03 - Penyebab Luka

117 26 0
                                    


HI EVERYONE💚

WELCOME TO INCHI WORD💚

I'M INCHI NOT KIMCHI!

ABSEN DISINI KALIAN DARI MANA AJA DENGAN EMOT APAPUN YANG WARNA IJO!!

HAPPY READING EVERYONE 💚

✧✧✧

"Abis darimana lo? Ngelonte lo jam segini baru balik rumah?" Qiana terperanjat kaget mendengar suara bariton di belakang tubuhnya. Ia baru saja tiba di rumah, usai berjualan keliling risoles mayonaise.

Qiana melirik sekilas jam tangan sederhana yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. 21.10 WIB. Sudah cukup larut rupanya, pantas saja Qiano datang untuk memarahinya.

"Sopan lo begitu gue lagi ngomong tapi lo munggungin gue?" tanya orang itu lagi. Nada bicaranya terdengar semakin terdengar tak bersahabat.

"Balik badan!" perintahnya. Qiana membalikkan badannya takut-takut, ia menundukkan kepalanya dalam, tak berani sedikitpun menatap orang di depannya.

Orang yang tak lain dan tak bukan adalah Qiano, kakak kembar Qiana, menatap tajam adik kembarnya yang berdiri dengan kepala menunduk di depannya. "Gue tanya, Abis darimana lo? Lo punya mulut kan buat jawab? Atau lo emang bisu?" sarkas Qiano.

"A-aku abis jualan, A-abang," balas Qiana gagap. Suaranya yang sangat pelan nyaris tak terdengar.

"Jualan apaan jam segini baru pulang? Lo cuma jualan risoles keliling kan? Maghrib harusnya udah selesai, abis kemana lo? Jawab jujur!" sentak Qiano murka. Ia sangat membenci seorang pembohong.

Qiana meremas kemeja pink yang dikenakannya. Ia sangat takut jika kakak kembarnya sudah marah begini.

"Ingat baik-baik, lo gak boleh takut buat ngadepin Abang kembar lo itu. Lawan kalau dia berlaku gak adil sama lo. Ada gue, gak ada yang perlu lo takutin. Kalo lo di pukul atau main fisik telfon gue, gue bakal dateng detik itu juga." Qiana teringat kalimat yang diucapkan oleh sahabat kecilnya siang tadi.

Ya, Qianzie benar. Ia tidak boleh takut untuk menghadapi Qiano. Jika tidak, ia akan terus-terusan ditindas dan diperlakukan tidak adil begini.

Qiana mendongak, balas menatap dingin tatapan tajam kakak kembarnya. "Kalaupun emang aku ngelonte, apa peduli Abang? Bukannya selama ini gak ada yang peduli sama aku disini?"

"Berani lo lawan gue?!" geram Qiano.

"Berani lah, Abang pikir selama ini aku takut? Nggak! Aku cuma males berantem sama orang idiot kayak Abang!" bantah Qiana. Ia bernafas lega bisa mengeluarkan unek-uneknya.

Plak! Sebuah tamparan keras berasal dari tangan Qiano mendarat mulus di pipi kiri Qiana. Qiana terdiam, tak lagi menangis seperti biasanya ketika mendapat kekerasan fisik dari kakak kembarnya. Ia sudah terbiasa mendapat kekerasan fisik dari kakak kembarnya.

"Bilang sama gue, abis ketemu siapa lo?! Siapa yang udah ngajarin lo buat ngelawan gue begini?! JAWAB GUE BANGSAT!!" pekik Qiano sembari menggoyangkan kedua bahu Qiana.

"AKU GAK MAU JAWAB!" Qiana balas berteriak karena terpancing emosi. Badannya bergetar usai mengatakan kalimat tersebut dengan nada tinggi.

Qianzie aku takut. Tolongin aku, abang jahat!

"BAGUS UDAH BERANI KETEMU ORANG LAIN DI LUAR YA! BERHARAP DAPET PERLINDUNGAN LO?! JANGAN HARAP!" sentak Qiano. Cowok yang usianya terpaut beberapa menit saja dengan Qiana mendorong gadis tersebut sampai tersungkur di lantai.

Q'³ | Qiano-Qianzie-QianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang