Bab 7

1K 103 14
                                    

Point Of View
• Uzumaki Naruto •

Hari ini adalah hari tersibuk dari sekian hari-hari yang sudah kulalui, sebagai seorang Hokage ke-tujuh bersamaan dengan pillar Konoha. Aku menyelesaikan berkas-berkas yang menumpuk diatas meja dengan menghela nafas pelan tentunya. Ini sudah hampir malam dan aku masih berada didalam kantor Hokage, masalahku bertambah ketika Shikamaru mengatakan tentang kondisi ekonomi Konoha saat ini mempunyai banyak skandal dan kesalahan, maka dari itu aku meminta bantuan Inuzuka Kiba untuk mencari siapa biang dari semua ini. Siapa yang melakukan tindakan korupsi.

Aku menggerutkan kening kala melihat suatu surat yang dibungkus rapi dengan tali melilit elegan disana. Gulungan seperti ini biasanya hanya akan digunakan oleh para kalangan bangsawan yang ingin menyampaikan suatu berita melalui surat. Aku mulai membuka lilitan tali surat itu, saat terbuka terlihat beberapa susunan kata yang sangat rapi dan indah untuk dibaca. Mataku terbelalak kala melihat isi dari surat itu adalah...

Kedatangan kerajaan Takeuchi dengan didampingin seorang Puteri yang akan dijadikan sebagai penerus kerajaan dari Takeuchi. Surat itu mengatakan jika mereka akan berada di Konoha dalam waktu beberapa hari hanya untuk mengunjungi Konoha. Karna, Konoha adalah desa yang banyak membantu kerajaan Takeuchi pada masa lalu, tepatnya dimasa Tsunade dan dimasa Kakashi.

Naruto hanya menelan ludah pelan melihat tanda tangan resmi dari pemimpin kerjaan mereka, Takeuchi Hiro. Seorang pemimpin yang bijaksana, adil, dan selalu memperhatikan keadaan rakyatnya. Begitu pula dengan diriku! Aku tampan, perhatian, dan sangat perhatian dengan penduduk desa. Aku mirip dengannya sekali.

Aku pernah bertemu dengan Takeuchi Hiro pada saat aku berumur 16 tahun. Pada saat itu pertemuan pertama kami, ia masihlah seorang pangeran yang memiliki anak seusia dengan keponakan tampannya. Namun pada saat diriku berumur 20 tahun sang raja--- Takeuchi Hiroshi, meninggal dunia akibat penyakit yang telah lama ia sembunyikan dari sang anak. Akhirnya Takeuchi Hiro lah yang diputuskan oleh penasehat untuk dijadikan penerus, aku beserta para Kage juga ikut andil dalam urusan itu. Itulah awal kedekatan kami berdua, kami tidak menggunakan bahas yang formal dalam pembicaraan sehari-hari kecuali pada saat-saat tertentu.

Kini setelah membaca habis isi dari surat itu, aku memutuskan untuk memanggil para Anbu yang berjaga didepan pintu hokage untuk memanggil Shikamaru yang saat ini berada dirumah sakit, mengurus kelangsungan para ninja medis terbaru dibantu oleh Shizune-senpai juga nenek Tsunade. Setelah selesai meminta bantuan Anbu, aku segera menyandarkan punggungku pada kursi besar yang selama ini mengetahui perjuangan ku menjadi Hokage.

Aku memejamkan mata, sejenak melepas lelah akibat tugas yang terus berdatangan seperti ini. Tapi, ini sama sekali aku nikmati, karna inilah cita-cita ku dulunya. Menjadi seorang Hokage dan pemimpin dari desa Konoha. Bayangan tentang perjuanganku kembali memasuki pikiranku. Mulai dari aku diasingkan, dikucilkan, dicaci maki oleh para penduduk, dan dikasari. Aku hanya menghela nafas pelan, tak ingin mengingat pada pengalaman buruk di masa lalu.

Aku membuka mata membalikkan kursi besarku menatap kaca tembus pandang yang bisa dilihat oleh manik biruku jikalau langit sudah menunjukkan warna jingga yang artinya sudah hampir malam. Aku menatap langit tersebut dengan tatapan hampa.

Apa kabar dengan 'dia' yang berada di langit saat ini? Apakah sudah bahagia disana?

Oh, jangan lupakan sahabat menyebalkan yang selalu memanggil dirinya pecundang itu. Aku menggeleng pelan, sambil terkekeh kecil.

"Apa yang kau lakukan saat ini, Sasuke?" 

Aku tahu tidak ada yang menjawab hal ini, maka dari itu aku hanya bisa tersenyum menunduk. Kedua tanganku, kuletak dipaha dengan jemariku mulai menutup seluruh wajahku. Aku sebenarnya masih sedikit marah dengan wajah tembok itu. Sudah terkisar lebih dari 3 tahun pria itu tidak menginjakkan kakinya ke desa kelahirannya. Dan aku sangat tahu apa yang ia pikirkan hingga tak ingin kembali kedesa.

PHOBIA; SASUSAKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang