Felix terbangun karena merasakan usapan halus pada surai hitam legamnya. Felix mengerjap beberapa kali menyesuaikan cahaya yang masuk pada retinanya sebelum melihat Robert dengan jelas.
"Kamu sudah bangun? Maafkan Papa, apakah Papa mengganggu tidurmu?"
Felix melihat sekeliling ruangan, gorden yang berfungsi untuk menghalangi cahaya matahari kini sudah terbuka dengan rapi dan ruangan yang gelap gulita kini telah diterangi cahaya matahari.
'Sudah jam berapakah ini?' Batin Felix.
"Sayang.. Apakah kamu baik-baik saja?" Tanya Robert kembali, karena tidak mendapati jawaban dari Felix.
"Ya Papa, kepala Felix hanya sedikit pusing."
"Apakah sebaiknya Papa panggilkan Tabib?" Tanya Robert khawatir.
"Tidak perlu Papa, ayo kita sarapan pagi saja."
"Baiklah, Papa sudah mengelap tubuhmu tadi karena Felix berkeringat dingin. Lebih baik kamu tidak mandi terlebih dahulu untuk hari ini. Papa sudah meminta pelayan untuk menyiapkan sarapan kita."
Felix bangkit dari tempat tidur, segera digendong oleh Robert menuju lantai satu ruang makan. Mendudukkan Felix di kursi makan sebelah kanan Robert.
Meja makan yang selalu hening dan hanya terdengar denting alat makan, karena Robert selalu mengajarkan kepada Felix untuk tidak berbicara saat makan. Ketika sudah selesai makan Robert mulai membuka obrolan.
"Besok sepupu Papa akan datang kemari mengunjungi kita."
"Sepupu itu apa Papa?" Tanya Felix bingung.
"Sepupu adalah saudara senenek dan sekakek Papa, Sayang." Ucap Robert menjawab pertanyaan Felix tadi.
"Apakah Felix mempunyai sepupu?" Tanyanya kembali.
"Tidak." Jawab Robert cepat.
"Kenapa tidak Papa?"
"Karena Adik Papa belum mempunyai anak sayang, jadi kamu belum mempunyai sepupu." Ucap Robert dengan senyumnya.
"Apakah kamu ingin jalan-jalan sebentar di taman atau mandi terlebih dahulu?" Tanya Robert mengalihkan topik pembicaraan.
"Felix ingin jalan-jalan di taman bersama Papa." Ucapnya dengan senyuman.
"Baik, mari kita jalan-jalan sebentar untuk melancarkan pencernaan."
Tidak terasa hari ini sudah enam bulan berlalu semenjak aku mengajak Felix jalan-jalan ke sebuah pameran di Ibu Kota.
Bulan depan Felix akan merayakan Ulang Tahun yang ke 6. Aku ingin memberikan sebuah kado istimewa yang sudah ia idam-idamkan sejak lama.
Tanpa sadar Robert membawa Felix jalan-jalan menuju sebuah taman yang sudah lama tidak ia kunjungi.
Terlihat tidak banyak ada perubahan pada taman ini. Air mancur di tengah kolam dihiasi ikan yang berwarna warni. Pohon dan bunga-bunga yang tersusun sangat rapi.
Robert ingat ada sebuah danau buatan dengan pemandangan yang sangat indah di dekat taman ini, yang sangat cocok untuk dikunjungi bersama Felix. Mungkin lain kali Robert akan mengajak Felix ke sana untuk piknik keluarga.
............
"Sudah lama sekali aku tidak berkunjung kemari." Ucap seseorang yang baru saja turun dari kereta kuda.
"Bagaimana kabarmu?" Ucapnya kembali memberi salam.
"Baik." Balas Robert dengan senyumannya.
"Mari masuk." Ucap Robert kembali.
Setelah berkata seperti itu, kemudian Robert membawa masuk tamu tersebut kedalam rumahnya.
"Ahh akhirnya aku bisa duduk dengan nyaman setelah berjam-jam di dalam kereta."
"Kenapa kamu tiba-tiba ingin datang kemari? Tidak seperti biasanya kamu ingin mengunjungiku."
"Apakah kamu tidak tahu?"
"Tentang apa?" Tanya Robert balik.
"Ku dengar akan ada sebuah pameran besar di kota ini, sehingga aku ingin melihat-lihat apakah ada barang antik yang berguna dari berbagai penjuru dunia hahaha.."
"Hah, Ternyata kamu masih tidak berubah, masih menyukai barang-barang tidak berguna seperti itu."
"Apakah kamu ingin ikut dengan ku ke pameran tersebut?" Tanyanya menghiraukan ucapan Robert sebelumnya.
"Bagaimana bisa kamu berpikir bahwa aku akan ikut dengan kamu mengunjungi pameran?"
"Siapa yang tahu." Ucapnya sembari mengangkat bahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Felix The Boy'
RomanceArtificial Family (The Embodiment of a Boy Brings Happiness)