Cahaya matahari pagi yang menyilaukan mata masuk melalui tirai jendela membuat ruangan terasa sedikit hangat itu mampu membangunkan seseorang yang sedang tertidur pulas menikmati mimpi indahnya.
Pria jangkung dan kuat terlihat tertidur dengan lelap di tempat tidur besar dengan lengannya yang erat melingkari guling seperti memeluk seseorang di dalam mimpinya. Selimutnya hanya mampu menutupi sedikit dada bidangnya, sementara tubuh lainnya terbuka, tidak sulit untuk melihatnya telanjang di tempat tidur.
Tanpa ada celah di antara mereka, seluruh bagian guling seolah-olah tertanam di lengan pria itu. Kaki jenjang pria itu dengan erat menjepit bagian bawah guling seperti sedang menjepit kaki seseorang sementara lengannya seperti berada di atas pinggang seseorang.
Penis besarnya dengan kuat menggosok-gosok bagian guling seperti sedang menekan-nekan ke dalam lubang yang hangat dan sempit. Penisnya terus menggiling dengan ringan, ereksi paginya sampai menusuk guling, pinggangnya terus memutar mendorong penis yang sedang ereksi semakin tidak sabar dan cepat.
Penis besar yang telah lama keras tidak bisa lagi menahannya, dia kembali mendorong dengan keras. Mengerang dalam insersi yang dalam dan kuat, namun mata Pria tinggi dan tampan itu tampaknya masih belum terbuka. Tapi kemudian kesenangan menyebar dari lubang kecil yang mengeluarkan cairan seksual dengan wangi yang khas.
Setelah menikmati orgasme paginya samar-samar mata dengan manik indah itu terbuka perlahan karena terganggu dengan sinar matahari yang mulai masuk menyinari matanya. Seakan sadar dengan sesuatu Robert membuka matanya dengan cepat dan hal pertama yang Robert lihat di pagi hari ini adalah tubuh telanjangnya yang tidak tertutup sehelai benang pun, noda lengket dengan bercak-bercak putih pada bagian seprei dan guling. Robert dengan tubuh telanjangnya mulai bangun dan menyenderkan punggung tegapnya pada kepala kasur. Merasa pusing dengan keadaan.
"Ah, apakah aku bermimpi semalam?" Robert segera menghentikan aktivitas melamunnya.
Robert menghembuskan napasnya perlahan-lahan dan ia berusaha untuk tetap tenang sembari beranjak dari kasur menuju kamar mandi. Setelah selesai mandi dan berpakaian Robert segera beranjak dari kamarnya turun menuju lantai 2.
'Tok. Tok...Tok..' suara ketukan pintu yang begitu lembut seolah-olah tidak ingin mengganggu seseorang yang tengah tertidur di dalam kamar.
'Ah! Apakah semalam hanya mimpi, karena merindukan seseorang?' Pikir Robert karena tidak mendengar ada jawaban yang terdengar dari dalam kamar.
'CEKLEK!'
Suara pintu terbuka dari luar. Untuk menghilangkan rasa penasaran apakah hanya mimpi belaka atau memang kenyataan yang membahagiakan untuknya semalam.
"Felix?" Tanya Robert yang baru saja masuk ke dalam kamar.
"Hm? Papa! Papa selamat pagi Papa." Ujarnya sembari berlari menghampiri Robert dan memeluknya dengan wajah khas bangun tidur yang menggemaskan.
"Ah, sayang kamu sudah bangun? Felix apakah Papa mengganggu tidurmu sayang?" Tanya Robert merasa bersalah telah mengganggu tidurnya.
Melihat putranya bangun Robert tersenyum hangat. Mengusap pucuk kepala Felix dengan lembut.
"Tidak sama sekali Papa."
"Syukurlah bukan mimpi, terima kasih Tuhan." Bisik Robert membalas pelukan Felix dengan erat.
Saking eratnya pelukan Robert membuat Felix merasa sesak dan sulit untuk bernapas.
"Maaf Papa, Felix tidak bisa bernapas. "Gumam Felix pelan sembari menarik ujung baju Robert.
"Ah, maafkan Papa sayang sepertinya pelukan Papa tadi terlalu kuat, Papa terlalu senang, apakah Papa membuatmu kaget sayang?" Ucap Robert sembari melepaskan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Felix The Boy'
عاطفيةArtificial Family (The Embodiment of a Boy Brings Happiness)