EPILOG

5.5K 249 67
                                    

ƃuᴉpɐǝɹ ʎddɐɥ

Tidak peduli akhirnya bagaimana. Bersama atau tidak nantinya, namamu akan selalu ku ucapkan dalam doa. ~Aglen Felix Clarence~

✯✯✯

3 bulan kemudian

Aglen, Kevin, Reza, dan Dave sudah berhasil masuk kampus yang terkenal di Jakarta. Mereka sengaja memilih kampus yang sama karena tidak mau berpisah. Hanya saja jurusannya yang berbeda. Aglen mengambil jurusan bisnis, Kevin mengambil jurusan kedokteran, Reza mengambil psikologi, dan Dave mengambil bisnis yang sama dengan Aglen.

Selama tiga bulan ini banyak yang berubah di antara mereka. Ngomong-ngomong soal Celine, perempuan itu sekarang sudah balik lagi ke Thailand setelah kelulusan tiga bulan yang lalu.

Sekarang ini keempat pria itu sedang duduk di salah satu kantin yang ada di kampus ini. Setiap selesai kelas pasti mereka akan selalu berkumpul seperti ini.

"Gue masih gak nyangka sekarang. Dulu padahal kita masih belajar di sekolah, sekarang udah mau kerja aja," ucap Dave sambil menyeruput jusnya.

"Disini kita juga masih belajar, tapi gak sebanyak dulu lagi," tambah Reza. "Benar ya kata orang-orang. Masa SMA itu adalah masa-masa yang paling indah, dan gue sendiri pun ngerasain seperti itu."

Dave menoleh. "Sama, walaupun gue gak pernah yang namanya pacaran di SMA, tapi gue masih bisa merasakan kalau masa putih abu-abu itu masa-masa yang sulit untuk dilupakan."

"Gak ada topik lain?" Tanya Kevin. Pasalnya, setiap mereka berkumpul pasti yang dibahas selalu masa-masa SMA. Bagaimana Kevin tidak berkomentar coba?

Reza dan Dave menyengir, lalu melirik seorang pria yang duduk di paling ujung. "Aglen, kenapa gak pesen makanan?" Tanya Reza.

Aglen menggeleng pelan, lalu kembali menatap layar ponselnya. Selama tiga bulan ini ada banyak perubahan sama cowok itu. Aglen jadi lebih murung, jadi lebih suka menyendiri, jadi lebih cuek mengalah-ngalahi Kevin.

Mereka semua tau kenapa Aglen jadi berubah. Hanya satu alasannya, Aglen masih belum bisa move on dari Arcya. Setiap hari Aglen selalu melihat ponselnya, cowok itu kalau di ajak kemana-mana pasti selalu menolak dengan alasannya yang ia buat sendiri.

"Habis ini lo pada mau kemana?" Tanya Kevin.

"Gue sih gak kemana-mana," sahut Dave.

"Sama, gue juga. Gimana kalo kita nongkrong lagi di toko roti nyokap lo?" Ajak Reza.

Kevin mengangguk. "Boleh."

Reza dan Dave berteriak heboh. Akhir-akhir ini mereka memang lebih sering menghabiskan waktu di toko roti mama Kevin. Apalagi saat mereka kesana pasti mama Kevin selalu memberi mereka makanan gratis.

"Len, lo ikut?" Tanya Kevin pada Aglen.

"Gak," sahutnya.

"Ayo dong Len ikut, masa lo selalu gak ikut sih. Gak seru kalau gak ada lo, gak lengkap tau gak," ucap Dave.

"Bener tuh. Kita tuh harus satu hati. Satu ikut, ikut semua. Satu gak ikut, gak ikut semua," sambung Reza.

PAINFUL LIFE [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang