Part I - Hot Chocolate

408 45 39
                                    

Zhang Zhe Han memandang keluar jendela café miliknya. Sejauh matanya memandang, semua putih. Trotoar, jalan raya, tiang lampu jalan, semuanya tertutup salju. Hari sudah menjelang sore dan cuaca semakin dingin. Tidak mengherankan kalau tidak banyak orang yang berjalan di luar café-nya. Pengunjung juga tidak terlalu ramai hari ini walaupun ini adalah hari Sabtu. Mungkin dengan cuaca sedingin ini, banyak orang yang memilih bersantai dirumah dengan penghangat ruangan yang nyaman.

Desember.

Zhe Han paling suka bulan Desember. Baginya, ini adalah bulan paling meriah. Pohon – pohon di pinggir jalan dan taman dihias dengan lampu – lampu kecil berwarna – warni. Semua orang berlomba – lomba untuk menghias kantor, toko, restaurant, café bahkan rumah mereka dengan berbagai hiasan Natal dan Tahun Baru.

Dia melayangkan pandangannya ke café miliknya dan tersenyum puas dengan dekorasi yang dia dan pegawainya pilih tahun ini. Tahun ini, Zhang Zhe Han memilih pohon Natal berwarna putih dan dihias dengan pita dan bola – bola berbagai ukuran berwarna emas. Diujung pohon Natal, dia sematkan hiasan berupa malaikat yang juga berwarna emas. Tak lupa dia juga melingkarkan lampu warna – warni yang berkerlap – kerlip mengikuti alunan nada lagu – lagu Natal yang diputar. Dia juga menyiapkan beberapa hadiah yang dibungkus dengan kertas kado yang lucu dibawah pohon. Biasanya dia akan memberikan hadiah itu kepada pelanggan yang membawa anak – anak.

Pada saat itu, pintu café-nya dibuka dan angin dingin dari luar pun menyelinap masuk bersamaan dengan seorang pria jangkung dan seorang anak perempuan. Zhe Han sempat terpana karena ketampanan pengunjung yang baru datang itu. Dia tinggi, berkulit putih, berhidung mancung, rambut hitamnya ditata rapi dan bola mata hitam yang menatap tajam. Dia tidak pernah melihatnya sebelumnya. Sudah dipastikan, pria ini bukan pelanggan tetap di café-nya.

“Selamat datang.” Akhirnya dia menemukan suaranya kembali dan dengan tersenyum ramah, Zhe Han menyapa pelanggan barunya itu.

“Halo.” Pria itu menyapanya kembali dengan senyum mengembang.

Senyum pria itu hampir membutakan Zhe Han. Zhe Han harus memaksa dirinya untuk tetap professional.

“Bisa kubantu dengan pesanannya?”

“Hmm,” pria itu menatap daftar menu yang terpasang diatas meja kasir, membaca setiap jenis minuman yang disediakan.

“Satu hot cappuccino dan satu hot chocolate.”

Pria itu kemudian mengalihkan pandangannya pada anak perempuan yang digandengnya. “Zhou Ye, apa kau mau makan sesuatu?”

“Apa Zhou Ye boleh makan strawberry cheesecake?”

Pria itu tersenyum padanya, “tentu saja.”

“Satu strawberry cheesecake.” Katanya kemudian pada Zhe Han.

Setelah membayar pesanannya, pria itu berjalan ke salah satu meja yang berada di sisi jendela dan menunggu pesanan mereka diantarkan.

Tidak perlu menunggu lama, pesanan mereka sudah diantarkan ke meja.

Zhe Han kembali ke posisinya di meja kasir dan sesekali mencuri pandang ke arah mereka. Seorang pria muda, mungkin usianya tidak jauh darinya, sudah memiliki seorang anak yang menurut Zhe Han berusia sekitar enam tahun. Tanpa sadar dia mendesah perlahan, teringat akan pertanyaan rutin sang ibu mengenai pasangannya.

Dan dia sangat yakin, ketika dia pulang ke rumah orang tuanya untuk liburan Natal dan Tahun baru, ibunya pasti akan menanyakan hal yang sama. Kadang dia bertanya – tanya, apakah ibunya tidak bosan menanyakan hal yang sama setiap kali mereka bertemu. Zhe Han kadang merasa bosan memberikan jawaban yang sama – belum menemukan orang yang dia suka. Apakah ibunya tidak bosan mendengar jawaban yang selalu sama?

Holiday SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang