Mumpung lagi lowong.. dan ini adalah part terakhir dari book ini..
Hehe..
.
.
"HYUNG!"
"Kkamjjagiya!"
"Xixi~"
"Ada apa?"
"Pulang bersama?"
"Aku tidak bisa, Hyun-ah."
Hyunwoo terlihat lesu, bahunya turun dan lengkungan bibirnya ke bawah. Lagi-lagi ia tidak bisa pulang bersama dengan kakak kesayangannya ini.
"Lain kali saja, ya? Aku masih ada latihan Taekwondo."
"Hng~"
Seungjae menghela napas. Ditepuknya dengan pelan kepala Hyunwoo dan mengusaknya lembut. Ini sudah yang kesekian di bulan ini. Ayolah, Hyunwoo hanya ingin pulang bersamanya saja. Tapi ia juga masih mempunyai kegiatan lain. Ditambah, Seungjae sudah masuk tahun akhir sekolahnya. Pastilah ia makin sibuk dengan persiapan ujian akhir. Seungjae tidak mau kalau Hyunwoo menunggunya terlalu lama untuk pulang.
Johnny, ayahnya, sudah memberitahu Seungjae untuk mengurangi kegiatan. Tapi pemuda itu tetap tidak mau karena merasa masih sanggup.
"Tidak apa-apa, aku masih sanggup. Lagipula ini masih semester 1, jadi Papa dan Mama tidak perlu khawatir, ya."
Taeil pun tidak bisa melakukan banyak. Terkadang, ambisi Seungjae bisa menjadi sangat besar dibanding dengan kedua orang tuanya.
"Eoh? Sudah pulang."
"Hng~"
Doyoung menekuk alisnya bingung. Apa anaknya itu lagi-lagi tidak bisa pulang dengan Seungjae?
"Kau ingin membantu seperti biasa?"
Hyunwoo hanya mengangguk. Ini memang sudah menjadi kebiasaannya ketika masuk sekolah menengah atas. Membantu Doyoung di café sepulang sekolah. Hanya untuk mengisi waktu kosongnya sekaligus menemani Doyoung. Lagipula Doyoung tidak memaksa, itu semua murni keinginan anaknya sendiri.
Café cenderung ramai ketika sore harinya. Hyunwoo dengan cekatan mengantarkan makanan pada pelanggan. Ia senang melakukannya. Membantu Doyoung sekaligus menemani ibunya itu. Walau pun Doyoung lebih sering di ruangannya, tapi sesekali ibunya itu akan mengecek di dapur. Para karyawan ibunya pun sangat menenal Hyunwoo dan pemuda itu juga bekerja layaknya karyawan biasa.
"Hyunwoo-ya, tolong antarkan ini ke meja 10."
"Baik, hyung."
Dengan hati-hati namun cekatan, Hyunwoo mengantar pesanan pelanggan meja 10. Meja yang sedikit pojok itu biasanya diisi oleh anak-anak remaja seperti Hyunwoo.
"Chagi--"
"Ck! Berhenti memanggilku seperti itu, Seungmin."
"Aigo, chagi~ kau tidak boleh seperti itu~"
Samar-samar ketika akan mengantarkan makanan, Hyunwoo dapat mendengar percakapan pelanggan meja 10 itu. Tapi, seperti tidak asing.
"Permisi, ini pesanan--" Hyunwoo tertegun melihat salah satu dari 4 remaja di meja 10. Pantas rasanya tidak asing.
Si pemuda yang merasa dirinya sedang diperhatikan pun, mendongak. Matanya langsung melebar ketika melihat Hyunwoo berdiri masih dengan nampan di tangannya.
"M-maaf. Ini pesanan kalian." Buru-buru Hyunwoo meletakkan makanan mereka ke meja. "Selamat menikmati."
"Hyunwoo-ya--"
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Days
Fiksi PenggemarTaeil tidak akan pernah menyangka, kalau dia akan langsung dilamar oleh seorang pria asal Chicago, yang bahkan baru ia kenal selama 7 hari. "Menikahlah denganku, Moon Taeil." --dan apakah Taeil bisa menolak? Eh, salah. Yang benar, apakah Taeil akan...