Pilihan Kim Bum sangat tepat untuk mengajak So Eun ikut bersamanya malam ini. Anak itu melakukan tugasnya dengan baik tanpa Kim Bum briefing. Setiap ada gadis yang akan mendekati pria itu maka So Eun yang maju. Mengoceh berbagai hal sampai membuat gadis-gadis itu kena mental dan akhirnya mengurungkan niat mendekati Kim Bum.
Termasuk ketika teman kekasih Minho yang bernama Hyori itu mendatangi Kim Bum. Dia mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan pria itu namun dengan enteng So Eun menggenggam tangan Hyori. Alhasil jadi mereka yang bersalaman.
Saat Hyori cari perhatian dengan memotongkan steak daging untuk Kim Bum, So Eun berinisiatif menyuapi pria itu lebih dulu sehingga upaya Hyori tak dilirik sama sekali oleh Kim Bum. Saat pesta dansa dimulai pun So Eun masih bertingkah, dia pura-pura sakit perut dan mengajak Kim Bum pulang lebih dulu. Padahal jika gadis itu tidak berbohong ada kemungkinan saat ini Kim Bum sedang berdansa dengan Hyori. Oh, So Eun tidak rela meskipun sekadar membayangkan saja.
"Perempuan tadi gatal sekali ya, Pak, terus mepet padahal Bapak kelihatan risi."
"Itulah alasan mengapa saya mengajak kamu ke sana."
"Mm, eh, eh, apa nih? Maksudnya apa, Pak?"
So Eun menangkap maksud yang istimewa dari pernyataan Kim Bum barusan. Seolah-olah pria itu ingin menegaskan ada semua orang bahwa dia sudah ada yang punya.
"Menurut saya, kamu itu orang yang sangat menjengkelkan. Saya yakin orang lain pun akan merasa begitu jadi saya mengajak kamu supaya mereka menjauhi saya karena kesal dengan kehadiranmu."
"Wah ... Alasan yang sangat membanggakan. Bapak harus ngasih saya nilai A dalam skripsi nanti."
"Jangn harap! Saya tidak akan memperlakukan kamu dengan spesiak hanya karena kamu membantu saya malam ini."
"Iya Pak, saya paham, saya juga tidak berharap tinggi. Bapak kan orangnya batu banget."
Kim Bum menoleh pada gadis itu dengan tatapan tajam, "Terima kasih pujiannya," kata pria itu penuh penekanan.
"He he, canda Pak," balas So Eun sambil menunjukkan tanda V. "Sama-sama," lanjut gadis itu ditutup oleh kekehan geli.
Konyol sekali, hari ini interaksinya dengan Kim Bum sangat penuh rasa. Mulai dari rasa yang terburuk sampai yang terbaik. Di tengah perjalanan tiba-tiba mobil Kim Bum berhenti tanpa alasan. Pria itu turun untuk memeriksa, rupanya dua ban mobil bagian depan kempes. Pria itu mendesah berat, waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Semua bengkel sudah tutup dan fasilitas derek pun kemungkinan sudah berhenti beroperasi.
Kesialan bertambah sempurna saat hujan turun dengan derasnya. Kim Bum buru-buru masuk ke mobil. Sebagian pakaiannya basah dan So Eun tampak panik.
"Apa yang terjadi, Pak?"
"Ban mobil saya kempes."
"Kok bisa?"
"Mana saya tahu."
"Yahh, bagaimana dong, Pak? Hujannya deras sekali dan mobilnya juga tidak bisa jalan. Area ini sangat jauh dari halte. Apa kita pesan taksi online saja untuk pulang?"
"Boleh, cepat kamu pesankan!"
So Eun mengambil ponselnya, baru dia membuka aplikasi namun ponselnya sudah mati.
"Ampun, dayanya pakai habis segala. Pinjam ponsel Bapak saja," kata So Eun sambil menengadahkan tangan.
"Ponsel saya juga mati."
"Ih, Bapak bagaimana sih? Ck, Ada connector tidak? Kita isi daya dulu ponselnya di mobil ini."
Kim Bum berusaha mencari alat yang dibutuhkan So Eun namun tetap tak ditemukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudenly Became Wife (TAMAT)
FanfictionKim So Eun, mahasiswi yang mengucap sumpah serapah pada dosennya. Di suatu sore kejadian yang tak terduga menimpanya. Ketika bangun So Eun sudah berada dalam pelukan seseorang, yang tak lain adalah Kim Sang Bum, dosennya sendiri. Hal lain yang palin...