"Gandengan sekarang?"
Donghyun hanya mengangguk pelan kemudian mengaitkan jari kelingking mereka berdua. Youngmin terkejut, tapi dia hanya menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan rona merah di wajahnya dengan menatap kaitan jari mereka yang malahan membuat pipinya semakin merona.
"Lihat apa?" bisik Donghyun di dekat telinga Youngmin.
"J-jangan dekat-dekat ih ngomongnya. Agak jauhan dikit," Youngmin memandang galak ke arah Donghyun yang hanya dibalas dengan tawa pelan.
"Habisnya Kak Youngmin lihatin tangan kita mulu," balas Donghyun, "udah ayo jalan Kak, temen-temen aku udah nungguin kita tuh di sana," lanjutnya sambil menunjuk jalan.
***
"Rumah kamu masih jauh ya, Hyun?" Youngmin membuka percakapan setelah teman-teman Donghyun berpamitan pulang, meninggalkan mereka berdua. Kaitan kelingking mereka sudah berubah menjadi keduanya saling menggenggam tangan satu sama lain karena protes dari teman-teman Donghyun.
"Kami kan bilang gandengan, bukan kait kelingking!"
Beruntung kelima teman Donghyun tak menyadari rona merah malu di pipinya, hanya karena tangan Donghyun terasa hangat dan nyaman di genggamannya.
"Lumayan sih Kak, tapi kita kan masih satu daerah," jawab Donghyun sambil menatap Youngmin.
Merasa diperhatikan, Youngmin menoleh. " Kenapa lihat-lihat?"
Donghyun menggeleng pelan, "Nggak kenapa napa, Kak."
Dia menatap Youngmin bukan tanpa alasan, masalahnya sedari tadi Donghyun merasa Youngmin tak berhenti mengelus pelan ibu jari nya sejak mereka bergandengan.
***
"Rumah Kakak yang warna putih itu kan?"
"Iya. Sampai ketemu besok ya, Donghyun."
"Kan belum sampai rumah Kakak, kok udah pamitan?"
"Hehehe, nanti mau langsung masuk, soalnya malu."
.
.
.
"Kak."
"Iya Donghyun?"
"Kok aku nggak mau lepasin gandengan kita ya?"
***
ok bubble tea dah selese sampe sini aja yaa, tapi nggak tau kalau aku kepikiran mau nambahin heheehee :p
KAMU SEDANG MEMBACA
Latibule.
Roman pour Adolescents(n) a hiding place ; a place of safety and comfort.