O.O2

2.1K 230 7
                                    

"Wawancarai dia?"

Alex mengangguk semangat. "Ya! Dia dari Jepang, dan dia juga cukup terkenal. Lo uda ketemu dia kemarin kan?"

Doyoung mengangguk pelan. "Ya iya."

Dengan semangat juga Alex mengeluarkan sebuah majalah dewasa dan menunjukkan pada Doyoung.

"Lo juga pasti tau Nico si model terkenal itu kan! Dia baru aja ngeluarin majalah baru dengan foto yang cukup telanjang dan vulgar. Dan Travis itu fotografer nya!"

Sementara Alex sedang mengoceh hal yang sangat membuat Doyoung malas walaupun dia cukup ternganga dengan penjelasan dari Alex mengenai Travis itu.

"Nih ambil. Lo juga pasti tau foto-fotonya, itu juga cukup terkenal."

"Uh..!" Doyoung sedikit bergidik ngeri saat mengambil majalah dewasa itu dari Alex.

Sontak itu membuat Alex mendengus. "Jangan sok ngeri gitu, itu nggak jauh beda sama novel dan komik dewasa yang lo buat."

"Sialan!" Umpat Doyoung kesal.

Doyoung kembali menatap majalah yang dia pegang lalu mengamati semua hasil jepretan yang di ambil oleh Travis.

Dia akui kalau hasilnya sangat bagus juga memuaskan. Tapi ini bingung masih bisa si bilang seni atau bukan soal foto pornografi ini. Tapi dia harus sadar diri juga.

"Baca informasi ini juga kayaknya menyangkut tentang masa lalu orang itu..,"

Doyoung menghela nafasnya lelah.

"Kenapa kita harus ngelakuin wawancara ini sama fotografer? Dalam majalah gosip dan hiburan lainnya?"

"Mencoba hal yang lain! Buat aja dulu sebelum deadline nanti, siapa tau nanti dia bisa bantu lo untuk cari inspirasi cerita dewasa lo itu!"

"Lo anjing ya emang alex!"

Alex hanya tertawa menanggapi umpatan yang di lemparkan Doyoung untuknya. Ini sudah biasa bagi mereka berdua.

"Jangan menganggu ini. Dia bahkan menolak wawancara lain dan memberikan ekslusif nya."

"Sebenarnya itu cukup aneh. Kenapa dia nolak mereka semua yang minta untuk wawancara aja?"

"Lo harusnya paham, lex. Kebanyakan orang berfikir lebih banyak wawancara sama aja kayak lebih banyak publikasi. Dan nggak semua orang nyaman sama itu!"

Alex mengangguk paham. Dia paham betul kenapa fotografer itu selalu menolak banyak orang hanya sekedar untuk wawancara.

"Gw tau sebenarnya. Tapi itu juga kesalahan yang cukup besar, orang inj nggak bertemu siapapun kecuali yang terkait sama pekerjaan. Tapi dia nolak juga karena para wartawan itu juga yang main dobrak tanpa buat janji sama dia."

Alex menyeruput air putihnya. "Lagipula di pamerannya sendiri dia cuma datang waktu hari pembukaan. Selebihnya nggak datang, orang itu cukup misterius."

Doyoung cukup terdiam saat mendengar Alex membicarakan bagaimana sifat fotografer dingin itu.

"Oh iya doy!"

"Eh? Kenapa?"

"Lo pasti tau, kolom seks yang lo tulis. Yang lo buktikan tahun lalu."

Doyoung tidak menjawab. Tapi wajahnya seakan mengisyaratkan 'apa?!?!?!?' pada Alex yang sekarang sedang tersenyum jail padanya.

"Kenapa lo nggak coba mengumpulkan menjadi buku? Maksudnya kayak inspirasi gitu waktu liat fotografer itu? Siapa tau cocok buat buku dewasa lo itu kan?"

Toxic Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang