12 - Undangan Lelang

85 14 0
                                    

HI EVERYONE💚

WELCOME TO INCHI WORD💚

I'M INCHI NOT KIMCHI!

ABSEN DISINI KALIAN DARI MANA AJA DENGAN EMOT APAPUN YANG WARNA IJO!!

KOMEN SETIAP PARAGRAF BIAR GEMAS💚

HAPPY READING EVERYONE 💚

✩✩✩

"Qiano sibuk." Qiano menolak mentah-mentah perintah dari kakeknya, Dewantara.

Cowok dengan khas mata sipit itu melirik tanpa minat undangan berwarna hitam yang tergeletak di atas meja kerja kakeknya. Tulisan nama Dewantara Anderson yang tertulis apik menggunakan tinta emas terlihat sangat menyilaukan mata.

"Ayolah, sayang. Bantu wakili kehadiran kakek, cuma lelang amal," bujuk Dewantara tak menyerah.

"Gak tertarik," Qiano tetap kekeuh pada pendiriannya.

"Ayolah sayang, mau ya bantu kakek. Kamu juga senggang kan weekend ini?"

"Nggak, Qiano sibuk persiapan Olimpiade," Qiano memberikan alasan.

Dewantara terlihat mengerutkan keningnya mendengar alasan yang diberikan cucunya ini. "Olimpiade? Olimpiade apa? Jangan coba-coba berbohong pada kakek, kakek tahu semua aktivitas kamu."

"Suruh Abang Zergan aja." Qiano memberikan pilihan, benar-benar tak menghiraukan perkataan kakeknya.

"Tidak Qiano. Abangmu itu tidak tahu menahu dunia bisnis seperti─"

"Ya ajarin dong, kan dia juga cucu kakek. Gak cuma Qiano," potong Qiano kesal. Ia sudah muak menghadiri acara perusahaan ini itu yang menurutnya sangat membosankan.

Dewantara menghembuskan nafasnya lelah. Sifat keras yang dimiliki cucunya benar-benar jiplakan dirinya waktu muda dulu. "Kakek akan turuti satu permintaan kamu asalkan kamu mau mewakili kakek menghadiri lelang itu," Dewantara memberikan penawaran.

Tentu saja, ia membutuhkan penawaran supaya cucunya tunduk dengan segala perintahnya.

"iPhone 15 Pro Max?"

"Tidak."

"MacBook baru?"

"Tidak."

"Motor? Mobil?"

"Tidak."

"Uang bulanan naik 50%?"

"Tidak."

"Les privat kakek hentikan?"

"Tidak."

Dewantara tampak berpikir. Serentetan penawaran yang menarik sudah ia sebutkan semua. Dan semua itu ditolak mentah-mentah oleh cucunya. "Oke, tentukan pilihan kamu sendiri," final Dewantara. Karena ia tak lagi menemukan hal menarik untuk dijadikan penawaran.

Qiano sontak menatap kakeknya. Ia tersenyum miring, matanya berbinar mendengar kakeknya memutuskan untuk menentukan pilihannya sendiri.

Q'³ | Qiano-Qianzie-QianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang