11. Cerita Aiyin (Part 2)

1 0 0
                                    

Kerajaan Matahari terjepit dari segala arah karena digempur oleh pasukan Magellan. Semua penduduk yang tinggal di kota Helios adalah para pilot robot tempur, ikut bertarung bersama Zian dan Kiku. Mereka keluar dari dalam pohon Matahari.

Di dekat kaki pohon Matahari, pasukan Helios dan pasukan Magellan berhadapan. Pemimpin mereka yang berdiri paling depan, dengan menggunakan robot tempur, saling berbicara.

"Kaisar Anka dan Ratu Kiku yang terhormat, kembalikan tahta kerajaan ayahku itu!" seru Arnold berwujud robot Singa hitam berkaki empat. Nama robot tempurnya adalah Mayor.

"Ayahmu? Apa maksudmu?" tanya Zian dengan nada yang datar.

"Gibraltar, itulah nama ayahku."

Semua orang yang mendengarkan pengakuan Arnold, membesarkan mata kecuali pasukan Magellan. Kabar yang mengejutkan ini, membuat mereka saling pandang dan bersahut-sahutan.

"Aku baru tahu tentang Gibraltar yang mempunyai anak. Setahuku, Gibraltar belum menikah. Benar begitu, Kiku?" kata Zian melirik Kiku yang ada di sampingnya.

"Ya, benar," tukas Kiku mengangguk, berwujud robot tarung Rubah putih setinggi lima meter, "cukup basa-basinya. Kalian pasukan Magellan, menyingkirlah dari sini sebelum kami menghabisi kalian semua!"

"Kami tidak akan pergi sebelum mendapatkan mahkota dan pedang itu!"

Arnold meneriakkan itu seraya terbang meluncur ke arah Zian. Mayor yang dikendarainya melalui sistem satu otak itu, mengeluarkan tameng dan machine gun. Moncong machine gun melepaskan tembakan energi yang menyerupai plasma matahari, mampu dihancurkan dengan lidah api milik Zian.

Zian menggunakan sihir elemen api yang bersinkronisasi dengan mesin. Dia juga terbang melayang mendekati Arnold, meluncurkan sejumlah lidah-lidah api yang keluar dari bola merah yang membungkus tubuhnya. Sementara itu, Kiku membantunya untuk mengatasi sejumlah prajurit-prajurit yang menggunakan robot tempur. Kiku menggunakan tombak laser dengan gabungan perisai untuk meledakkan beberapa musuh.

Ledakan-ledakan mewarnai tempat itu. Satu persatu robot tempur yang saling bertarung, jatuh dan terkena serangan dari lawan. Ada yang tetap maju meskipun mengalami kerusakan, ada yang kabur sebelum diserang, dan berbagai pemandangan yang cukup membuat jantung seakan copot ketika menyaksikan semua itu.

Kepala dua robot Singa hancur saat dihantam oleh palu raksasa milik robot Rubah jingga humanoid. Rubah jingga yang tak lain adalah Altair, yang dikendarai oleh Aiyin, mengamuk saat membantu Kiku. Dia adalah satu robot tempur kategori kelima, kelas weight.

"Rasakan itu!" seru Aiyin yang berwujud Altair. Dirinya telah bersatu dengan robot tempurnya. Kemudian melaju untuk menyerang musuh-musuh yang mendekat.

"Aiyin! Minggir!" pekik Azlea yang berwujud robot humanoid berkepala Rubah merah muda. Carina, nama robotnya, mendorong Aiyin hingga melayang jauh ke samping.

"Aaah! Azlea! Apa yang kamu lakukan?"

Aiyin mengerem kecepatan akibat efek dorongan itu dengan roket pendorong di punggungnya. Dia melihat Azlea melepaskan sihir gelombang kejut dari kibasan kipas mekanik yang diambil dari punggung Carina. Gelombang kejut itu mementalkan banyak lawan dan berakhir dengan berbenturan dengan missil-missil yang dilepaskan oleh Kokio.

"Bagus, Kokio!" Azlea meletakkan tangan kanan di atas alisnya, memberikan hormat ala tentara.

"Ya, Azlea!" Kokio yang berwujud robot Musang humanoid hijau, manggut-manggut. Dia berputar, merentangkan kedua tangannya. Kedua tangan itu terlepas dari tubuhnya dan membentuk menyerupai bumerang. Dua bumerang itu bergerak secepat halilintar untuk menghancurkan musuh-musuh yang dilewatinya.

Dentuman-dentuman keras bergemuruh di angkasa kelam. Seakan mengguncang alam semesta. Bukan hanya di dekat pohon Matahari, tetapi di semua tempat yang ada di negeri Sembilan Planet. Pertempuran besar kembali terjadi.

Proxima, robot Rubah humanoid kuning, milik Tolya, kategori empat, kelas balance, mengeluarkan rocket launcher dari punggungnya ketika berhadapan dengan beberapa lawan yang mencegahnya untuk membantu Zian. Roket-roket kecil meluncur ganas dan menerjang robot-robot Singa hingga meledak besar. Ledakan itu menimbulkan asap hitam yang sangat mengganggu pemandangan.

"Zian!" jerit Tolya yang menembus asap yang menghalangi jalannya. Dia terbang mendekati Zian yang tetap bertempur dengan Arnold. Tapi, sebelum mencapai Zian, dia melihat Zian menempel di tameng milik Arnold.

"Ja-jangan mendekat, Tolya!" kelakar Zian bergeming saat menyadari kedatangan Zian, "a-apapun yang terjadi, tolong lindungi negeri ini!"

"Tapi, Zian!"

"Aaah!"

Zian berteriak ketika dirinya disengat oleh energi listrik yang dihantarkan lewat tameng yang mengekangnya. Energi listrik yang berasal dari dalam tubuh Arnold, mampu menyerap manna siapapun agar masuk ke tabung reaktor manna Mayor yang tiada batas. Tabung reaktor manna itu memiliki celah dimensi yang bisa menyimpan banyak manna dan bisa diambil kapan saja.

"Zian!" Tolya membelalakkan mata. Dia mengejar Zian, tetapi tidak berhasil mencapai Zian, sebab Zian beserta Alpha A tiba-tiba sirna.

Arnold menyadari keganjalan ketika Zian musnah dan berubah menjadi secercah cahaya yang menyerupai kupu-kupu. Kiku yang terkena serangan dari lawan lain, juga kehabisan manna, langsung raib dengan meninggalkan cahaya putih menyerupai kupu-kupu yang membumbung tinggi ke atas. Mahkota-mahkota yang dipakai Kaisar dan Ratu itu turut jatuh, langsung ditangkap dengan tangan raksasa Arnold.

Tiba-tiba, pohon Matahari yang berwarna hijau mengkilap, perlahan berubah menjadi kecokelatan. Daun-daunnya rontok dan berserakan kemana-mana karena tertiup angin yang pertanda pemimpin telah tiada. Mengagetkan setiap jiwa sehingga berhenti bertarung.

"Pohon Mataharinya?"

"Kaisar dan Ratunya?"

"Tidak mungkin mereka tewas!"

"Hei, jangan bercanda!"

"Dasar! Semua ini, karena ulah musuh-musuh ini!"

Semua warga ricuh, saling emosi antara satu sama lain. Mereka menyerang musuh-musuh yang juga terdiam ketika menyaksikan hujan daun-daun pohon Matahari yang berguguran. Lahar kemarahan meledak bagaikan erupsi gunung berapi yang mengeluarkan awan panas untuk meluluhlantakkan apa saja yang dilaluinya.

Semua robot tempur yang bergabung dari negeri Sembilan Planet, mencurahkan segala kekuatan untuk menumbangkan pasukan Magellan. Tapi, jumlah mereka semakin berkurang seiring dari mereka kalah dan berakhir dengan kematian. Hal ini sama dengan perang antara Venus dan Yupiter, dua puluh tahun lalu.

Tolya berwujud Proxima, melayangkan pedang besar mekaniknya secara horizontal menuju Arnold. Arnold menangkis serangannya dengan tamengnya. Mereka saling menajamkan mata dengan tanda sinar yang bersinar di mata robot tempur masing-masing.

"Karena kamu, dua sahabat terbaikku harus gugur dalam perang ini!" teriak Tolya dengan emosi yang meningkat drastis, "Bola api! Musnahkan dia!"

Tangan kiri Proxima yang dikendalikan oleh Tolya, berubah bentuk menjadi meriam. Dia mengambil seperempat manna dari tabung reaktor, dan manna itu berkumpul di dalam meriam. Manna itu berubah menjadi energi panas yang menghasilkan api merah berkobar besar membentuk bola.

Suara dentuman cukup keras terdengar saat bola api keluar dari meriam tangan Proxima. Bola-bola api yang dihasilkan sangat banyak, meluncur beruntun tiada henti. Menembak untuk mengincar kepala Mayor. Tapi, tameng milik Mayor menghentikan semua serangan itu.

"Apa? Bola-bola apiku terserap oleh tameng itu?" Tolya membeliakkan mata. Dia terpental jauh karena dadanya terkena tembakan energi hitam dari tangan kiri Mayor yang berubah bentuk menjadi machine gun.

***

Daybreak in the Venus 2: The Secret of the Sun TreeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang