Bebas.
Begitu yang Kiluna rasa sejak awal menginjakan kakinya di Seoul, Korea Selatan.
Kiluna benar-benar pulang ke rumah Pamannya.
Bersama Yeonjun, keduanya melanjuti jenjang perkuliahan, mereka bertetangga dan selalu pergi-pulang Kuliah bersama.
"Paman, Yeonjun mau kesini?"
"Iya, katanya bentar lagi."
"Emang mau ngapain?"
"Mau main katanya."
Gadis remaja akhir itu tersipu riang, meninggalkan Paman Jefri di meja ruang makan.
Hendak menyambut kehadiran pemuda yang akan datang, tak lama begitu Kiluna sampai didepan rumah terlihat Yeonjun melangkah sembari membawa gitar.
"Heh, ngapain bawa gitar?"
"Yak, jangan menggunakan bahasa Indonesia, kamu harus terbiasa."
Yang diingatkan terkekeh menggaruk kepala sengaja, lekas keduanya masuk kedalam gubuk polos pada ruangan utama.
"Kenapa kamu membawa gitar?" Tanya Kiluna seusai keduanya terduduk didepan televisi.
Kiluna terkadang salah bicara sewaktu lagi ada kelas kuliah, ditanya oleh teman ataupun dosen tapi malah dijawab dengan bahasa Indonesia.
Yeonjun kadang yang jadi korban, terpaksa menerjemahkan walau akhirnya Kiluna mengulang jawaban kembali dengan bahasa Korea.
"Aku mau membawakan lagu untukmu." Jawabnya berirama.
Cengiran khas Yeonjun terpatri, seolah hendak mengisi kekosongan hati yang sudah lama menanti.
Kiluna cuma manggut-manggut, tidak bisa menolak kalau Yeonjun bertingkah apapun.
Selama ini yang paling berjasa dalam hidupnya beliau, Kiluna selalu menurut dan menerima apa mau Yeonjun.
Baru Kiluna menunggu jari jemari Yeonjun memetik gitar menghasili lantunan senandung, Yeonjun menengok.
"Eh tunggu bentar deh, aku mau minum." Yeonjun berdiri mendekati dapur tanpa ijin, sudah biasa begini kalau ia lagi di rumah Kiluna.
Ini gara-gara Paman Jefri yang selalu bilang anggap saja seperti di rumah sendiri jadinya Yeonjun kebiasaan.
"Annyeong, ahjussi."
(Halo, Paman)
Sapanya ketika Jefri masih duduk nyaman di meja makan, menunggu perutnya yang masih kenyang.
"Eh Yeonjun, sudah bertemu dengan Kiluna, kan?"
"Sudah." Yeonjun mengangguk lalu kembali ke ruang tamu usai mengambil gelas berisi air.
"Kelamaan, masa pake acara haus?" Komen Kiluna menyilangkan tangan di depan dada, Yeonjun duduk di sebelahnya menyimpan gelas di atas meja.
"Dengarkan ini." Kali ini sungguhan, Yeonjun mulai memainkan gitarnya di hadapan Kiluna.
Bibirnya bernyanyi sebagai teman senandung, mulai menyeruak kepenjuru ruangan.
Kiluna mengulum bibir terkesima, menikmati lantunan bersama desiran dada yang ikut berdebar menyesuaikan irama.
Cuma tiga menit dalam satu lagu, tak lama selesai Kiluna bertepuk tangan mengapresiasi karya musik yang dibawa Yeonjun.
"Itu lagu apa?" Tanya Kiluna bersama manik berbinar, masih terpesona.
"Lagu tentang perjalanan pulang, aku nyanyikan karena menurutku ini cocok untukmu."
Sempat bergeming dalam lamunan, Kiluna tersadar sewaktu menemui seutas alur cerita didalam lagu tersebut.
Kiluna tersenyum, Yeonjun menyimpan gitarnya lalu merentangkan tangan, mengajak Kiluna masuk kedalam pelukan.
"Kamu berhasil pulang bersamaku Kiluna."
"Itu semua berkat kamu."
Membuat keinginan di atas langit, berharap kita akan saling mengingat satu sama lain.
Tentang kau, penjemput jalan pulangku. Dan aku, teman seumur hidupmu.
—WAY HOME—
(Selesai)
(!) Disarankan memutar lagu dibawah ini.
Halo Unbin, terimakasih banyak sudah meluangkan waktunya ke perjalanan pulang sampe tiba di tujuan, yaitu... selesai!
Maaf selagi masih banyak kekurangan, perihal yang gak paham boleh banget tanyain aja oke, pasti dijawab.
Aku bener-bener gak bisa bahasa Korea. Jadi kalau beberapa dialog disini ada yang salah, saling mengingatkan aja ya.
See you, Unbin♡
KAMU SEDANG MEMBACA
WAY HOME | Yeonjun
Fanfiction[Ministory] [Selesai] Namanya Choi Yeonjun, sang petunjuk jalanku menuju rumah pulang. Sebenarnya aku tak tersesat. Tapi, hanya mustahil untuk menginjakan kaki di rumah itu. "Kil, pulanglah bersamaku." @eunbin_c Semi baku. {Semi lokal} [Korea-Indone...