17

3.1K 323 59
                                    

Hampir seminggu Abim di abaikan. Telfon, video call, dm, chat dan alat alternatif untuk menghubungi lainnya sama sekali tidak ada yang di balas atau pun di read sekali pun. Zakia benar-benar mendiaminya, padahal Abim sudah mencoba membujuk dan minta maaf.

Namun, sepertinya gadis itu tak ingin mendengar sepatah kata alasan yang keluar dari mulut kekasihnya.

Saat ini, tepatnya di teras rumah Aira. Di temani nasi goreng langganan mereka dan minuman bersoda. Abim kini tengah curhat, berkelu kesah tentang sikap pacarnya yang mulai bersikap posesif, cemburuan dan selalu menuduh yang tidak-tidak jika Abim dekat dengan salah satu teman perempuannya termasuk Aira.

"Jadi, akhir-akhir ini lo ngejauhin gue itu juga karna si Kia?" tanya Aira setelah beres mendengar Abim cerita.

Abim mengangguk sambil mengunyah nasi goreng petenya.

"Dih, bucin banget najis!" cibir Aira lebih terdengar sebagai gumaman.

Abim menatapnya tajam. "Ngaca bego, lo juga gitu ke si Raya. Bahkan lebih parah dari gue sampe—"

"Stop!" potong Aira jengkel. "Please ya, gak usah bawa-bawa hubungan gue sama Raya."

Abim menggerakan bibirnya komat-kamit untuk meledek Aira. Padahal yang mulai lebih awal Aira sendiri, Abim hanya membalas cibiran gadis itu.

Cukup lama mereka larut dalam pikirannya masing-masing, memikirkan bagaimana hubungan mereka ke depannya dengan pasangan masing-masing jika seperti ini terus. Yang satu selingkuhan dan satunya punya pacar tapi merasa tidak punya pacar, bayangkan saja seminggu di abaikan walau keduanya satu kelas.

Tiba-tiba terlintas di otak mereka untuk mengakhiri hubungannya dengan pacar masing-masing, tetapi itu segera di tepis karena keduanya masih menyayangi pacar-pacarnya itu.

"Aira." panggil Abim sambil menaruh piring yang sudah kosong tak tersisa, lalu ia meminum sodanya.

Gadis itu pun menoleh. "Apa?" sahutnya yang masih belum selesai juga acara makannya.

"Gue kayaknya mau putus."

"Sama Kia?" tanya Aira memastikan.

Abim mengangguk sebagai jawabannya.

"Gak nyesel?"

Abim kini bergidig. "Gak tau, kan belum nyoba."

Aira tersenyum sambil menggeleng pelan akan jawaban Abim barusan. "Kalo kata gue sih jangan," walau sebetulnya entah kenapa ia senang mendengar jika Abim akan memutuskan Zakia, namun di sisi lain Aira memikirkan perasaan Zakia. Bagaimana dulu gadis itu menceritakan tentang Abim padanya, menyukai Abim sejak lama, menanyakan makanan favorit Abim dan segala macam lainnya hingga akhirnya Zakia bisa berpacaran dengan sahabatnya berkat dirinya.

"Lo tau, Kia tuh udah suka sama lo dari lama, dia pasti sedih kalo lo putusin." Lanjut Aira menjelaskan, terlihat berada di pihak Zakia. Padahal sebelumnya ia tak suka melihat kebersamaan pasangan itu.

Abim terdiam.

"Jangan ya, Bim." Aira memegang jemari sahabatnya itu lalu memberikan senyuman hangatnya ketika Abim balas menatap Aira.

Abim menghela nafas berat lalu balas menggengam tangan Aira.

"Okey." putusnya menuruti saran dari Aira.

***

Lagi dan lagi entah untuk yang keberapa kali, pacarnya yang bernama Raya, sekolah di SMA Garuda. Tidak bisa menjemputnya, ralat. Mengantarkan dirinya ke sekolah, alasannya bahkan sudah basi di indera pendengar Aira.

"Si paling alasan!" cibir Aira, ia menghembuskan nafas kasar.

Semenjak Raya menjadikannya yang kedua, garis bawahi saat 'Aira sudah mengetahuinya' tentang Raya yang menjadikannya gadis yang kedua. Raya jadi kurang meluangkan waktu untuknya dan lebih memproritaskan gadis pertamanya.

Felicity [GxG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang