Bab 7

966 153 24
                                    

So Eun pernah mendengar pepatah yang mengatakan bahwa kita tidak boleh terlalu berpegang pada omongan manusia. Ia mengimani pernyataan itu sekarang, seharusnya So Eun tidak mudah tertipu dengan perintah dosen triplek menyebalkan yang tidak punya hati itu.

Satu setengah jam dia dibuat menunggu di ruang kerja Kim Bum. Bayangkan, satu setengah jam! Dalam kurun waktu selama itu, So Eun bisa saja mengerjakan tugas akhirnya minimal satu bab. Makan-makan sampai perut kembung bersama Nana. Dan nonton drama China dua episode.

Bodohnya So Eun yang masih mau menunggu Kim Bum padahal tanda-tanda lelaki itu akan ingkar sudah terlihat jelas.

"Ahh, aku menyerah! Aku tidak akan menunggu dosen triplek menyebalkan itu lagi. Dasar laki-laki, omongannya sama sekali tidak bisa dipegang. Dia yang mengatur janji tapi dia juga yang mengingkari."

So Eun bangkit dari duduknya, dia membuka pintu dengan keras dan tak sengaja menarik seseorang dari luar yang juga hendak menarik gagang pintu itu namun kalah cepat dari So Eun.

Bruk!

Kedua tubuh itu bertemu, So Eun menghantam dada orang itu. Dia mendongak dan mendapati Kim Bum menatap datar ke arahnya.

"Astaga!" pekik gadis itu seperti baru melihat makhluk jadi-jadian.

"Maaf Pak--"

"Maafkan saya--"

Dua orang itu meminta maaf bersamaan tanpa disengaja. So Eun kicep, jiwanya separuh diculik oleh rasa tidak percaya. Dia tidak salah dengar, kan? Kim Bum baru saja minta maaf padanya?

"Maaf saya terlambat."

Kim Bum tidak ingin repot menjelaskan alasannya terlmbat karena sang profesor mengundur waktu bimbingan selama setengah jam. Alhasil Kim Bum harus menanti dengan perasaan bersalah karena di saat yang bersamaan dia juga sedang membuat So Eun menunggu.

"Oh, tidak apa-apa, Pak."

"Duduk!" titah Kim Bum lagi langsung mendatarkan senyum manis So Eun.

Baru saja gadis itu terpesona karena Kim Bum mau meminta maaf padanya tapi kebahagiaan itu nyatanya tak bertahan lama.

"Ada apa ya, Pak? Tumben Bapak mengajak saya bertemu lebih dulu."

So Eun membuka percakapan setelah Kim Bum siap dan duduk di kursinya.

"Saya memanggilmu ke sini untuk menjawab pertanyaanmu."

"Eh, pertanyaan apa? Yang mana?"

"Pertanyaan di story-mu kemarin malam."

"Mampus! Dia sengaja membahas itu untuk membuatku mati kutu?"

"Ah, yang itu ... saya cuma bercanda kok, Pak, he he. Jangan diambil hati ya, biasanya saya tidak pernah membuat status semacam itu kok, Pak, sumpah! Kemarin iseng saja karena frustrasi proposalku tidak lulus terus dari asesmen Bapak."

"Kalau mau bertanya langsung pada saya, jangan dibuat status begitu. Kekanakan!"

"Kampret ini dosen! Sudah tahu dia tidak pernah membalas pesanku selama ini. Malah dia mengataiku kekanakan. Kalau saja kamu bukan jodohku, sudah kupites lehermu itu dosen triplek!"

"Saya sering loh, Pak, menghubungi Bapak. Bertanya ini dan itu tapi tidak pernah ada balasan apa pun. Jangankan dibalas, dibaca saja tidak. Jadi rasanya percuma kalau saya mengirim pesan pada Bapak."

"Saya akan balas," sahut Kim Bum singkat.

Perlu beberapa detik untuk So Eun mencerna ucapan pria itu.

Sudenly Became Wife (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang