Bab 5

827 80 0
                                    

Point Of View
• Sanako Uchiha •

Sesuai dengan rencana ku tadi, aku akan melakukan aksi kabur secara diam-diam supaya tidak menimbulkan kekhawatiran Bibi Shizune. Aku perlahan-lahan keluar dari kamar dengan menyembulkan kepalaku melihat kekanan dan kekiri apakaah ada orang atau tidak, setelah benar-benar memastikan jika tidak ada orang sama sekali aku lansung saja berlari menuju tangga dengan syal yang menutupi kepalaku dan tentu saja menjaga suara atau dentuman keras yang bisa mengalihkan perhatian.

Aku kembali menyembulkan kepalaku di celah-celah tangga supaya bisa melihat keberadaan Bibi Shizune dengan Paman Naruto saat ini, dahiku mengernyit kala tak melihat seorang pun berada di ruang keluarga maupun dapur yang letaknya saling terhubung. Kemana mereka? Aku kembali menoleh menatap jam dinding. Menepuk kepalaku, melupakan kalau di jam beginilah bibi Shizune akan pergi bekerja kembali mungkin ia akan kembali datang pada sore nanti paling lama tengah malam. Dan juga paman Naruto juga sudah pulang, ia trauma sepertinya bermain denganku.

Aku berteriak girang dalam hati. Dengan cepat aku turun dari tangga tanpa mempedulikan aku akan cedera atau tidak nantinya. Turun dari tangga akupun segera menuju gudang belakang yang terletak di bawah tangga tepatnya didalam tangga yang berisi sebuah gudang dibawahnya. Aku pernah kemari disaat aku berumur 5 tahun mungkin, aku kemari hanya ingin mengambil bola karetku yang terpental jauh disini karna bermain bersama bibi Shizune.

Tanganku meraih kenop pintu dan perlahan membukanya. Bunyi decitan pintu dan hawa dingin mulai membuat bulu kudukku merinding, jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya dan kakiku mulai gemetaran. Aku memejamkan mata menguatkan hati jikalau aku harus benar-benar keluar dari rumah yang membosankan ini. Aku kembali membuka mata dan pandanganku lansung tertuju kepada jendela yang tertutup rapat diujung ruangan kecil ini.

Aku menghela nafas mengguatkan diri sembari berbatin. "Tidak seharusnya kau tidak takut, Sanako. Kau seorang laki-laki. Anak laki-laki tidak boleh takut, ingat itu." Aku memantapkan ucapanku dan segera menutup pelan pintu tersebut. Badanku masih mengigil karna takut ada mahluk-mahluk tak kasat mata muncul seperti yang ada difilm tontonan bibi Ino.

Kulangkahkan kakiku menuju jendela yang tak jauh dari tempat aku berasal saat ini. Pandanganku terfokus pada jendela itu saja dan langkah kakiku mulai cepat melangkah. Kenapa jendela ini terasa jauh padahal jaraknya sangat dekat disaat aku lihat, ya ketakutan ini membuatku sedikit gugup. Setelah bertaruh beberapa hal dengan batinkku aku akhirnya sampai tepat didepan jendela gudang ini.

Mataku melebar dan berbinar, aku tak lagi memikirkan ketakutan ku terhadap hantu hantu itu sekarang yang kupikirkan adalah pemandangan disini. Hutan lebat dengan dedaunan hijau yang indah, burung-burung bertebangan dengan siulnya yang merdu, ada beberapa angsa kulihat memasuki aliran danau, dan terakhir yang membuatku sedikit bergetar adalah sejuknya udara.

Aku memejamkan mata sesaat setelah bersusah payah membuka jendela bening ini. Seindah inikah alam? Yang kutahu hanyalah lingkungan sekitar rumah dengan rumah sakit dan itu adalah lingkungan yang lumayan banyak memiliki polusi akibat merokok sembarangan. Sedangkan ini? Tidak sama sekali.

"Indah sekali." Aku kembali membuka mata dengan senyum kecil.

"Yosh! Mari turun dari sini dan bermain sebentar dibawah sana tidak masalah." Tanganku ku kepalkan hingga melayang di udara, aku lansung menoleh kebawah memperhatikan apa saja yang ada di dataran itu. Setelah kupastikan aman, aku mulai menuruni jendela dibantu dengan tali tidak terlalu panjang kuikatkan di salah satu meja kokoh didalam gudang.

Dengan pelan tapi pasti aku mulai menuruni jendela dengan takut tersebut, sesaat sampai dibawah aku dapat merasakan kelembutan rumput-rumput yang dipijak oleh kakiku saat ini aku tersenyum lebar. Segera saja aku berlari menuju kedalam hutan dengan tertawa kecil, aku bahkan tak mempedulikan jikalau aku tidak menggunakan alas kaki sama sekali.

PHOBIA; SASUSAKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang