05

392 75 4
                                    

Ingin kubakar dia yang sering, mention-mention dengan mu di Twitter..





••




Hari ini Wiliam sedang berpatroli bersama sang wakil komandan, Langris Vaude. Mereka terbang menggunakan sapu mengamati tiap-tiap daerah yang di perintahkan.



William tampak melakukan pekerjaannya dengan profesional, begitu juga Langris. Meski adik dari Finral Roulacase itu kerap berkomentar tentang masyarakat di kerajaan Clover.



William tak begitu masalah akan wakilnya yang belum bisa menghargai para 'kelas bawah'. Tapi satu hal pasti, tentunya jangan sampai menyakiti mereka secara fisik saja, sudah cukup untuk sang Komandan.




"Cuaca yang indah, suhu nya pun sangat baik. Bukan begitu, Vagance-sama?" Ujar Langris sedikit tersenyum.







"Benar, hari yang indah.."





Keduanya menarik nafas panjang. Merasakan udara segar dari angkasa dengan dersik yang menerpa. Tepat sebelum ketika suatu kebetulan terlihat.




"Tunggu, Vagance-sama. Apa itu..kekasih anda?" Celetuk Langris menunjuk suatu desa.



Sang teruna terkejut lantas mengikuti arah jari wakilnya mengarah. Dan terlihatlah disana, diantar kerumunan adanya seorang gadis muda.



Yang begitu William kenali hanya dari postur dan surai [Hair Color] satu-satunya di Clover. Komandan itu tertegun sejenak.
















"......."













"Langris, bisa kau lanjutkan patroli tanpaku? Aku harus memastikan sesuatu sebentar." Ujar Komandannya tepat sebelum terbang menukik menuju desa dibawahnya.



Calon kepala keluarga Vaude itu mengerti akan kondisi Wiliam, dia lantas membiarkan bos nya untuk melakukan apa yang harus dilakukan. Sementara dirinya melanjutkan tugas.








"..Untukmu, jelata yang seenaknya bersama nona (LastName).."


"..Aku tak mengharapkan keselamatan mu sih.."


































Saat ini (Name) tengah berbincang dengan salah satu kenalannya. Gadis itu datang jauh-jauh dari ibukota menuju ke desa pinggiran hanya untuk bertemu orang itu.





Mereka berjalan berdampingan dengan santainya bersama.






"Lihat? Sudah ku bilang, nona (Name). Itu sangat berkualitas!"





"Sepertinya kau benar, jadi? Apa kita–"





Namun saat tengah di perbincangan, Mana pekat yang begitu (Name) kenali muncul dari arah jam enam. Sontak gadis itu berbalik dan benar adanya mendapati sang kasih.



Dan dari tatapannya saja, sang nona bangsawan tahu jika ini bukan pertemuan hangat.





"William..? Apa yang kau lakukan disini?"




"Apa yang kulakukan disini? Justru apa yang kau lakukan disini, (Name)?" Tanya Wiliam menghampiri.



Gadis yang ditanya menaikkan satu alisnya bingung.
"He? Aku hanya bertemu dengan Hakuji saja, rekan ku."




"Maksud mu lelaki ini?" Ujar sang pemuda menunjuk seseorang dibelakang (Name).






"Y-ya.. apa ada yang salah?"




Wiliam mendengus dingin. Lalu dia menatap tajam Hakuji, lelaki yang dikata rekan oleh sang kekasih. Pemuda itu tak langsung percaya.




"Kenapa kau bertemu dengannya di wilayah pinggiran, berdua saja, (Name)?" Tanya Wiliam tertahan amarah.


















"......."













━━━━━━━━━━━━━━━━━━♡ෆ








Namun kau selalu meyakinkan ku, tuk tumbuhkan rasa percaya..

..Bukan rasa curiga.









••








(Name) baru menyadari apa yang terjadi disini. Melihat bagaimana Wiliam yang kesal, dan panik nya Hakuji.




Gadis itu sadar, jika komandan kesayangan itu kini tengah salah paham.






"Dasar dia ini, biasanya selalu tenang di setiap situasi. Kenapa sekarang meledak-ledak?"



Akhirnya karena sadar hal tersebut, entah mengapa membuat perasaan lucu untuk (Name). Dia mendengus sedikit sambil memegang pundak Wiliam.




"Ini tidak lucu, (Name). Cepat jelaskan saja siapa dia dan mengapa kau bersamanya." Ujar Wiliam tegas.




Namun sebuah sengiran tercipta di bibir sang nona. Menciptakan rasa keheranan bagi Wiliam maupun Hakuji.




"Semua yang berada di pikiran mu tentang nya dan aku..itu semua salah, sayang." Ucap (Name) menjelaskan.








"T-tunggu apa?–"







"–Hakuji sebenarnya memang rekan bisnis ku. Dialah yang menjadi pemasok bahan bangunan untuk bisnis properti ku sekarang. Jadi aku bermaksud kesini untuk bernegosiasi dengan nya dan melihat ketersediaan bahan-bahan, itu saja..."





(Name) menjelaskan secara lugas, membungkam Wiliam yang dikejutkan akan fakta itu. Dia tak menyangka jika pria yang akan ia bunuh tadi, adalah orang penting pada pekerjaan belahan jiwa nya.



Wiliam tertegun, dia sedikit gelagapan karena malu telah menuduh sembarangan. Apalagi mengingat bagaimana kondisi (Name) dua hari lalu yang begitu memprihatinkan. Kelelahan dari balik meja kerja.



Dan mungkin ini adalah cara gadisnya untuk melepas stres dari kertas di ruang kerjanya, dengan melakukan survei lapangan.




Setelah beristirahat fisik seharian penuh..









..Maka sekarang nona (LastName) akan mengistirahatkan pikiran dan emosi nya.






"A-aku.. sungguh telah salah mengartikan situasi, maaf karena menggangu mu..sayang."

𝐂𝐞𝐥𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐑𝐢𝐧𝐝𝐮; William VangeanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang