Bab 1

2.3K 215 69
                                    

Ini mini series yang kubuat sebelum aku unpub semua cerita bumsso di akun ini beberapa waktu lalu (sekarang ada yg di up ulang). So, guys, aku mohon dengan sangat ketika aku menulis cerita yang namanya bukan bumsso jangan nyuruh aku buat ubah cerita itu jadi cerita dengan nama bumsso. Karena aku punya cerita sendiri untuk mereka. Kalau ada yang nyuruh gitu, jatuhnya suka tiba-tiba gak mood aja gitu. Terus risi sama cerita bumssonya. Segitu aja keluh kesah aku. Enggak apa-apa kan aku ngeluh? He he.

Ini ada 4-5 bab aja, semoga suka.

***

Brak!

So Eun melihat proposal penelitiannya melayang sampai jatuh setelah menabrak lemari di depan sana. Ia mengerjap tak percaya dengan kejadian itu. Hasil jerih payahnya selama satu hari satu malam merevisi proposal dibuang begitu saja layaknya sampah.

"Kamu tidak mengerti dengan konsep yang sudah saya berikan di awal? Proposal kamu masih hancur!" tegas Kim Bum.

Seperti biasa tatapannya nyalang, ekspresi datar nan dingin, jika So Eun sedang tidak diliput amarah mungkin lututnya akan bergetar lemas sekarang.

"Saya sudah memperbaiki isi proposalnya seperti yang Bapak minta. Bagaimana bisa Bapak menilai hasil kerja saya sekeji itu sedangkan Bapak hanya membacanya sekilas!" lawan So Eun menekankan setiap kata yang diucap.

Kim Bum tersenyum miring, "Tanpa perlu saya baca semua, kesalahan kamu sudah terlihat jelas. Bahkan di awal saya membuka proposal ini. Kamu tidak percaya? Silakan cek sendiri."

Tangan So Eun mengepal kuat--marah, kesal, kecewa. Ah, dia ingin berteriak sekenang mungkin sekarang. Tapi tak bisa alhasil dia hanya bisa mematung dengan perasaan dongkol.

"Bapak sengaja ingin mempermainkan saya? Bapak ada masalah sama saya?" tanya So Eun tiba-tiba.

Kepalang kesal, dia tidak peduli lagi kalau pria yang tengah duduk di kursi itu adalah dosen pembimbingnya. Orang paling berpengaruh terhadap nasib skripsinya di akhir semester ini.

"Saya tidak punya masalah personal sama kamu. Yang jadi masalah buat saya adalah kamu melakukan kesalahan yang sama berulang kali saat mengerjakan proposal itu."

"Kalau salah ya Bapak ajari saya. Beri tanda apa yang salah, di mana yang kurang, seperti apa perbaikan yang harus saya lakukan. Bapak ini dosen, kan? Bapak digaji untuk membimbing mahasiswa. Jangan makan gaji buta dong, Pak!"

Perkataan itu membuat kilat amarah tercetak jelas di mata Kim Bum. So Eun menelan ludah, apa dia sudah keterlaluan? Ah, terserahlah, Kim Bum juga sangat keterlaluan. Setidaknya mereka impas sekarang.

Ini adalah ujung dari batas kesabaran So Eun. Ia lelah terus menerus disuruh merevisi proposal sedangkan teman-temannya yang lain sudah satu atau bahkan tiga langkah lebih jauh dari dirinya. Ada yang sudah memulai penelitian, ada yang sudah menyelesaikan penelitian, bahkan yang sudah khyusyuk menyusun bab pembahasan pun ada.

Sementara So Eun? Dia masih berkutat di proposal penelitian. Langkah awal yang bahkan sangat sulit untuk gadis itu lewati.

"Kamu mahasiswa, manusia intelek yang dituntut bisa memiliki kemampuan problem solving yang baik. Jika mencari kesalahan sendiri saja tidak bisa, silakan kembali lagi ke SMA atau kalau perlu ulangi pendidikanmu dari SD. Karena hanya anak SD yang selalu menuntut pemberian dari guru."

Sleb!

Satu panah menusuk dada So Eun. Ucapan Kim Bum memang dilisankan dengan nada tenang. Namun tiap kata yang keluar seakan dibaluri serbuk beling sehingga terdengar begitu menyayat.

"Kalau kamu memang tidak bisa mengikuti aturan main saya. Silakan keluar dari ruangan ini dan cari dosen lain untuk membimbing kamu. Saya tidak keberatan jika harus kehilangan satu mahasiswi yang tidak  mawas diri seperti kamu."

Sudenly Became Wife (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang