Bab 3

1K 116 5
                                        

Point Of View
• Shizune •

Pagi-pagi sekali aku sudah dipanggil kembali kerumah sakit oleh Godaime-sama.  Langkah kakiku mulai turun dari kasur yang bisa dibilang kecil hanya pas single bed untuk diriku seorang. Mata hitamku melirik arah jam yang masih menunjukkan pukul 04.00 dini hari, menghela nafas pelan aku berjalan menuju lemari mengambil pakaian yang biasa aku gunakan untuk bekerja dirumah sakit. Selesai mengganti pakaian aku menuju pintu kamar, membukanya dan berjalan pelan menuju arah-tangga. Tapi sebelum itu, aku beralih menuju kamar seseorang yang sudah lama hidup dan tumbuh bersamaku setelah kejadian beberapa tahun silam.

Aku berjalan mengendap-endap berusaha untuk tidak menimbulkan suara, karena, mahluk satu ini sangat sensitive dengan suara. Sedikit saja mendengarnya maka akan langsung terbangun. Aku pelan-pelan membuka pintu kamar miliknya yang bercorak sedikit mencolok dengan gambar dinosaurus di depannya. Dapat kulihat seorang anak laki-laki yang sedang tertidur pulas sembari memeluk guling miliknya.

Aku mendekatinya dan menatap wajah yang sangat mirip dengan seseorang. Memang sehabis pulang dari rumah sakit tadi, Tsunade-sama mengatakan jika aliran Chakra milik Sanako sudah mulai membaik, tetapi masalah lain itu masih ada di dalam dirinya, ia masih tertidur saat sampai dirumah. Aku meminta bantuan Kiba yang saat itu tak sengaja berjalan bersama Akamaru di depan rumah sakit untuk menggendong Sanako pulang.

Tanganku bergerak mengelus surai raven miliknya dengan lembut, seakan-akan ia tak kan kembali besok.  Aku tersenyum lirih  mengingat bagaimana peristiwa lahirnya anak ini di dunia Shinobi dan membuat perubahan besar bagi para kage pada saat itu.

Pada awal dia datang di dunia tidak ada satupun rasa benciku padanya seperti yang dilakukan orang-orang. Saat melihat ia menangis untuk pertama kalinya di samping sang ibu, aku adalah orang yang menangis kedua setelah ibunya. Walaupun bukan aku yang seharusnya menjadi pengasuhnya saat ini, seharusnya keluarganya yang lain mengasuhnya. Tapi aku menolaknya mentah-mentah. Aku sudah menaruh hati kepadanya sejak ia lahir.

Aku sangat ingin mengubah wajah datarnya itu menjadi wajah lucu seperti dulu, tapi apa yang bisa kulakukan? Anak ini sangat keras kepala dan bahkan sekarang sudah mulai membantah ucapanku.

Turunan yang diturunkan oleh sang ibu sebagai pelaku atas sikap keras kepalanya. Fisik Sanako memang seperti anak pada umumnya, yang membedakan hanya cara pemikirannya seperti orang dewasa, bicaranya sangat lancar dan tidak cadel sedikitpun, dan yang terakhir lebih detail dan sensitive.

"Apa kau sedang berbicara dengannya? Apakah ia mengadu kembali kepadamu, jika aku sering memarahinya? Apakah kau menegurnya atau sedang menghukum Sanako saat ini?" Tanyaku dengan suara sangat pelan tetap mengelus surainya yang lembut.

Jika Sanako mengira aku tak tahu apa yang dimaksud dalam mimpinya itu, maka ia salah besar. Justru, aku sangat mengetahui siapa dalang dibalik mimpi indah tersebut.

Selama ini aku memberikan seluruh kasih sayang kepadanya. Aku memberikan seluruh apa yang kubisa untuk anak ini, aku sama sekali tidak merasa terbebani olehnya, tidak sama sekali. Hidupku menjadi lebih berwarna karna kehadirannya, rumahku lebih hidup dari kondisi sebelumnya. Aku mengurusnya tanpa ada paksaan dari siapapun, bahkan disaat dia menyuruh Sanako untuk dibunuh aku adalah orang yang paling menentang hal itu dan berbagai sumpah serapah aku serahkan kepadanya.

Dengan penuh tekad aku meminta izin kepadanya untuk merawatnya sampai batas waktu yang sudah ditentukan. Aku tak tahu apa yang akan terjadi disaat Sanako tahu tentang rahasia yang selama ini kami berusaha untuk sembunyikan. Aku tahu umurnya sudah akan beranjak menjadi tujuh tahun sebentar lagi, dan aku sempat mendengar permintaannya selama bertahun-tahun hanyalah bertemu sang ayah dan ibunya tentu saja.

Menghentikan elusan yang kulakukan di surainya, aku mendekatkan kepalaku ke arahnya lalu mengecup keningnya dengan penuh kasih sayang.

Sebanyak apapun musuh mu diluar sana aku yakin ayahmu tak kan pernah bisa membiarkan itu terjadi.

Ayahmu adalah seorang Shinobi hebat. Kau akan bangga dengannya, tapi tidak dengan masa lalunya... Sanako.

Sekelebat bayangan 6 tahun yang lalu memasuki pemikiran Shizune.

"Perang akan segera dimulai, aku tak yakin bisa melalui ini semua." Ucap Sakura menatap Shizune dan Sai disana. Mereka berada disebuah gua kecil hasil penemuan Sai, awalnya mereka akan kembali ke-desa atas perintah Tsunade beserta Kakashi yang menyuruh mereka membawa Sakura ke Konoha.

Sakura yang memang tidak menolak pada saat itu hanya mengikuti seluruh saran dari mereka semua. Sebab di umurnya yang ke-16 tahun saat itu, ia sudah mengalami masa kehamilan pada bulan ke delapan yang membuat tenaga beserta chakra ya terkuras habis begitu saja.

Bahkan Naruto yang menginginkan dirinya untuk mengikuti Sakura pulang ke Konoha saja dihadang keras oleh Neji beserta yang lainnya.

Shizune menggeleng pelan. "Kau kuat, aku tahu akan hal itu Sakura." Ujar Shizune menggelap butir-butir keringat di dahi Sakura.

"Berjuanglah Sakura, aku yakin kau masih memiliki kekuatan monster mu itu." Sai menimpali ucapan Shizune, ia berfokus untuk tetap menjaga keselamatan Kunoichi medis tersebut.

Dengan terkekeh pelan, Sakura mendongkak menatap Shizune, melirik Sai yang sedang menatap was-was keadaan sekitar ia membisikkan sesuatu kepada Shizune.

"Saat Sasuke-kun sadar akan dosanya, beritahukan dia perihal keberadaan anak kami."

"Apa maksud-,"

"Aku rasa aku akan melahirkan sebentar lagi, chakraku sangat terkuras habis olehnya." Sakura memengangi perut bawahnya menahan idaman yang akan keluar. Ia tersenyum tipis menatap pemandangan gua. "Padahal aku sangat menginginkan bayi ku lahir dan Sasuke mendampingi, tapi bajingan itu tak kan mampu membiarkannya." Lanjut Sakura.

"Sai." Panggil gadis tersebut.

Sai menatap Sakura sekilas. "Orochimaru sudah mati bukan?" Ia menatap Sai yang mengangguk pelan menatapnya. Sakura tersenyum tipis. "Baiklah dengan begitu aku yakin, Sanako baik-baik saja terlahir didunia ini hari ini. Aku takut ia akan dibunuh sesuai dengan edaran para Kage."

Shizune menggenggam tangan Sakura erat, merasakan betapa dinginnya tangan tersebut.

"Bantu aku melahirkannya Shizune-san. Ia harus lahir,

Tanpa ada bayangan hitam dari dalam kehidupannya lagi."

Aku menatap sendu Sanako kembali, ia mengingat detik-detik terakhir Sakura bertemu dan melahirkan seorang bocah manis laki-laki disebuah gua, hanya bermodalkan ninjutsu milik Sai yang melindungi mereka didalam sana, Sakura berhasil melahirkan Sanako pada saat itu.

Diumurnya yang masih dibilang sebagai masa pertumbuhan anak-anak dengan tahap kasih sayang orang tua tidak bisa dia dapatkan sepersenpun.[]

PHOBIA; SASUSAKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang