Titik-titik cahaya kelap-kelip itu semakin membesar saat Alpha yang membawaku dan Jimm mendekati mereka. Mereka bagai sekawanan lebah yang memenuhi mulut sebuah terowongan tersembunyi di kolong akar pohon Matahari. Robot-robot tempur singa bersatu padu membentuk pertahanan kuat agar mencegah Alpha melewati mereka. Aku melihat aktivitas mereka dari jendela kaca yang ada di depan Jimm.
Kelompok robot singa menembakkan senjata masing-masing ke arah Alpha. Serangan gabungan meluncur lurus ke arahnya. Menyilaukan. Aku tidak kuat memandangnya. Hanya merasakan getaran yang sangat kuat, seolah mengaduk isi perutku. Ledakan yang terdengar, cukup menyakitkan kupingku.
Ketika silau telah sirna, aku mendapati ruangan yang bercahaya terang. Alpha berhasil melewati kelompok musuh yang menghadangnya. Dia terbang melintasi terowongan yang berkelok-kelok. Terowongan itu berdinding logam yang tidak kuketahui jenisnya apa. Sangat lebar dan tinggi sehingga bisa ditelusuri oleh banyak mecha.
"Kita akan mencapai basement markas musuh, Zian," tutur Jimm setelah sekian lama tidak bersuara.
"Aku tahu itu. Tapi, apa yang harus kulakukan? Saat ini, aku tidak memiliki kekuatan apapun," balasku meredupkan mata.
"Aku akan memberimu sebagian manna-ku. Tapi, nanti saat kita tiba di basement itu."
Aku membulatkan mata sempurna seperti bulan purnama. Mulutku sedikit terbuka. Tidak percaya dengan apa yang dikatakan Jimm. Jimm sedang sibuk menghadapi robot-robot tempur yang berdatangan dari arah ujung lorong ditujunya. Dia meluncurkan laser berukuran besar menyerupai pilar yang datang entah darimana. Mungkin serangan itu dikatakan laser beam.
Satu persatu mecha musuh hancur berkeping-keping. Alpha melewati mereka, tetap memusnahkan mereka yang tetap bersikeras melawan. Ledakan-ledakan kembali mewarnai lorong hingga Alpha menemukan satu mecha terakhir yang menunggu di ujung.
Mecha singa hitam setinggi dua belas meter, berwujud humanoid, melemparkan bumerang raksasa ke arah Alpha. Bumerang itu berputar kencang, menembus tubuh transparan Alpha. Mungkin hal itu mengejutkan pilot yang menggunakan bumerang itu.
Bumerang kembali di tangan mecha singa. Mecha singa mendapatkan serangan kejutan dari Alpha. Alpha menghajarnya dengan tebasan kapak yang mengenai bahunya. Percikan listrik kedap-kedip muncul di sekitar lubang di bahunya. Kabel-kabel juga menyembul keluar dari lubang itu.
Alpha menarik kembali kapaknya. Dia meninggalkan mecha singa itu, berakhir dengan ledakan di belakangnya. Ledakan itu meluluhlantakan mecha singa terakhir. Berhasil masuk ke basement, tempat robot-robot mecha tersimpan. Menemukan banyak mecha humanoid yang menodongkan senjata masing-masing ke arahnya.
"Hei, kau penyusup! Berhentilah!" seru suara gadis yang sangat familiar bagiku.
"Suara ini?" tanyaku membeliakkan mata, "ini suara ... Sanna."
"Sanna? Kau mengenal pilot mecha yang berdiri di depan ini, Zian?" Giliran Jimm yang bertanya. Entah bagaimana ekspresinya sekarang.
"Ya. Aku mengenalnya. Dia Sanna Lilya yang pernah bergabung di kelompok Andromeda. Bahkan dia pernah menghajarku dan menghasut anggota-anggota Andromeda lain untuk memusuhiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Daybreak in the Venus 2: The Secret of the Sun Tree
FantasySekuel dari Daybreak in the Venus. Kelanjutan Zian dan Kiku setelah menikah. Usai ujian kelulusan sekolah di dunia manusia, Zian dan Kiku dikejutkan dengan kemunculan robot tempur Singa yang menyerang kota tempat tinggal mereka. Mereka harus kembali...