chapter 4

1K 116 6
                                    

4. The King

.
.
.
.
.
.

Keenam pria itu melangkah bersama bak segerombolan preman yang ingin malak. Pemandangan ini sangat langka bagi para murid di SMA angkasa. Bagaimana tidak, biasanya geng JASA tidak pernah mengizinkan orang lain masuk di circle mereka.

Namun saat ini berbeda. Kehadiran Arkan dan Gama ditengah-tengah mereka membuat banyak pertanyaan didalam pemikiran mereka.

Tapi kejadian itu tak ayal membuat para siswi memekik histeris karena para cogan SMA angkasa berkumpul dalam satu circle.

"Agam!! Angkat aku jadi ibunya JASA!"

"Ogah." Serempak JASA.

" Jevan!! Sini yuk ikut tante!"

Jevan yang mendengar itu langsung bergidik ngeri. Dia segera berpindah kebelakang badan Agam dan mencengkram ujung baju Agam. Saat ini Jevan sangat mirip seperti anak kecil yang menempel pada ayahnya karena takut tersesat di keramaian.

Agam membiarkan Jevan mengekornya. Dia juga sudah menganggap Jevan sebagai adiknya sendiri. Tidak, semua anggota JASA susah dia anggap sebagai adiknya.

"Agel!! Ikut aku yuk! Nanti aku bayarin kamu bimbel cara jalan yang baik dan benar!"

Agel yang mendengar itu terkejut sampai hampir tersandung. Dia memandang cewe itu dengan senyum buayanya.

"Gausah repot-repot cantik, babeh gue juga udah kasih bimbel gratis dari kecil. Tapi hasilnya Lo bisa lihat sendiri." Ucapnya dengan senyum buayanya.

Cewe itu memekik histeris saat Agel membalas perkataannya.

"Sapi!!-"

"Nama gue Savier! SA-VI-ER! Gak ada unsur sapinya. Paham?!" Potong Savier kesal karena dia memanggilnya dengan sebutan itu.

Dia tidak mempermasalahkan jika salah satu dari sahabatnya memanggilnya dengan sebutan itu. Tapi kalau orang lain? Jangan harap!

Setelah itu dia bergegas menyusul teman-temannya yang sudah agak jauh didepan.

Sesampainya diparkiran, Arkan dan Gama menatap aneh kearah motor Agel.

"Ppfftt.... Itu motor atau sepeda bocil? Gayanya doang motor mahal, tapi gak ada bedanya sama sepeda." Ujar Arkan sambil menahan tawanya.

Agel mendengus kesal mendengar ucapan Arkan tadi.

"Ini tuh motor limitid edisiyon tau ga? Mana ada motor lain yang mirip motor gue." Sombong Agel sambil menegakkan motornya yang sedari pagi disenderkan ke tembok.

Iya. Karena masalah standar yang gak kelar-kelar, Agam jadi menyuruh Agel memarkirkan motornya ala sepeda bocil jaman dulu. Agel akhirnya memarkirkan motornya dengan cara menyenderkan nya didinding pos satpam.

"Limited edition." Ujar Gama membenarkan pengucapan Agel yang nyeleneh tadi.

"Buset gam, Lo jarang ngomong. Sekalinya ngomong cuma buat ngoreksi omongan orang ya?" Celetuk Savier kepada Gama.

Namun Agam juga menoleh kearah Savier ketika mendengar kata 'gam' dari mulutnya. Agam berfikir Savier sedang berbicara dengannya.

Dan terjadilah Savier ditatap oleh kedua kutub di SMA angkasa. Pria itu langsung tertawa kikuk ketika mendapat tatapan tajam dari kedua orang itu.

'apa ini definisi dari sekali dayung dua tiga pulau terlampaui?' batin Savier.

Ngenggg

Deru motor Agel memekakkan telinga mereka. Savier langsung saja menendang ban motor bagian belakang motor Agel. Jantungnya berdegup kencang karena mengira akan ada tawuran.

Memang mereka selalu berbuat nakal. Tapi untuk tawuran dan merokok mereka tidak ingin terlibat.

"Kaget goblok! Gue kira ada tawuran!" Umpat Savier kesal sambil mengelus-elus dadanya.

"Tawuran apaan sih? Pikiran Lo liar amat." Sewot Agel yang kesal karena motornya ditendang Savier.

"Noh, bosnya ada disini. Siapa tau mereka mau nyeret anak orang tawuran." Lirik Savier pada Gama.

The King. Geng motor yang diketuai oleh Gama. Tak jarang geng mereka suka melakukan tawuran didepan gerbang sekolah mereka. Hal itu tentu saja menyusahkan JASA ketika hendak pulang. Maju bonyok, mundur dikurung. Jadinya mereka harus selalu manjat lewat belakang sekolah dan pulang naik angkot. Mereka lebih merelakan motornya menginap di sekolah daripada wajah mereka ikutan bonyok.

"Gak ada tawuran." Dengus Gama malas.

Banyak yang bingung, kenapa Gama tidak pernah dihukum atas segala kenakalannya. Kenyataannya prestasi nya jauh lebih banyak dibandingkan kenakalannya. Sekolah pun sudah mendapat peringatan dari orang tua Gama untuk tidak menghukum anak kesayangan mereka. Kalau tidak maka mereka akan berhenti menjadi donatur di sekolah SMA angkasa.

Walaupun orang tua JASA juga donatur, isi pikiran kepala sekolah yaitu, 'kalau bisa banyak, kenapa engga?'.

Beda lagi sama orang tuanya JASA. Mereka malah ikhlas lahir batin kalau anaknya dihukum sama pihak sekolah. Soalnya kalau dirumah kerjaannya bikin istighfar terus. Jadi kalau ada kesempatan buat hukum mereka, kenapa engga?

"Jevan pengen deh sekali-kali ikut tawuran. Pengen ngerasain rasanya nonjok orang." Gumam Jevan yang masih bisa didengar oleh mereka.

Sontak mereka menoleh kepada Jevan yang sedang melamun sambil tersenyum-senyum sendiri.

Arkan bergidik ngeri, "temen Lo kesurupan tuh."

"Seumur-umur gak pernah gue liat orang senyum-senyum sambil ngebayangin rasanya tawuran." Ujar Gama.

Semua orang langsung menoleh kearah Gama. Bahkan Jevan sampai keluar dari khayalannya.

"Itu si Gama yang ngomong?" Celetuk Agel sambil mengorek-ngorek telinganya.

"Mungkin orang yang baru aja lewat." Cetus Savier.

Mereka menatap Savier dengan jengah.

"Yang baru aja lewat cewe, sapiii." Gereget Agel.

"Itu bukannya mantan Arkan ya?" Ujar Jevan tiba-tiba.

Mereka jadi memperhatikan cewe itu yang sedang berjalan semakin jauh.

Rambut panjang bergelombang berwarna hitam, kulit putih, tubuh tinggi semampai, punya lesung pipi. Pantas aja ketua OSIS garang macam Arkan bisa luluh. Tapi kasian, kisah cintanya harus berakhir dengan alasan lebih tragis dari perselingkuhan.

Arkan hanya mendengus malas. Mood dia sudah merosot sampai dasar jurang. Bersama teman-teman Agam saja bisa membuat mood nya turun, ditambah melihat mantan pacarnya yang ternyata adalah seorang pria.

"Eh iya njir, gimana rasanya Ar ketemu mantan?" Goda Agel sambil menaik turunkan alisnya.

Arkan menatap tajam kearah Agel. Tangannya sudah bersiap untuk mencekik leher pria itu.

"Dia mau ke lampu merah kan?" Pertanyaan polos dari Jevan membuat Arkan menghentikan aksinya.

Mereka semua  mengerenyit bingung mendengar pertanyaan dari Jevan.

Berbeda dengan Agam yang sudah was-was ditempat.







See you.......

JASA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang