10. Kabar Buruk

15 17 1
                                    

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Mentari, Misha, dan Rainey memutuskan untuk mengunjungi Aurora cafe.

Sesampainya di sana, mereka memilih untuk duduk di spot favoritnya, yakni lantai atas. Tentu nya mereka memesan beberapa makanan dan minuman. Mentari membuka ponsel nya dan jarinya terlihat mengetik layar ponsel miliknya.

Mentari:
Mama sama papa pulang hari ini kan?

Pesan itu ia kirim kepada nomer mama nya, seperti yang diketahui kedua orang tuanya sedang ada urusan beberapa hari di luar kota, dan hari ini mereka memutuskan untuk kembali ke ibu kota setelah urusan nya selesai.

"Tar, lo tau nggak sih? Rainey lagi suka sama cowok!" ujar Misha membuka pembicaraan. Mentari yang sedang meminum orange juice tentu saja terkejut mendengar hal itu, dan tersendak. Rainey menepuk-nepuk punggung Mentari, hingga akhirnya batuk nya hilang.

"Lo serius?" tanya Mentari. Misha mengangguk.

"Hoax jangan percaya, nyebarin hoax mulu lo Mis. Gue bakal laporin lo ke kantor polisi, atas kasus penyebaran hoax alias berita bohong" kata Rainey.

"Bercanda doang kali Rai, masa sampe bawa-bawa polisi" keluh Misha

"Ya abis lo nya si" kata Rainey. Mentari hanya tertawa mendengar obrolan kedua sahabatnya itu, ia mengambil ponselnya yang berbunyi.

Ada pesan yang masuk ke dalam kontaknya.

Mama:
Iya sayang, mama sama papa pulang hari ini. Mentari tungguin ya?

Mentari tersenyum girang membaca pesan itu.

Mentari:
Iya dong, hati-hati ya maa!

Mama:
Iya sayang

Mentari kembali tersenyum riang, tentu saja hal itu membuat dua sahabatnya bertanya-tanya apa yang membuat Mentari tersenyum seperti itu.

"Kenapa lo senyam senyum?" tanya Misha.

"Ah gue tau, pasti lagi gara-gara si― siapa deh nama nya lupa?"

"Ghava maksud lo?" ujar Rainey sambil menaikkan satu alisnya. Misha menunjuk ke arah Rainey, seraya membenarkan ucapannya.

"Apaan sih lo, orang mama sama papa gue mau pulang hari ini. Ya jadinya gue seneng" kata Mentari.

"Ya kali aja gitu" ucap Misha. Mentari hanya memutar bola matanya malas. Tak lama setelah itu, ponselnya berdering menandakan adanya panggilan yang masuk. Ia lantas merambah ponselnya yang berada di meja.

Ternyata itu Raihan, kakaknya.

"Tari" ujar nya lemas dan diiringi dengan suara tangisan. Tentu saja itu membuat Mentari kebingungan dan panik ketika mendengarnya.

"Kak kenapa?" tanya Mentari dengan suara panik.

"Papa sama mama, Tar"

"I-iya papa sama mama kenapa kak?" ucap Mentari dengan suara yang tambah panik. Membuat Misha dan Rainey melihat ke arah Mentari dengan tatapan yang serius.

Raihan tak menjawab apa-apa, justru ia terdengar menangis.

"Papa sama mama―" lagi-lagi Raihan mengulang ucapannya.

"Iya kenapa kak?"

Raihan terdengar mengatur nafasnya supaya bisa berbicara dengan jelas. Ia menghela nafas.

"Papa sama mama kecelakaan, mereka masuk IGD sekarang"

Mentari yang mendengar nya tentu saja terkejut, dirinya seperti merasa di tusuk oleh ribuan pisau, dan itu merupakan kabar terburuk yang pernah Mentari dengar. Telapak tangan nya bergetar, membuat ponsel yang digenggamnya terjatuh.

Misha dan Rainey berpindah tempat, dan duduk di sebelah Mentari. Kedua nya memeluk Mentari yang mulai menangis dan mematung.

"Yang sabar ya Tar" ujar Misha yang masih memeluk Mentari.

"Iya Tar, gue tau kalo lo pasti kuat" sambung Rainey.

Namun Mentari masih mematung dan menangis. Misha mengambil ponsel Mentari yang jatuh, ia mendapati telfon Mentari dengan Raihan yang masih terhubung.

"Halo Mentari? Halo?" ucap Raihan

"Iya kak, ini Mentari nya nangis" kata Misha

"Ini Misha ya? Tolong bilang Mentari, jangan nangis, nanti kakak mau kirim alamat rumah sakitnya"

"Iya kak"

Misha menutup panggilan itu, dan sebuah pesan masuk ke dalam ponsel milik Mentari. Misha memberikan ponsel itu kepada empunya.

Mentari dengan cepat mengambil ponselnya dan melihat alamat rumah sakit yang di kirimkan oleh kakaknya.

"Kita anterin ya Tar?" ujar Rainey

Mentari menggeleng dan tersenyum kecil. "Nggak usah, makasih ya. Gue duluan"

Setelahnya Mentari bergegas menuju tempat parkir dan masuk ke dalam mobil miliknya untuk pergi ke rumah sakit tempat kedua orang tuanya di tangani. Mobil Mentari berhenti berjalan karena jalanan ibu kota yang padat.

Ia menghela nafas dan akhirnya muncul ide di pikirannya. Mentari mencari jalan lain yang tidak terlalu ramai agar dirinya cepat sampai di rumah sakit. Perasaannya kini tercampur aduk, panik, gelisah, sedih, itu semua ada dalam dirinya saat ini.

Tak lama akhirnya ia sampai di rumah sakit. Mentari sempat bertanya kepada salah satu suster dimana letak ruang IGD yang ada di rumah sakit tersebut. Setelah mengetahui nya ia sontak berlari menuju ruang IGD. Mentari mendapati seorang laki-laki dan perempuan yang tengah duduk di kursi panjang yang letaknya berada di depan ruang IGD.

Mentari menghampiri kedua orang itu dengan tetesan air mata yang mulai menetes lagi.

"Kak" panggil Mentari pelan. Sontak Raihan langsung melihat ke arah Mentari dan memeluknya.

"Papa sama mama baik-baik aja kan kak?" tanya Mentari lirih. Tetesan air mata Raihan menjadi lebih deras ketika mendengar ucapan adik perempuannya itu. Ia perlahan melepas pelukkannya dan memegang bahu Mentari sambil tersenyum.

"Kita doain papa sama mama terus ya?" ucap Raihan. Mentari mengangguk pelan mendengar ucapan kakaknya. Seorang perempuan yang sedang bersama dengan kakaknya menghampiri Mentari, ya itu Bella.

Bella memeluk Mentari dengan erat, ia membiarkan gadis itu menangis di dalam dekapannya. Bella paham betul apa yang di rasakan oleh Mentari.

"Mentari pasti kuat kok. Kita doain papa sama mama bareng-bareng ya? Tapi Mentari jangan nangis lagi dong, nanti cantiknya hilang" ucap Bella dengan suara lembutnya, yang membuat hati Mentari jauh lebih tenang.

Mentari perlahan melepas pelukkannya dan tersenyum ke arah Bella. Kini Mentari beralih ke sebuah kaca yang bisa melihat situasi di dalam ruangan IGD, terlihat kedua orang tuanya sedang di tangani oleh dokter dan beberapa suster.

Tangan Mentari menyentuh kaca tersebut.

"Papa sama mama baik-baik aja kan? Mentari mohon jangan tinggalin Mentari. Papa sama mama janji bakal selalu ada buat Mentari kan? Tolong tepatin janji kalian"

ucapnya dalam hati.

Setetes demi setetes air mata mengalir di pipi gadis itu, air matanya sudah tidak bisa terbendung lagi. Kini ia hanya bisa berdoa kepada sang pencipta, agar kedua orang tuanya baik-baik saja.

Vomments are truly appreciated! <3

Pink BeachTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang