Day 2: Stranger

401 57 7
                                    

"Eughh~"

Erangan kesakitan dari seorang pria terdengar di sebuah kamar yang tidak terlalu luas itu. Si pria asing dengan perlahan membuka kelopak matanya. Tubuhnya sulit digerakkan karena luka yang dia alami. Setelah membiasakan cahaya yang masuk pada retina matanya, pria itu merasa asing dengan langit kamar tempatnya tidur. Aroma kamar ini juga berbeda dari aroma kamarnya. Matanya bergulir ke sisi ruangan yang lain. Terasa sangat asing.

Satu kesimpulan yang dia dapat di otaknya. Ini bukanlah kamarnya.

Lalu dia ada di kamar siapa? Apakah Jaehyun, salah seorang temannya? atau Taeyong, sepupunya?

Ah~ tapi tidak mungkin kalau ini kamar mereka berdua. Kamar Taeyong sangat bersih dan rapih, bahkan debu pun enggan untuk hinggap. Tapi kamar ini juga tak kalah rapih dan bersihnya. Dan kalau Jaehyun pun juga tidak mungkin. Tata ruang kamar pemuda berdimple itu tidak seperti ini.

Ingatan pria itu kembali berputar saat tengah malam tadi. Dimana ia tengah dikeroyok beberapa orang yang tidak ia kenal. Bukan perampok, apalagi preman. Tapi yang jelas, ia tidak tahu siapa dan apa tujuan orang-orang itu.

Seseorang pasti sudah menolongnya semalam. Setidaknya itu yang bisa ia simpulkan.

Pintu kamar terbuka dan menampilkan sosok pria lain. Apa dia yang sudah menolongku?

Pria yang masih berbaring itu menoleh pada seseorang yang menghampirinya.

"Kau sudah bangun rupanya."

Pria itu, Taeil, menaruh nampan berisi bubur dan beberapa butir obat pereda nyeri di atas nakas samping tempat tidur. "Apa yang kau rasakan, Tuan? Apa tubuhmu masih sakit?"

"Eugh~ bisakan aku minta minum? Kerongkonganku rasanya kering sekali."

"Oh, iya. Maafkan aku."

Taeil membantu pria itu duduk dan memberikan gelas berisi air itu pada si pria asing untuk minum.

"Terima kasih. Apa kau yang menolongku semalam dan mengobati lukaku?"

"Ya. Aku tidak sengaja melihatmu di gang dekat gedung apartemenku."

Pria itu seperti menelisik Taeil. "Bagaimana kau membawaku ke sini?"

"Tentu saja memapahmu. Aku tidak mungkin membopong tubuhmu yang lebih besar dariku 'kan?"

Benar juga. Dasar bodoh.

"Ah, ya, aku ini sungguh tidak sopan. Ngomong-ngomong, namaku Johnny Suh. Maaf seharusnya aku mengenalkan diriku dulu tadi."

"Tidak masalah. Aku Moon Taeil."

Pria asing itu, Johnny, tersenyum kepada Taeil. "Salam kenal, Taeil-ssi. Sekali lagi terima kasih karena sudah menolongku."

Taeil juga ikut tersenyum. "Sama-sama. Salam kenal juga, Johnny-ssi. Nah, aku sudah buatkan bubur untukmu, kau sarapan dulu. Lalu setelah itu diminum obatnya."

Taeil memberikan mangkuk bubur pada Johnny. "Maaf hanya bubur. Aku kehabisan bahan makanan dan belum berbelanja lagi."

"Tidak apa-apa. Kau mau menolong dan mengobatiku saja sudah cukup. Ditambah kau juga repot-repot membuatkanku bubur dan membawakan obat. Jika itu orang lain, mungkin aku sudah ditinggalkan saja di gang itu semalam."

Taeil menanggapinya dengan senyum. "Ya sudah, kalau begitu aku tinggal sebentar, ya. Oh iya, kalau kau mau memakai kamar mandi, pakai saja. Aku akan mencarikan baju yang setidaknya muat untukmu. Pakaianmu sudah tidak layak untuk dipakai."

Johnny melihat penampilannya. Benar saja, ia masih menggunakan kemeja hitam yang semalam, dan terlihat kotor. Johnny kembali melihat Taeil yang berdiri di samping tempat tidur.

7 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang