06

381 75 2
                                    

Dan tunggulah aku disana..





••








Kala itu sudah satu pekan sejak berlalunya kejadian 'salah pengertian' yang dilakukan oleh William. Mungkin pemuda itu berfikir jika refreshing yang dilakukan gadisnya akan berguna..













..Tapi nyatanya tidak.








"Apa sudah lebih baik, sayang?" Tanya Wiliam pada (Name) yang kini terbaring di sofa ruang kerjanya.




Sang nona berkata jika dia mengalami pusing tiba-tiba. Wiliam yang pada dasarnya amat mencintai (Name), tentu saja khawatir dan langsung mengunjungi.




Dia sungguh tak ingin sakit kepala itu bertambah buruk. Bahkan berubah menjadi sesuatu yang akan mengancam nyawa gadisnya. Maka sejak awal, semua seketika di tanganinya.






".. Sepertinya begitu, terima kasih komandan ku.." ucap (Name) tersenyum lembut.



Sebuah rona timbul pada durja kasihnya. Menciptakan rasa malu hingga sejuk untuk sang teruna. Melihat bagaimana akhirnya si nona telah mengukir garis indah pada wajah.





"Bukan masalah, apapun untuk (Name) ku."








"Sungguh? Ah.. aku jadi malu.." ucap gadis itu sedikit terkekeh.





Wiliam merasakan senang ketika nona pengusaha nya ini tertawa untuknya. Pemuda itu lantas duduk tepat di bawah sofa (Name) sembari melepas topeng yang ia kenakan.



Memperlihatkan kutukan yang memenuhi area bagian atas wajah nya. William tak malu menunjukkan hal itu pada sang kekasih, karena dahulunya itu adalah tes untuk menguji (Name).




Dan beruntung nya (Name) lulus dari ujian ketulusan William. Gadis bangsawan itu tak masalah akan apa yang terjadi pada wajah si Komandan, dia menerima dan menyukai semua tentang William.





".. Sangat tampan ternyata kekasih ku ini.." ujar (Name) mengubah posisinya menghadap yang tercinta.





Tangan itu bergerak mengelus surai bersih disana sembari bergerak turun hingga ke dagu. William begitu menikmatinya, telapak hangat dan empuk (Name) adalah kesukaannya.





Bukti dari itu adalah ketika Komandan Fajar Keemasan tersebut menghentikan kegiatan (Name) lalu mulai meletakkan telapak itu di pipinya saja seraya menggenggamnya juga.






"..Dan nona pujaan ini adalah seorang paling indah di dunia."







Dia berkata, tersenyum manis kepada yang di anggap sebagai dunia nya.








━━━━━━━━━━━━━━━━━━♡ෆ






.. Memecahkan, celengan rinduku.









••










Keduanya menghabiskan waktu bersama. Tak terasa jika hari mulai senja saat ini. Berbincang dengan belahan jiwa dan dunia serasa milik berdua itu memang melupakan seseorang akan segala hal.




Tiap detik yang terlewat begitu berarti. Tiap jam yang lalu menjadi bermakna.







"..Benar bukan? Aku juga tak menyangka akan menjadi seperti ini. Padahal aku hanya berniat sedikit lembur, tapi hingga pagi mataku belum menutup."





"Lain waktu, aku tak ingin lagi mendengar hal ini terjadi, (Name). Aku sudah memintamu agar tak membebankan tubuhmu, bukan?"







"Y-ya.. maafkan aku."









"Aku begitu menyayangi tubuh (Name) dan jiwa serta hati di dalamnya. Tak ingin ku biarkan salah satunya rusak, tidak akan."





Wiliam berkata penuh keyakinan. Dia memantapkan hal itu pada sukma, tiada yang boleh menyakiti nona manis nya. Bahkan sang pemilik tubuh itu sendiri.




Setelah mereka membicarakan tentang mengapa (Name) yang lembur hingga kelelahan saat itu.






Kepala keluarga Vageance ini memang mencintai dengan dalam akan sosok (Name) (LastName). Setelah bagaimana pertemuan mereka di sebuah perpustakaan lalu berubah menjadi teman hingga akhirnya berkencan.




Itu momen terindah ketika (Name) memeluk William walaupun ia baru di beri kenyataan jika kasihnya ini, memiliki kutukan sejak dahulu. Tiada kejut atau takut di raut, hanya kata-kata tulus dari kalbu gadis itu.






Keheningan pun sempat melanda diantara keduanya. Ketika mereka saling berbagi pandangan bersama. Menikmati ketika netra obsidian bercampur amethyst.




Sebelum akhirnya (Name) memutus kontak ketika ia mencium dahi sosok dihadapannya.








Sebelum akhirnya (Name) memutus kontak ketika ia mencium dahi sosok dihadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








"Sampai saat ini, sejak dahulu dan ketika aku pergi nanti, kau adalah cahaya fajar ku. Aishiteru yo, William"

𝐂𝐞𝐥𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐑𝐢𝐧𝐝𝐮; William VangeanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang