03 % bracelet from papa.

1.1K 139 1
                                    

publish : 13 Desember 2021.

%

Gagal mendapatkan tender besar membuat Junyi sedikit kesal, pasalnya perusahaan yang berhasil mendapatkan tender itu merupakan perusahaan yang jauh ada dibawah perusahaannya dan Jung Corp.

Junyi beberapa kali mengumpat, Mark pasti akan mengamuk. Setidaknya, bila perusahaannya gagal pasti perusahaan Jung Corp bisa mendapatkan tender itu.

"harusnya tadi aku meminta bantuan dari Huang Company." gumam Junyi pelan. "Ah, sialan! aku harus bisa mengambil kembali tender itu." lanjutnya, seringaian kecil perlahan muncul tatkala ia memasuki club, otaknya bekerja secara kasar menyusun rencana. "Bagaimanapun caranya(?)"

pemuda yang kerap disapa Junyi itu tersenyum miring, menekan nomor direktur utama perusahaan yang berhasil mendapatkan tender besar. "Hallo,btuan ryu?" Junyi menyapa ramah, suaranya normal terdengar sebab club yang ia masuki bukan sembarang club. Bukan club yang menyalakan musik sangat keras sehingga membuat siapapun yang masuk menjadi tuli. Bukan! ini club milik Jaemin, ruang musik untuk berdansa terpisah, ruang utama atau lobby didesain hanya untuk melakukan perjual-belian slave dan alkohol. "Refuse the tender, I'll give you tens of billions in exchange. Deal?" bahkan dengan cara menyuap sekalipun (?) "saya tau anda sedang membutuhkan uang untuk mengembangkan perusahaan anda."

merasa tak ada jawaban, Junyi kembali memancing secara licik. "I can give you hundreds of billions, if you will refuse the tender." ujarnya santai, mungkin karena ia memang memiliki banyak uang.

"tuan Jung, kita perlu bertemu untuk membicarakan ini secara serius."

Junyi tersenyum miring, "when?"

"i think now? Where are you now? I will go see you soon"

"club xxx, see you letter." Junyi mengakhiri panggilan secara sepihak, bernafas lega setelah melakukan cara licik. Tangan pemuda China itu terangkat guna memanggil pelayan, ia segera memesan alkohol dengan kadar paling rendah sebab tidak baik jika melakukan diskusi dalam keadaan mabuk.

saat sedang asik menunggu pesanan, netra tajam pemuda Jung itu mendadak menyipit tatkala tak sengaja melihat ruang kaca transparanㅡtempat negosiasi calon para master dengan slave. Kedua pupil mata Junyi membulat sempurna, tangan pemuda itu terkepal erat sampai uratnya terlihat. Detik berikutnya ia mulai beranjak memasuki ruangan tanpa permisi, dan menatap seluruh orang yang tengah melakukan negosiasi ilegal. Sontak hal itu membuat pemuda yang mengenakan kemeja putih berbahan satin oversize yang berdiri dipojokan ruangan berjengit kaget kala mendengar pintu kaca dibuka secara kasar. Telapak tangan pemuda itu mengenggam erat lengan kemeja yang ia gunakan.

"now you work as a bitch? wow.."

"astaga! hei, anak muda. Kau menganggu acara kami!" seru seorang mucikari.

Junyi mendengus kasar, menatap pemuda yang baru saja ia hina. "Apa kamu tuli? ya, Dianjia.. saya tau kamu butuh uang, tapi tidak dengan cara seperti ini! diluar sana masih ada banyak pekerjaan lebih baik dari ini."

Dianjiaㅡnama pemuda yang sama, ditemui Junyi disekolah, cafe bahkan rumah sederhana itu. Dianjia menghela lesu, "apa kamu peduli? bukankah seharusnya kamu senang karena aku hancur?"

"yes I'm glad you broke, but not like this. I'd rather destroy you my way, like your dad did to my dad." sarkas Junyi, ia beralih menatap mucikari yang kebingungan.

Junyi juga mengeluarkan bahkan langsung memberikan check uang yang sudah ia tanda tangani pada sang mucikari. "I bought it. it's up to you to write how much money on the check, I don't care."

5. How to not share?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang