ƃuᴉpɐǝɹ ʎddɐɥ
Sejahat-jahatnya manusia, pasti ada sisi baiknya. ~Arcya Christa~
✯✯✯
"Arcya, lo di panggil sama bu Wati tuh di kantor guru!" Seru salah satu siswi kelas XI MIPA 1 di depan pintu kelas sana.
Arcya yang sedang membereskan alat-alat tulisnya pun sontak menoleh lalu mengangguk pelan. Gadis bertubuh pendek itu berjalan pelan keluar dari kelas sembari membawa kotak bekal di sebelah tangannya.
Sesampainya di depan pintu ruang guru, Arcya dengan pelan mengetuknya lalu ia mendorong pelan pintu bercat coklat itu.
Gadis itu berjalan pelan sambil menunduk memasuki ruangan guru. Lalu langkah kakinya terhenti ketika telah sampai di depan meja guru yang memanggilnya.
"Permisi bu. Ada apa ya ibu manggil saya?" Tanya Arcya pada bu Wati selaku wali kelasnya.
"Duduk dulu Arcya," suruh bu Wati menunjuk kursi yang ada didepan mejanya.
Arcya pun langsung duduk sesuai permintaan wali kelasnya.
"Jadi begini. Ibu mau menagih uang SPP kamu. Selama ini, kamu belum pernah membayarnya sama sekali. Semua murid disini sudah membayarnya lunas, hanya kamu sendiri yang belum." Bu Wati menatap mata Arcya dengan serius. "Jadi kapan kamu mau bayar? Soalnya, waktunya sudah habis Arcya. Kalau kamu gak bisa bayar ibu mohon maaf, kamu akan segera di keluarkan dari sekolah ini."
Arcya menatap bu Wati dengan tatapan tak bisa di artikan. Lalu gadis itu menunduk memilin jari-jari tangannya, ia tidak tau harus menjawab apa. Disatu sisi ia belum mempunyai uang untuk membayarnya, jangankan untuk membayar uang SPP yang nilainya jutaan, untuk makan sehari-harinya saja ia pas-pasan. Disisi lain ia juga tidak mau di keluarkan dari sekolah ini, bagaimana pun juga ia masih butuh pendidikan untuk bekalnya dimasa depan.
Gadis itu kembali mendongak menatap perempuan paruh baya di hadapannya. "Bu, saya janji nanti semuanya akan saya bayarkan. Tapi, ibu bisa gak kasih saya waktu untuk membayarnya."
Sebenarnya, kalau dari peraturan sekolah tidak bisa ditunda-tundakan. Tapi, ia tau bagaimana kehidupan Arcya selama ini. Arcya itu tidak mempunyai orang tua lagi, ia hanya hidup sebatang kara.
"Gini aja. Ibu kasih kamu waktu satu minggu untuk melunaskannya. Habis dari itu ibu gak bisa lagi bantu kamu," kata bu Wati dengan lembut.
Lagi-lagi Arcya tidak tau harus mengiyakan atau tidak. Ia berpikir, bagaimana bisa dirinya yang lemah ini mendapatkan uang sebanyak satu juta dalam waktu tujuh hari. Hasil dari jualan roti panggangnya saja paling banyak sekitar empat puluh ribuan. Itu saja kadang-kadang kalau jualannya lagi ramai.
"Gimana Arcya, kamu mau?" Tanya bu Wati memastikan.
Dengan ragu Arcya pun mengangguk pelan. "Iya bu, nanti saya usahakan. Kalau gitu saya permisi ya bu." Bu Wati mengangguk.
Arcya langsung menunduk sopan lalu segera bangkit dari duduknya berjalan keluar dari ruangan ber-AC itu. Wajahnya terlihat lebih muram dari biasanya. Otaknya tidak tau lagi harus berpikir seperti apa. Ia sudah kehilangan segala cara.
Lumunannya terganggu kala merasa ada benda yang bergetar disaku bajunya. Tangan gadis itu mengambil benda pipih yang tidak berhenti bergetar itu. Matanya yang tadi terlihat lebih sipit kini menjadi besar seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAINFUL LIFE [TERBIT] ✓
RomansArcya Christa, cewek yang berpenampilan paling rusuh ini selalu menjadi objek bullying di SMA Clarence. Cibiran dan kata-kata kasar sudah menjadi makanan sehari-harinya. Arcya tidak mempermasalahkan itu semua. Kalaupun ia melawan, ia tidak akan pern...