Sebelum malam hampir menjelma, dua insan perancang rencana mengubah awal niat mereka.
Yeonjun batal mengajar bahasa kampung halamannya kepada Kiluna, sewaktu di tanya tadi si gadis ternyata sudah mahir berbahasa Korea.
Rencana berganti menjadi sebuah cerita, keduanya terduduk lesehan diteras atas, tersambung dengan kamar kost-an Kiluna.
Meminum es jeruk dengan cemilan gurih asin, keduanya saling menikmati suasana malam kota Jakarta.
"Kamu hebat, Kil."
"Kenapa?"
"Belajar bahasa Korea sendiri."
"Sebagian nonton Youtube sih Jun."
"Sama aja itu belajar sendiri, kamu hebat."
Tatkala lisan Yeonjun membenahi banyak pujian.
Kiluna sedikit tersanjung disana, menatap bintang yang hanya ada sedikit dilangit gelap.
"Gua belum terlalu lancar, kadang jadi males juga gara-gara suka di ejek temen."
"Diejek gimana?"
"Katanya gua itu terlalu banyak mimpi, hidup di Jakarta aja susah, ngapain belajar bahasa Korea? Katanya gitu."
Yeonjun terkikik, gemas dengan nada bicara Kiluna yang lucu.
Baru kali ini Yeonjun tau kalau seorang Kiluna juga bisa berperasaan, tidak jutek seperti awal ia kenal.
Fakta yang lebih menarik, Kiluna mempelajari bahasa dari negaranya, diam-diam dan tanpa sosok pengajar.
"Biarin aja, orang-orang yang begitu emang sukanya ngejulid." Belanya, sayup terselip suara tawa kecil ketika bicara.
"Eh?, lu tau arti ngejulid?" Tanya Kiluna heran.
"Tau lah, Kil. Sebenarnya gua juga bisa pake aksen orang betawi kayak begini."
Kiluna kaget sewaktu Yeonjun semena-mena menggunakan khas bicara orang Jakarta.
Amat fasih, Kiluna kira Yeonjun tidak sepintar itu. Saking bisanya, terkadang Kiluna lupa kalau Yeonjun orang luar negeri.
"Kalau gitu kenapa gak pake 'lu gua' aja sama gua?"
"Terkesan gak enak Kil, pakai aku-kamu kan lebih terdengar lembut." Tolaknya menggeleng.
Bergeming lalu mengangguk, lambat laun lisan Yeonjun mengelus kehangatan ditengah suasana sejuk.
Menggertak suasana hati yang asalnya terkesima dengan keahlian dua bahasa Yeonjun, Kiluna tersentuh.
"Ya udah, mulai sekarang aku mau jadi lembut juga deh biar kayak kamu." Putusnya yakin.
Lekas diberi netra penuh binar dari sang putra, anggap saja sebagai hadiah kecil untuk Kiluna.
Merengkuh hati tanpa bersentuhan, hari ini keduanya lebih mengenal satu sama lain dibandingkan hari kemarin dengan perantara seutas cerita unik.
Sewaktu suara serangga malam samar terdengar, Yeonjun berbalik badan, hendak menengok waktu dan menentukan jam pulang.
Tapi perhatiannya cekatan
terenggut oleh secarik kertas yang menempel dibawah jam dinding sana.Sebuah catatan kecil yang ditempel dengan solatip bening.
Paman, aku akan pergi ke Korea sebelum umurku 20 thn, aku janji.
—Pramadita Kiluna.
"Tulisan kamu Kil?" Yeonjun penasaran, mendekati tembok polos yang menyimpan sepenggal pesan tersebut.
"Iya Jun, hehe. Iseng aja."
Hiraunya begitu tau kalau Yeonjun sadar, ikut berbalik badan untuk memerhatikan Yeonjun yang masuk kedalam kamar.
"Kamu pengen ke Korea?" Kembali ditanya, Kiluna menuruni pandangan kemudian mengangguk.
"Aku pengen ketemu sama Paman aku." Jelasnya, perlahan air wajah Kiluna semu meredup dari yang sebelumnya.
Yeonjun mendekat, disebelah Kiluna ia mengelus punggungnya ragu menatap.
Apa dia salah bertanya? Takut buat Kiluna duka tapi penasaran akan keinginan yang tersurat didalam secarik kertas.
"Emang Paman kamu kemana? Eh iya, Orangtua kamu juga?"
Salah, maaf. Yeonjun cuma berani bertanya, asal muasal Kiluna tinggal sendirian dan belajar bahasa negaranya pula ia tidak tau sama sekali.
Bersama perasaan ragu Yeonjun didiamkan beberapa saat, Kiluna tidak terlalu lama menengadahkan kepala.
"Panjang deh ceritanya Jun, kamu mending pulang aja sekarang."
"Besok aku cerita, udah malam."
Nah, paham gak tuh? Jadi di prologue, Kiluna dikata pengen jadi pemain drakor karena belajar bahasa Korea terus.
Bagas itu memang mantan Kiluna, gak akan terlalu berefek sama alur kok, kapal Kiluna & Yeonjun berlayar tanpa hambatan.
Ya... kecuali kalau ombaknya kenceng pasti tenggelam:)
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
WAY HOME | Yeonjun
Fanfiction[Ministory] [Selesai] Namanya Choi Yeonjun, sang petunjuk jalanku menuju rumah pulang. Sebenarnya aku tak tersesat. Tapi, hanya mustahil untuk menginjakan kaki di rumah itu. "Kil, pulanglah bersamaku." @eunbin_c Semi baku. {Semi lokal} [Korea-Indone...