......
••
2 minggu berlalu, dengan perasaan rindu yang makin teramat melonjak. Sang pangeran dan putrinya tak bertemu selama itu, kedua dari mereka di sibukkan dengan 'Kerajannya' masing-masing.
Tiada sempat bertemu, hanya bertukar surat menjadi penghubung.
(Name) pun merasa jengah juga akan hari-hari nya, tidak bertemu dengan William selama itu adalah sebuah pengalaman baru. Dan tampaknya pengalaman itu, termasuk hal yang tak ingin gadis tersebut coba lagi.
"Ingin ku berdiri disebelah mu, menggenggam erat jari-jari mu.."
Dia membatin, sudah bosan dengan kegiatannya yang menjadi pebisnis. Tapi bukan berarti ia ingin berhenti dari pekerjaannya yang menguntungkan ini.
(Name) hanya ingin bersama William, beristirahat saja meski sejenak.
".. Mendengar cerita-cerita mu, seperti waktu itu.."
"....Saat kau disisiku-"
Telapak tangan gadis itu yang semula tergeletak begitu saja di atas meja tiba-tiba terkepal. Rasa menggebu-gebu mendadak menelusup pada hatinya.
Dengan segera si pemilik manik zamrud itu mengambil sebuah kertas lalu menuliskan sesuatu diatasnya secara cepat. Dan tanpa berlama-lama, atau memeriksa tulisan kembali.
Si nona pengusaha langsung mengirimkan surat itu menuju ke sang Komandan miliknya, menggunakan burung surat.
"Dan tunggulah aku disana, memecahkan 'celengan rinduku' ini!"
—·(Name) (LastName)
━━━━━━━━━━━━━━━━━━♡ෆ
....
••
William tengah mengerjakan laporannya untuk Kaisar Sihir, sembari juga membaca hasil laporan dari anak buahnya. Hal itu terus berulang hampir setiap harinya.
Dia merasa bosan, tapi tetap profesional.
Tak seperti 'si kawand satunya' dari Banteng Hitam-
Pemuda itu menghela nafasnya. Sembari menopang dagu dengan raut datar di balik topeng. Pada awalnya semua berjalan normal, hingga sebuah surat tiba-tiba datang ke mejanya.
William mengenali burung surat milik siapa itu, ia sangat senang saat burung tersebut melemparkan secarik surat ke mejanya. Komandan Fajar Keemasan itu langsung membuka surat dan membaca pesan yang dikirimkan dari cintanya.
Setelah membaca, William agak kebingungan.
"... Memecahkan, celengan rindu? Apa itu?"
Namun saat dilanda bingung, akan surat tak biasa dari 'Rumahnya' ia tersentak ketika Mana yang begitu William kenali mendekat.
"...(Name)..?" Dia bergumam terkejut. Dan langsung beranjak dari kursinya untuk memeriksa keluar.
"..Apa ini sungguh (Name)? Aku tak salah bukan?" Dia berpikir, dan secara perlahan berjalan menuju ke pintu.
Mana yang William rasakan semakin mendekat, hingga setelah begitu dekatnya William makin merasa tak percaya.
"Sungguh..ini Mana kekasihku?–"
"William! Apa kau didalam?!" Suara itu, sudah jelas milik sang pujaan hatinya!
William tanpa berlama membuka pintunya untuk memastikan, dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah sang terkasih. Namun ia terkejut karena (Name) datang dengan raut yang tampak kesal.
"A-ada apa..(Name)?"
"Pertanyaan bodoh, kau masih bertanya setelah surat yang kuberikan?" Tanya gadis itu datar.
"Tentang.. memecahkan celengan rindu itu? Aku bahkan tak mengerti maksud mu.."
"Ck, kau bodoh dan cerdas di saat yang sama, William.." (Name) menghela nafas gusar.
"Dan..apa yang membawa mu kesini? Kau perlu sesuatu, sayangku?"
"Ya aku perlu, perlu dirimu. Hari ini kita akan melakukan banyak hal bersama, tanpa penolakan!" Tegasnya pada sang komandan.
"Seperti...apa?"
"Berboncengan dengan mu mengelilingi kota, menikmati Surya perlahan menghilang.."
"... Menunggu hingga kejamnya waktu, akan menarik paksa kau dari pelukku lagi. Itu yang akan kita lakukan."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐞𝐥𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐑𝐢𝐧𝐝𝐮; William Vangeance
Fanfiction❝𝘋𝘢𝘯 𝘵𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶 𝘥𝘪𝘴𝘢𝘯𝘢, 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘤𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘤𝘦𝘭𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘳𝘪𝘯𝘥𝘶 𝘬𝘶..❞ -Fiersa Besari Based on a song by Fiersa Besari ━━━━┅━━━┅━━━━ 𝘿𝙧𝙖𝙗𝙗𝙡𝙚 Written by: sanss_tuyy William Vangeance ©Yuki Tabata