Bab 2

1.1K 124 4
                                        

Point Of View
• Sanako Uchiha •

Aku mengerjab-ngerjab kan mataku saat sebuah cahaya memasuki Indra penglihatan mata kelam ini. Butuh beberapa detik untuk mengumpulkan nyawaku agar tidak terombang ambing dalam berjalan. Tapi, setelah kutelusuri aku tidak berada di kamar. Melainkan sebuah taman yang luas dengan Bunga-bunga yang indah bertengger di kanan kiri tubuhku yang sedang terlentang.

Aku perlahan menduduki diri dan menatap lurus arah di depanku, seorang wanita berambut merah muda yang membelakangi ku. Ia seperti sedang bernyanyi kecil disana. Seperti biasa, aku hanya bisa memperhatikan kegiatannya dari jauh. Jikalau dari dekat ada sebuah pembatas bening yang membatasi ku dengan keberadaan peri cantik itu.

Peri cantik? Ya! Ini dia orang yang selalu kuceritakan kepada paman Naruto dan nenek Tsunade. Walaupun belum pernah melihat wajahnya, tapi aku bisa merasakan dia adalah wanita tercantik di dunia ini. Persetan dengan julukan nenek Tsunade aku tak peduli, hatiku berdesir mengatakan jika wanita di depanku ini adalah orang yang akan membuat hidupku menjadi lebih berwarna dan menghangat. Yang bisa kulihat dari inci tubuhnya hanyalah sebuah bibir merah muda yang selalu tersenyum kadang bergumam. Bibir itulah yang selalu menguatkan diriku dan mengatakan jika kau tidak sendirian.

Sekali lagi, dalam diriku aku bertanya. Siapa dia?

Alunan nyanyian terhenti, aku mengetahui ini. Sepertinya wanita itu mulai menyadari keberadaan anak kecil yang akan berusia enam tahun dua hari lagi. Mataku menatap dirinya yang sedikit berbalik, walaupun sedikit aku dapat melihat senyuman manisnya.

"H-halo, kita bertemu lagi." Sapaku, aku mengutuk diri sendiri didalam hati, karena telah kembali gagap berbicara dengan wanita itu.

"Jangan pernah gagap berbicara denganku, Sanako." Nada lembut itu memasuki gendang telinga sehingga membuatku terdiam sejenak. Ini memang bukan pertama kalinya aku berbicara dengannya. Tapi, tetap saja tidak baik untuk jantungku. Mengingat bagaimana awal aku bertemu dan berbicara dengannya adalah hal terburuk yang ingin kulupakan, karena diriku yang sangat ketakutan saat itu.

Wanita itu berbalik, dan aku tak dapat melihat wajahnya. Hanya bibirnya saja.

Ia tersenyum. "Kau sudah tak bermimpi buruk lagi?" Tanyanya.

Aku menggeleng, lalu menatap sosok itu dengan lembut. "Semenjak kehadiranmu aku sama sekali tidak mendapatkan mimpi buruk itu. Sepertinya dirimu adalah cahaya untukku," Aku memang tak memiliki panggilan untuknya, tapi ia sepertinya tidak keberatan untuk itu. Jauh dari hatiku aku ingin memanggilnya lebih Dari sekedar seorang cahaya mimpi atau ibu bolehkah? Aku takut. Aku takut ia tak datang lagi, dimimpiku disaat aku berkata lancang dihadapannya.

Aku perlahan mendekati sosok yang aku selalu sebut peri itu walaupun terpisah oleh sebuah benda tak kasat mata aku tak permasalahkan itu asalkan aku bisa melihat wajahnya lebih dekat tapi sepertinya itu adalah sia-sia. Aku sudah sering melakukan hal itu, tapi tak ada hasil sama sekali. Aku kadang memukul bahkan menendang pembatas sialan ini. Belum aku melakukan apa-apa, aku dapat mendengar sebuah dengusan halus keluar dari hidungnya. Dan kurasakan ia melihat kearah ku saat Ini.

"Kenapa kau selalu mengucapkan kata itu, Sanako?" Tanya peri itu kepadaku. Oh, astaga betapa lupanya diriku disaat aku melupakan jika aku berpikir peri itu dapat mendengar ucapanku.

Terkutuklah pemikiran Uchiha yang menurun kepadaku

Aku menunduk takut. "M-maaf, aku akan berusaha menghilangkannya... Peri." Gumamku dengan nada pelan, tidak ingin menyinggungnya. ia menghela nafas pelan, Aku terkesiap saat melihat ia sedikit maju. Dalam hati aku merasa senang, itu artinya ia akan mengajak untuk pergi bersama mengelilingi dunia ini. Entah apa ini, tapi aku selalu menyebutnya dunia peri.

PHOBIA; SASUSAKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang