O.O5

1.9K 192 16
                                    

#hai. Gw mau kasih info kalo cerita ini semua full si ganti jadi baku ya. Mungkin nanti bakal gw adain revisi buku, hehehe.












Keduanya tampak canggung dengan wajah yang memerah masing-masing, debaran keduanya tampak kencang dengan gairah yang sangat kuat. Entah apa yang mereka pikirkan hingga hampir membuat kedua belah bibir masing-masing bersentuhan.

Rasanya sangat gila.

"Hey lihat ada apa ini." Mereka berdua sontak menoleh kearah pintu dan melihat ada seorang lelaki berambut pirang. "Nico?" Dahi Haruto menekuk sedikit tak suka saat melihat kehadiran orang itu di apartemennya.

"Hai babe, merindukan ku?" Nico berkata dengan nada yang genit juga kedipan jahil pada Haruto.

Sementara Doyoung sendiri hanya terdiri memperhatikan interaksi keduanya, dia sekarang bisa lihat secara langsung si model Nico ini. Model majalah Maxim man, majalah dewasa gay. Ugh..

"Sedang apa kemari?" Kalau semisalnya menendang bokong tamu itu adalah perilaku yang di bolehkan, sudah Haruto pastikan dia akan menendang bokong tamu tak di undang ini. Sangat mengganggu, pikirnya.

"Apa salah kalau aku mengunjungi rumah mantan pacarku sendiri?"

Doyoung tidak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya saat mengetahui kalau Nico adalah mantan kekasih Haruto, karena yang dia tahu Nico adalah lelaki yang sangat pilih-pilih. Matanya tidak sengaja bertabrakan dengan mata Nico, "Oh?! Kau Kim Doyoung, betul?"

Kaki jenjang cantik milik Nico berjalan mendekati Doyoung lalu mengulurkan tangannya di hadapan Doyoung. "saya menyukai artikel yang anda buat di lapak pan, dan saya juga menyukai ulasan photobook yang anda tulis mengenai saya. Kau mengatakan saya terlihat hebat."

Doyoung melirik sekilas uluran tangan Nico lalu buru-buru menjabatnya dengan ramah. Walaupun sebenarnya dia sedikit kikuk karena Nico menatapnya dengan tatapan yang tak biasa. Seperti... Merendahkan?
"Oh ya.., terimakasih juga karena sudah menyukai tulisan saya." Jabatan tangan itu terlepas. Doyoung membalas tatapan Nico dengan tatapan yang tak kalah merendahkan. " Tapi maaf sebelumnya, saya tidak akan mengatakan itu ulasan photobook anda..."

Apa yang dikatakan oleh Doyoung adalah benar, dia sama sekali tidak pernah memberikan ulasan di photobook milik Nico, memegangnya saja kadang dia malas kalau bukan karena pekerjaan, apalagi menuliskan ulasan di dalamnya.

"Ah begitukah? Baiklah, maaf ya? Berarti saya keliru membacanya namanya. Tapi ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu." Nico mengulum senyumnya seraya menunggu jawaban Doyoung. "Tentu. Apa itu?"

"Apa kau tidak berniat menerbitkan buku mu itu?"

".... Cerita apa yang kau maksud...?"

"Sex With Step brother." Nico menyunggingkan senyuman kecil, "Aku sangat menyukai alurnya! Dan merasa heran kenapa tidak kau jadikan novel seperti karyamu yang lain."

"Ah itu," Doyoung berdeham kecil, "Terima kasih sudah membacanya. saya senang anda menyukainya. Tapi saya tidak akan menjadikannya novel."

Saat ini ingin rasanya Nico tertawa mendengar jawaban yang keluar dari mulut Doyoung, apakah Doyoung berpikir kalau dia ini mudah si bohongi? Tidak. Dia tahu kenapa Doyoung tidak mau menerbitkan cerita itu.

"Ah sayang sekali! Padahal ceritanya sangat menarik," Nico memasang wajah kecewanya, "Tentang hubungan saudara tiri yang tidak bisa bersatu. Tapi melakukan kegiatan yang sangat bergairah di belakangan kedua orang tuanya, hahhh, anak yang durhaka hahahaha."

Tawa Nico sangat menggelegar di seluruh ruang apartemen milik Haruto, dan Haruto sendiri sadar dengan ketidaknyamanannya Doyoung saat Nico mulai membuka topik soal cerita yang berapa di pan milik Doyoung. Dia tahu cerita itu karena pernah menanyakannya pada Doyoung.


Toxic Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang