chapter 13

864 89 2
                                    

13. Kisah Agel

.
.
.
.
.
.

"Agel..... Agel bangun dong hiks..... Nanti Jevan kasih hadiah ke Agel. Tapi bukan yang chimmy hiks...." Isak tangis Jevan terdengar di ruang rawat Agel.

Mereka dengan segera membawa Agel ke rumah sakit setelah menemukan tubuh Agel yang tergeletak dibawah tangga.

"Udah cil, Agel kan kuat. Gak mungkin mati duluan. Rumah sakit kan udah kaya resort buat si Agel." Celetuk Savier yang sedang mabar dengan Agam di kursi.

Yang terlihat khawatir dengan kondisi Agel hanyalah Jevan. Savier dan Agam hanya duduk tenang di kursi. Pada kenyataannya didalam hati kedua pria itu juga merasa cemas. Tapi mereka mencoba menutupi hal itu agar Jevan tidak makin panik.

"Ini semua salah Jevan, coba aja tadi Jevan gak ngejar Agel, pasti Agel gak bakalan jatoh hiks...." Jevan masih terisak.

Sedari tadi Jevan terus menerus menyalakan diri sendiri. Agam dan Savier sampai bingung harus menenangkan Jevan dengan cara bagaimana.

"Lo gak salah, Agel jatoh karena ulah dia sendiri." Hibur Agam.

BRAK

"Anak gue masih napas kan?! Jangan mati dulu!! Gue belum ada ahli waris lain!!" Teriak seseorang sambil membuka pintu rawat dengan tidak santai.

Jevan, Agam dan Savier sampai terkejut.

"Babeh! Kebiasaan banget sih suka gak nyelow kalau buka pintu." Omel Savier pada orang yang dipanggil 'babeh' itu.

"Hehe sori..." Cengir Farel, babehnya Agel.

Farel lalu melangkah dengan santai kearah ranjang Agel. Pria itu meneliti kondisi Agel. Kepala di perban, tangan di perban, kaki lebam biru, pipinya juga ada sedikit lebam.

"Ck, segini doang kamu sampai pingsan?" Farel menyentil telinga Agel, "waktu nyusruk ke jurang kok gak pingsan? Sekarang terjun dari lantai dua malah pingsan." Omelnya, namun tangannya mengusap kepala Agel dengan lembut.

"Heran gue, punya anak hobi banget terjun dadakan." Dumelnya.

Kemudian dia menatap satu persatu penghuni ruang rawat anaknya. Tatapan matanya terpaku pada Jevan yang masih nangis sesenggukan sambil mengelap air matanya dengan ujung bajunya.

"Ini si bontot kenapa mewek?" Tanya Farel pada Agam dan Savier.

Akhirnya Savier menceritakan cerita lebih detail kenapa Agel bisa terjun dari lantai dua.

Farel memijat pelipisnya, anaknya ini selalu saja membuat masalah.

"Udah jangan nangis, nanti babeh beliin boneka buat Jevan. Ini mah salah si ager sendiri. Gausah ngerasa bersalah." Ujar Farel sambil mengusap kepala Jevan.

"Ta-tapi,"

"Sut, diam kau Roma." Farel menutup mulut Jevan dengan tangannya.

"Udah babeh bilang, bukan salah Jepan. Udah jangan nangis lagi, nanti Daddy ngamuk ke babeh."

Jevan segera berhenti menangis. Dia lalu berjalan menuju Agam dan Savier yang masih sibuk masing-masing. Akhirnya Jevan jatuh tertidur disamping Agam.

JASA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang