chapter 35 [END]

1.2K 100 20
                                    

35. Akhir dari segalanya

.
.
.
.
.
.

Shilla selalu menyembunyikan penyakit yang dia derita selama bertahun-tahun. Tidak ada satupun yang mengetahui hal itu, selain asisten pribadinya. Pergi kerja keluar kota bahkan negeri hanyalah sebuah alasan yang dia lakukan untuk berobat ke rumah sakit.

Masih ingat dengan kejadian dimana shilla tidak jadi pulang ke rumah saat itu? Sebenarnya shilla sudah bersiap untuk pulang. Namun tiba-tiba saja shilla collapse. Dia harus kembali dirawat di rumah sakit.

Mengenai tentang kebenaran Leon, shilla tentu saja sudah mengetahuinya. Namun dia tidak memperdulikannya. Yang jadi fokus utama wanita itu hanyalah sang anak.

Air mata Leon mengalir dengan deras ketika mengingat penjelasan dari asisten pribadi istrinya itu. Dia terlambat. Dia tidak bisa memperbaiki hubungannya dengan sang istri.

Sedangkan Savier sendiri sudah mencoba untuk mengikhlaskan kepergian sang ibu. Biarlah mamanya bahagia setelah menderita selama bertahun-tahun.

Namun pada kenyataannya Savier pun masih sering menangisi shilla. Dia belum bisa membahagiakan sang ibu.

"Udah 1 bulan, gue harap sapi bisa ngelewatin semuanya dengan ikhlas." Doa Agel.

Agam, Agel dan Jevan sedang mengamati Savier dari kejauhan. Disana terlihat anak itu yang sedang duduk diam di bangku belakang rumahnya.

"Papa juga masih sering nangis. Jevan gak tega liatnya." Sahut Jevan.

Tiba-tiba saja Agam melangkahkan kakinya menuju Savier. Ternyata anak itu mulai menangis lagi.

Agam langsung memeluk Savier.

"Puas-puasin aja dulu, keluarin semua yang Lo pendam. Setelah ini janji sama gue jangan nangis lagi." Savier mengangguk sambil balas memeluk Agam.

Jevan dan Agel ikut-ikutan memeluk Savier. Jadinya keempat pemuda itu berpelukan seperti Teletubbies.

Seminggu kemudian keadaan Leon dan Savier mulai membaik. Mereka mulai melakukan aktivitas seperti biasa.

Saat ini para orang tua dan anak-anak sedang berkumpul. Leon dan Farel sibuk bermain catur, Damian membaca koran, Romeo mengetik di laptopnya, dan para anak-anak yang sedang bermain monopoli.

"Gue mau beli Mesir!" Pekik Savier.

"No! Mesir incaran gue dari awal!" Agel berteriak tak terima.

Namun Savier menghiraukannya. Dia menjulurkan lidahnya meledek Agel.

"Buset, negara lain masih ada tong." Komentar Saga yang melihat rusuhnya kedua orang itu hanya karena negara Mesir.

"Si Arkan beneran pindah?" Tanya Agel pada Savier.

Savier mengangguk, "gimana lagi, dia satu-satunya penerus keluarga ibunya."

Ibunya Arkan ternyata anak semata wayang dari keluarga yang memiliki sebuah perusahaan yang cukup besar. Mengetahui jika mereka memiliki penerus, mereka akhirnya meminta Arkan untuk tinggal dengan mereka.

JASA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang