12. Kantor

11 2 0
                                    

Setiap kulit kita bersentuh, tatap mata kita bertemu, jantungku bertaluan kencang tanpa ada yang tahu. Aku ingin bertanya, apakah aku sedang jatuh cinta?

____________________

Siang ini Dellia berniat untuk mengantarkan makanan siang untuk suaminya ke kantor, dan ini untuk pertama kalinya. Ketika kakinya menginjakkan di kantor yang Agam pimpin rasanya ia merasa begitu bangga, gedungnya yang begitu mewah dan tinggi, juga dengan karyawannya yang sepertinya bukan orang-orang biasa

Dellia memperhatikan beberapa orang yang lalu lalang di depannya, ia sedang berfikir keras harus menemui Agam dengan alasan apa, sebab setahunya orang-orang kantor belum ada yang mengetahui ia adalah istri Agam, ralat istri kedua. Lalu dengan perlahan Dellia menghampiri resepsionis itu

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya wanita itu

"Saya mau bertemu dengan pak Agam" jawab Dellia enteng, karena memang itu tujuannya

"Sebelumnya, sudah ada janji dengan Pak Agam?" Tanya resepsionis itu lagi, melihat penampilan Adellia dengan seksama

"Mmm.. belum" sahut Dellia bingung, lantaran dia juga tidak tahu jika harus mempunya janji terlebih dahulu

"Maaf mbak, sepertinya Anda tidak bisa bertemu dengan Pak Agam, beliau cukup sibuk hari ini" penolakan itu benar-benar membuat Dellia bingung harus dengan cara apa untuk bisa bertemu dengan suaminya

Dellia melangkahkan kakinya lunglai, apakah ia harus menelepon Agam agar dirinya di perbolehkan masuk, tapi bagaimana jika Agam marah mengetahui dirinya sekarang sudah berada di kantornya tersebut. Pikirannya terus melayang kemana-mana, mungkin makanan yang ia bawa hari ini memang bukan waktunya yang pas untuk membawakan Agam makanan siang ke kantornya

"Dellia!"

Sontak mata gadis itu menoleh, terkejut mendapati mertuanya berdiri di hadapannya

"Papa!" Gadis itu cepat-cepat menghampiri Widjaya, lalu mencium punggung tangannya

"Kamu lagi apa di sini?" Tanya Widjaya baik, lalu tak lama matanya turun menatap paper bag cokelat yang di pegang oleh Dellia

"Dellia tadinya mau bawain makan siang buat mas Agam Pa, di suruh Mama juga sih. Tapi kayaknya Dellia nggak bisa ngasih ini deh" tangannya mengacungkan paper bag itu kepada sang mertua

"Loh, kenapa?"

"Dellia bingung, mau bilang apa, soalnya kan mas Agam lagi sibuk, jadi yang bisa ketemu mas Agam yang berkepentingan aja"

"Ayo, kita masuk lagi" Widjaya menuntun Dellia untuk kembali memasuki kantor milik Agam, Dellia yang tidak tahu Ayahnya akan berbuat apa, dirinya hanya bisa mengikuti perintah Widjaya

"Duduk bentar ya, biar Papa telpon dulu Agam"

Dellia yang baru saja duduk di sofa buru-buru berdiri untuk menghalau Widjaya " Pa, nggak apa-apa, Dellia pulang aja, takutnya mas Agam nggak bisa kesini" Tuturnya pelan

"Enggak, enggak. Agam harus turun" setelah mengatakan itu Widjaya menaruh jari telunjuknya di bibir, memberi isyarat agar Dellia diam

Keduanya sama-sama diam, duduk di sofa yang tersedia atau bisa di sebut ruang tunggu. Resepsionis yang melihat Widjaya dengan perempuan tadi merasa heran, melihat keduanya dekat dan akrab, dalam benaknya bertanya-tanya siapa perempuan itu, yang hanya berpenampilan sederhana, hanya dengan dress selutut dengan warna mocca, dress yang begitu pas di tubuh Dellia, terlihat sederhana namun tetap cantik, rambut hitamnya tetap ia gerai

"Kok ada Dellia Pa?" Agam tiba dengan raut wajah penuh tanya

"Ajak masuk istri kamu, dia dari tadi disini. Papa pergi duluan ya Dell" tangan Widjaya dengan lembut mengelus kepala Dellia sayang, yang membuat perasaan gadis itu merasa senang bukan main di perlakukan baik oleh mertuanya

Give loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang