Bab 3

1.4K 179 21
                                    

Kata Nana, So Eun dan Kim Bum dekat setelah kecelakaan tempo hari. Proses pendekatan mereka memang agak lama untuk tiba di titik menjalin hubungan asmara. Tepatnya tidak pernah ada yang mengungkap cinta. Mereka membiarkan kedekatan itu mengalir dan banyak yang tidak menyangka jika muaranya adalah pernikahan.

Sejak lulus kuliah So Eun bekerja di salah satu perusahaan asuransi bersama Nana. Kim Bum sering mengajaknya bertemu selepas pulang kerja. Layaknya sahabat mereka menghabiskan waktu bersama dengan menyenangkan. Di sana So Eun mulai nyaman dengan keberadaan dosen galaknya. Mereka terbiasa melengkapi hari satu sama lain dan saling jatuh hati semakin dalam.

Sesingkat itu Nana menjelaskan alur cerita So Eun yang loncat tiga tahun dari yang terakhir kali dia ingat. Masih banyak hal yang ingin So Eun tahu, ia ingin merasakan setip momen dalam hidupnya. Sekarang dia tidak tahu harus berbahagia atau kecewa. Di satu sisi So Eun senang karena artinya dia berhasil melewati masa-masa sulit di akhir masa perkuliahan. Namun, di sisi lain dia seperti kehilangan separuh kehidupannya karena tidak bisa mengingat momen penting apa yang terjadi padanya selama tiga tahun terakhir.

Belum lagi akhir mengejutkan ini, dia menikah dengan dosen yang sangat membuatnya muak mengerjakan tugas akhir. So Eun ingin tahu seperti apa rasanya didekati Kim Bum. Apa yang membuat pria itu luluh padanya? Apa yang membuatnya mantap memperistri So Eun? Dan hal-hal kecil lain yang ingin So Eun ketahui secara detail.

Gadis itu memangku dagunya sambil menatap kosong pada layar televisi yang menayangkan acara-acara di tahun 2024. Tolong nobatkan So Eun menjadi manusia paling bingung di dunia. Dia tidak tahu bagaimana cara menyikapi keadaan ini. Terlalu abu-abu dan tidak nyata. Lama melamun, So Eun tiba-tiba tersentak ketika ada yang meniup telinganya dan menyisakan rasa geli.

"Pak Kim, ih! Mengagetkan saja."

"Kamu melamunnya keterlaluan, aku panggil-panggil dari tadi tidak ada sahutan sama sekali."

"Eh, iya gitu?"

Kim Bum menatap istrinya itu lama lantas duduk di samping So Eun. Ia simpan tas kerjanya lantas menaruh semua fokusnya pada sang istri.

"Kamu ada masalah? Cerita sama aku," kata Kim Bum membuat bulu kuduk So Eun berdiri.

Sikap manisnya berbanding terbalik dengan sikap jahanam yang So Eun ingat dulu. Seketika bayangan masa lalu itu memenuhi kepala So Eun. Omelan-omelan Kim Bum, kata-kata pedasnya, tatapan dinginnya, ah semua hal menyebalkan datang pada ingatannya.

"Ih, hush! Hush!" gumam So Eun sambil geleng-geleng kepala.

Kim Bum mengernyit, ia raih kedua pipi istrinya dan menahan pandangan So Eun hanya pada dirinya.

"Baiklah, kupikir ini bukan lagi masalah sepele. Apa yang terjadi padamu, hm?"

"Aku kaget, kenapa bisa jadi istri pak Kim Bum?"

Kim Bum heran tapi dia memilih tersenyum. Mencoba memahami keadaan aneh istrinya ini.

"Karena aku menikahimu."

"Ih, bukan itu. Anak kecil juga tahu kalau orang menikah pasti si perempuan jadi istri. Tapi maksudnnya kok bisa gitu? Kan kita musuhan."

"Aku tidak pernah memusuhimu," tolak Kim Bum tidak sependapat.

"Masa tidak memusuhi kerjaannya bikin aku kesal?"

"Ini kita lagi bahas kejadian tiga tahun lalu lagi?"

"Iya, masa itu. Aku masih marah tahu sama pak Kim."

"Dendamnya lama sekali," gumam Kim Bum setengah tersenyum geli.

"Pasti lamalah! Coba pak Kim pikir deh, siapa yang tidak dendam dipermalukan di depan ketua prodi. Terus kejadian pas proposalku dilempar juga masih terngiang-ngiang di kepalaku. Ih kesel banget sumpah!"

Sudenly Became Wife (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang