Passion'

3.2K 109 4
                                    

'CEKLEK'
 
'BRUK'
 
"SIAL!!"
 
Suara pintu kamar mandi terkunci dari dalam. Disusul dengan suara umpatan. Menampilkan seorang laki-laki telanjang bulat tengah terengah-engah menahan hasratnya.
 
Mata yang terpejam, tangannya mulai menyentuh penis penuh urat yang sudah menegang sedari tadi. Dengan lihai gerakan tangan Robert menaik turunkan penisnya yang sudah dipenuhi precum dengan perlahan.
 
Gerakan tangan yang semakin cepat saat merasa nikmat sembari membayangkan lubang merah hangat yang basah penuh dengan lendir, membuat Robert berkali-kali lipat lebih bernafsu dari sebelumnya. Sudah lama Robert tidak merasakan lubang vagina semenjak kepergian istrinya.
 
"Ahh.. ahh.. Mm.. ahhh.. ahhng.."
 
"Hah.. hah.. nggg.. Mm.. ahhh.. ahh.."
 
Sesekali Robert mengeram nikmat, menikmati remasan tangan pada penis miliknya. Tangannya tengah bermain-main di kepala penis menikmati sensasi yang sangat luar biasa, ketika tangan Bermain di sekitar lubangnya Robert merasakan sensasi geli tapi sungguh nikmat badannya merasa semakin panas.
 
Kocokkan pada penisnya semakin cepat dan tak tertahankan. Rangsangan ekstrem membuatnya semakin terpejam sangat nyaman. Napasnya semakin tidak teratur, menggigit bibirnya menahan desah. Ekspresinya bercampur antara nikmat dan rasa bersalah membayangkan wajah cantik yang luar biasa menggoda milik putranya. Rasa bersalah sempat terlintas dalam pikirannya, namun tangannya tanpa keraguan terus menggosok penis tegangnya.
 
Pikirannya kembali dipenuhi dengan bayangan bahu yang halus dan indah milik putranya. Vagina merah yang menggoda terbuka dan tertutup mengikuti pergerakan pernapasan Felix, labia majora yang masih bersih tidak ditumbuhi rambut dan labia minora yang sangat halus dan bengkak berwarna pink kemerahan masih belum tersentuh, kelenjar bartholin yang berada di setiap sisi sebelah lubang vagina dan bisa mengeluarkan sekresi cairan lendir untuk melumasi alat reproduksi wanitanya, ukuran klitoris yang sedikit lebih besar ditutupi oleh lipatan kulit pretiputium mirip dengan kulup di ujung penis.

Alat reproduksi pria milik Felix terlihat sedikit lebih kecil dari usianya. Penis yang berfungsi sebagai organ vital miliknya terlihat sangat menggoda dan lucu dengan warna pink kemerahan, ukuran testis yang sedikit kecil dari usianya mempengaruhi bentuk skortum yang menyerupai labia. Ekspresi kekanak-kanakan dan polos milik Felix, sesuatu yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya.
 
Penisnya bertemu dengan lubang kecil yang basah dan lembut. Klitoris yang lembut menyentuh batang penis tegang milik Robert. Gesekan yang tidak sengaja membuat labia montok milik Felix semakin membungkus penis tegang Robert, penisnya merasakan sensasi panas dan hangat yang disebabkan oleh labia dan air yang membungkusnya.
 
Lubang vagina yang nakal itu seperti menghisap penis Robert. Vaginanya akan terbuka dan hampir menghisap penis tegang milik Robert akibat gesekan yang tiba-tiba diberikan oleh Felix.
 
Sakit dan sangat menyiksa karena rangsangan ini, sangat tidak nyaman. Sangat ketat, apakah akan pecah jika penisnya masuk ke dalam vagina ketat milik Felix. Apakah vaginanya akan menggigit penis miliknya. Apakah vaginanya akan menghisap dengan kuat penisnya ketika masuk nanti.
 
Robert tidak mau berpikir 'kenapa vagina milik Felix tidak menghisap penis miliknya, kenapa Felix bergerak keluar, kenapa Felix tidak membiarkan penis milik Robert masuk ke dalam vagina sempitnya.
 
Robert tidak yakin apakah pikirannya ini disebabkan karena godaan dari vagina milik Felix yang menyentuh penisnya, tapi Robert menyadari bahwa wajahnya memerah. Jari-jarinya dengan erat dan cepat bergerak mengocok penisnya yang sudah menegang sedari tadi menahan orgasmenya.
 
Tubuhnya mulai gemetar dan napasnya bertambah cepat, Robert akhirnya menyerah dengan nada memohon dia berteriak.
 
"Felix... sa-sayang... aahhngg.. ak-aku ingin masuk... aahhnngg.." Robert akhirnya mencapai batasnya.
 
"Ahhhgg.. Aaahhh.. AAAHHHHHGGNNGG...." Erangan Robert menikmati pelepasannya. Berbicara dengan  volume yang nyaris tak terdengar di akhir kalimat.
 
'CROT. CROT.. CROT...' Robert merasakan lelehan sperma yang memenuhi tangannya.
 
Tubuh Robert terasa lemas, napasnya tersengal-sengal setelah orgasme tadi, matanya masih terpejam menikmati pelepasannya. Ketika Robert membuka mata ternyata spermanya tumpah ruah hingga berceceran ke lantai dan perutnya.
 
Meskipun begitu Robert merasa belum puas, penisnya masih terlihat menegang setelah orgasme tadi.
 
Robert masih bisa merasakan sensasi selama berendam tadi. Sensasi hangat yang dirasakan oleh penisnya ketika ditekan di bawah vagina Felix. Gerakan yang ditimbulkan oleh Felix membuat penis Robert semakin tegang dan menyentuh lubang kemaluan Felix. Labia yang lembab menempel di atas penisnya tidak lupa dengan klitoris kecil yang keras menyentuh lubang penis milik Robert.
 
Sesekali akibat gerakan tiba-tiba yang disebabkan oleh Felix membuat lubang vagina sempit dan Penis tegang Robert bertemu dan hampir menghisapnya. Kenikmatan yang begitu kuat sehingga Robert takut penisnya akan masuk ke dalam vagina sempit Felix dan melakukan penyatuan tanpa disengaja.
 
Desahan penuh nafsu dan frustrasi dari mulut Robert terdengar dan menggema di kamar mandi milik Felix. Kepalanya benar-benar terasa kosong.
 
Kecepatan tangannya meningkat, saat klimaksnya semakin mendekat Robert menggertakkan giginya dengan erat karena takut desahannya terdengar hingga ke kamar Felix.
 
Tubuhnya mulai kembali gemetar dan napasnya kembali bertambah cepat.
 
"Ahh.. Ahh.. Ahhhgg.. Aaahhh.. AAAHHHHHGGNNGG...." Erangan Robert kembali menikmati pelepasannya.
 
'CROT. CROT.. CROT...' Robert merasakan lelehan sperma yang memenuhi tangannya.
 
"Hah.. Hah.. Hah.." Robert mengatur napas yang masih terengah-engah di lantai kamar mandi setelah orgasmenya tadi.
 
Tatapan matanya kosong dan merasa sedikit tersesat. Ada begitu banyak air mani menyembur ke mana-mana terutama tangan dan badannya, diikuti bau amis yang semakin menguat menyebar ke seluruh ruangan kamar mandi, hasratnya benar-benar tidak bisa ditahan setelah orgasme yang pertama.
 
"Astaga, apa yang telah aku lakukan? Tidak peduli bagaimana pun aku memikirkannya, kali ini aku benar-benar berlebihan. Sepertinya aku sangat kesepian, sudah berapa lama ini? Juli aku rindu kamu dan anak kita."
 
"Felix maafkan Papa." Sesal Robert pelan.
 
Gelombang frustrasi tiba-tiba dia rasakan menyapu dirinya. Rasanya seolah-olah energi selama sepuluh tahun telah tersedot keluar dari tubuhnya kembali. Setelah melihat bahwa tubuhnya telah dipenuhi dengan air mani atau spermanya sendiri dan objek fantasi yang ia gunakan untuk bermasturbasi adalah anaknya sendiri bukan istrinya.
 
Beberapa saat setelah Robert menenangkan pikirannya Robert bangkit dan masuk menuju shower untuk membilas badannya yang dipenuhi dan dibaui sperma yang sangat kuat.
 
Membersihkan kamar mandi milik Felix sisa dari perbuatan senonohnya tadi dan sisa dari dirinya dan Felix mandi dan berendam bersama. Setelah semuanya bersih dan rapi kembali, Robert menuju shower dan mandi untuk kedua kalinya di malam ini karena udara yang cukup lumayan panas membuat dirinya berkeringat kembali.
 
Setelah menyelesaikan mandinya Robert berjalan menuju nakas untuk mengambil bathrobe menutupi tubuh telanjangnya keluar kamar mandi dan menghampiri Felix.
 
"Maafkan Papa, apakah Papa terlalu lama di dalam kamar mandi sayang?"
 
"Mm.. Papa sangat lama"
 
"Bisakah Felix memaafkan Papa?"
 
"Ya " Ucap Felix dengan wajah cemberutnya.
 
"Terima kasih sayang, baiklah mari kita makan, agar tidak terlalu malam kamu tidur."
 
"Gendong Felix Papa."
 
"Tentu sayang, setelah Papa selesai memakai pakaian."
 
Robert berjalan menuju ruang ganti baju di samping kamar mandi milik Felix. Robert mengenakan satu set pakaian tidur bersih yang sama dengan yang dikenakan Felix sekarang, dia membelinya ketika berbelanja bersama Felix tadi siang dan setelah selesai berpakaian Robert keluar dari ruang ganti menuju ranjang.
 
"Terima kasih karena Felix sudah menunggu Papa berganti pakaian."
 
"Sama-sama Papa."
 
"Mari kita menuju ruang makan"
 
"Gendong Felix Papa."
 
"Tentu sayang."
 
Robert dan Felix kembali turun menuju ruang makan. Malam ini Robert tidak memasak, hanya menghangatkan makanan yang mereka tadi beli di luar sebelum pulang.
 
"Terima kasih Papa untuk makanannya."
 
"Sama-sama sayang."
 
"Bagaimana makanannya apakah enak?"
 
"Enak Papa."
 
"Apakah besok ada sesuatu yang ingin Felix makan?"
 
"Hmm.. Felix ingin sesuatu yang manis dan segar Papa."
 
"Baik, akan Papa masakkan untuk Felix besok pagi."
 
"Terima kasih Papa, Felix sayang Papa." Ucap Felix menghampiri Robert dan memeluknya.
 
"Sama-sama sayang, Papa juga sangat sayang Felix." Balas Robert lembut.
 
Setelah pelukan yang diberikan Robert sebagai balasan kasih sayangnya untuk Felix terlepas, Robert kembali berucap pada Felix.
 
"Bisakah Felix tunggu Papa sebentar di sofa? Papa ingin membersihkan meja dan peralatan makan terlebih dahulu."
 
"Tentu Papa, Felix akan tunggu Papa di sofa ruang keluarga."
 
"Terima kasih sayang, apakah Felix ingin Papa antar ke sana?"
 
"Tidak perlu Papa, Felix bisa berjalan sendiri menuju sofa, silakan Papa untuk membersihkan ruang makan saja, atau ingin Felix bantu membersihkan ruang makan bersama?"
 
"Baiklah kalau begitu. Terima kasih untuk tawaran Felix membantu Papa tapi ini tugas Papa sayang, kamu hanya perlu menunggu Papa hingga selesai membereskan semua ini di sofa."
 
Setelah makan dan membereskan peralatan serta ruang makan, mereka kembali naik tangga untuk menuju kamar Felix.
 
'CEKLEK'
 
"Mari tidur sayang, karena besok sepertinya akan menjadi hari yang sangat padat untuk kita berdua."
 
"Baik Papa."
 
"Sebelum tidur, mari minum susu terlebih dahulu karena susu bagus untuk pertumbuhan Felix."
 
Dengan patuh Felix meminum susu yang tadi Robert berikan kepadanya. Robert tersenyum lembut melihatnya. Setelah selesai menghabiskan susu yang Robert beri Felix meletakkan gelas susu di samping nakas tempat tidurnya, kini Robert meminta Felix untuk segera berbaring di sampingnya.
 
"Kemarilah sayang, segera tidur di samping Papa kamu pasti lelah setelah seharian ini jalan-jalan berkeliling kota. Papa akan memelukmu hingga tertidur." Ucap Robert sembari mengecup dahi Felix lembut.
 
"Mm.. baik Papa selamat malam." Ucap Felix sembari menutup matanya.
 
"Ya, selamat malam sayang dan selamat tidur anakku." ucap Robert, sembari tangannya terus mengusap surai Felix dengan lembut.
 
Tidak lama setelah Felix tertidur Robert terbangun dari ranjang Felix. Menyelimuti tubuh mungil Felix, dengan perlahan Robert mengecup dahi, kemudian kedua kelopak mata Felix. Mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidur. Membuat ruangan yang terang benderang kini hanya terlihat siluet seseorang dengan badan tinggi tegap tengah berdiri disisi ranjang.
 
"Semoga mimpi indah." Kecupan lembut kembali Robert berikan.
 
'CEKLEK'
 
Suara pintu terdengar tertutup dari luar setelah selesai menyelimuti Felix, Robert pergi menuju dapur untuk mencuci gelas yang tadi Felix gunakan untuk meminum susunya.
 
Setelah selesai mencuci gelas dan mengecek pintu apakah sudah terkunci semua dengan rapi, lalu mematikan lampu lantai satu dan kembali naik menuju lantai 4 kamarnya.
 
 
 
 
 
 
 
Tbc.

Felix The Boy'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang