another life
[ San x Yeosang ]*+:。.。 。.。:+*
Semoga kita bisa bertemu di kehidupan selanjutnya...
.
.
San duduk di salah satu bangku taman yang ada di rumah sakit kota tersebut. Ia duduk disana seorang diri. Baginya tempat itu adalah sebuah kenangan. Kenangan dimana ia pertama kali bertemu dengan sosok yang selalu dirindukannya.
Sore ini tampak mendung. Orang - orang mulai pergi meninggalkan taman. Takut akan terkena terpaan hujan. Namun, San memilih untuk tetap bertahan disana. Sampai akhirnya langit benar - benar menumpahkan seluruh tangisannya. Dan San belum juga beranjak dari posisinya.
"Ah, mengapa langit seolah tau jika aku tengah bersedih," ucap San sambil mengadahkan wajahnya ke atas. Merasakan tetesan - tetesan air hujan yang membuat wajahnya basah.
Hari ini, hari ke lima belas bulan ketiga. Hari dimana sosok yang sangat dirindukan San, pergi meninggalkannya selamanya.
.
.
7 tahun yang lalu...
"Aku pulang duluan. Semoga kau lekas sembuh, teman."
Setelah berucap begitu, San segera keluar dari ruang rawat inap yang penuh sesak itu. Choi San tidak benar - benar akan pulang. Ia hanya ingin keluar dari ruangan itu.
Kini pemuda yang berusia 20 tahun itu hanya berjalan tak tentu arah. Sampai kedua tungkainya membawa dirinya ke taman di rumah sakit. Ia duduk di salah satu bangku. Memperhatikan semua kegiatan orang - orang di sana. Bercengkrama, bermain, menikmati pemandangan, atau hanya diam duduk di atas kursi roda tanpa pergerakan berarti seperti yang dilakukan seorang pemuda tak jauh dari San.
Dengan inisiatif, San berjalan mendekati orang itu. "Hai!" Sapanya ramah. Bisa San lihat, pemuda itu berjengit kaget saat ia sapa.
"Oh, hai!" Balas si pemuda ramah pula. "Apa ada yang bisa aku bantu?"
"Ah, oh. Tidak. Kupikir kau kesepian. Jadi, aku berinisiatif untuk menemanimu. Ngomong - ngomong namaku Choi San."
"Aku Kang Yeosang."
"Nama yang sangat indah. Sesuai dengan rupamu yang juga indah."
Yeosang memerah ketika San memujinya. Wa-wajahnya tidak terlihat aneh, kan?
"Ahahaha... Manis sekali..."
Lagi, Yeosang memerah. Ah, sepertinya bukan karena malu. Tapi, karena cuaca. Hmm, Yeosang yakin sekali karena sinar matahari sedang terik - teriknya.
San menjerit gemas dalam hati. Kenapa manusia di hadapannya sungguh menggemaskan. Mungkin setelah ini ia harus berkonsultasi dengan dokter jantung. Sebab sedari tadi jantungnya tak berhenti berdebar melihat rupa Kang Yeosang.
"Apa kau selalu begitu terhadap orang yang baru saja kau temui?" Tanya Yeosang.
San mengusap - usap dagunya yang sedikit ditumbuhi rambut. "Sepertinya tidak. Aku melakukan ini hanya padamu seorang."
Kembali pria manis dalam balutan baju rumah sakit itu memerah. Tangannya terarah untuk memukul pelan lengan pria di sampingnya. "Berhenti menggodaku."
"Kalau begitu kau juga harus berhenti," ucap San. Membuat Yeosang berpikir apa yang telah ia perbuat terhadap pria Choi ini. "Berhentilah bersikap manis. Bisa - bisa jantungku meledak jadi berkeping-keping," lanjut San sambil memegang dadanya dramatis.
