanaya hanya menggelengkan kepala nya dan langsung mengeratkan pelukan nya tehadap Bima.
"Kalo dia bisa kaya gitu, aku juga bisa kan Bim?" Bima tersontak kaget begitu merakasan sebuah kepala tengah bertopang di bahu nya.
"Jangan gini Nay. Gue takut makin gak bisa hilangin rasa ini."
"Iya Nay." Bima mengelus tangan Kanaya begitu ia ber pas-pas an dengan Pra dan Zeyra.
Tidak ada lagi senyum manis yang Pra tunjuk-kan. Kini hanyalah wajah dingin serta ketus yang Pra lihat kan kepada Kanaya serta Bima.
Sebelum Pra menambah kecepatan laju motornya, Bima sempat tersenyum miring seolah dirinya lah yang menang kali ini.
Setalah di rasa hujan berhenti, kedua nya memutuskan untuk berhenti di sebuah rumah kecil yang berada di taman. Tempat di pertemukan nya peri manis dan dewa tampan.
"Nay, lo serius mau pertahanin Pra?" tanya Bima sembari memasangkan Jaket ke tubuh Kanaya.
"Makasih Bim."
Kanaya menghembuskan nafasnya berat. Sebelum berkata "Aku nggak tau Bim. Pra itu unik, tapi ke unik-kan dia itu yang justru bikin aku bingung."
"Kalo udah ikut-ikutan bully lo, itu namanya bukan unik lagi Nay!"
"Tapi dia juga yang ngobatin aku Bim"
Bima mengusap gusar wajahnya. "Sialan!" kenapa Samuel Pradikta yang mengenal gadis kecil ini lebih dulu? mengapa bukan dirinya saja?.
"Tapi apa lo tahu kenapa sifatnya berubah 190% dari Pra yang dulu lo kenal?"
"Aku gak tahu. Semenjak masuk ke jenjang SMA, Pra udah jarang komunikasi sama aku, nada bicara dia langsung ketus ke aku, padahal sama cewe lain manis bangett. Sama kaya waktu dua tahun lalu dia janji ke aku."
"Janji?"
"Pra dulu janji, dia bakalan terus ada sama aku dan terus nyemangatin aku biar sembuh"
Bima memajukan wajah nya, sehingga ia lebih leluasa melihat indahnya bola mata hazel milik Kanaya.
"Nay, lupain Samuel mau ya?"
"Sulit Bim, dia udah bikin banyak kenangan sama aku"
"Lo udah tau kan gue nyimpen rasa sama lo?"
Belum sempat Kanaya menjawab. Lelaki di depan nya kini telah mendapat bogeman di pipi kiri nya.
"Bangsat lo!"
"Jangan pernah deketin cewe gue!"
Bima tersenyum miring saat melihat Samuel yang nampak kepanasan sekarang.
"Kenapa?, Kanaya aja yang hampir setiap hari liat lo sama Zeyra mesra gak kepanasan gini tuh" Ucap Bima sembari terkekeh pelan dan mengusap ujung bibirnya yang telah mengeluarkan darah.
"Bajingan!"
Kanaya segera mengahampiri kedua orang itu yang kini tengah saling adu jotos.
"Pra udah"
"Pra.."
BUGH
Kanaya terjatuh begitu mendapatkan pukulan di kepala nya yang disebabkan oleh Samuel.
"Kanaya!"
"Kana!"
"LO TUH BENER-BENER BRENGSEK EL!"
Bima menghampiri Kanaya yang telah pingsan di bawah sebuah pohon yang hampir rapuh.
Baru saja Bima ingin mengangkat Kanaya, Samuel langsung menggendong Kanaya ala bridal style.
"Gue pacar nya."
"BANGSAT!"