Gadis bermata kucing itu akhirnya bangun. Namun ketika ia tidak mendapati seorang pun di dekatnya, Jennie merasa sedikit kecewa. Hanya sedikit. Bolehkah dia merasa seperti itu ?? Gadis itu menghela napasnya pelan, lalu menatap punggung tangannya yang terbalut dengan jarum infus dengan tatapan kosong
"Jangan dilepaskan, Eonnie. Kau masih membutuhkannya." Suara itu menghentikan tangan mungil Jennie untuk melepaskan benda itu dari punggung tangannya
"Lisa ?? Kapan kau datang, sayang ??" Senyumnya terbit ketika melihat adiknya disana, Lalice baru keluar dari kamar mandi ketika Jennie hampir melepaskan jarum infus itu
"Ehmm, beberapa jam yang lalu aku sampai bersama Chaeyoung," jawab Lalice pada kakaknya yang kini hanya mengangguk paham pada ucapannnya
"Bagaimana kabarmu, sweetie ?? Eonnie dengar banyak idol mu yang bersaing ketat dengan Chaeyoung, kau tau seberapa populernya kembaran mu itu." Lalice terkekeh menanggapi ujaran kakaknya terdengar sangat bersemangat
"Begitulah kira-kira Eonnie, kau juga menjadi model yang sangat terkenal. Wajahmu banyak menjadi sampul majalah-majalah yang ada di gedung perusahaan ku, aku sampai bosan melihat wajahmu dimana-mana." Satu jitakan mendarat di kening Lalice, membuat gadis berponi itu meringis kesakitan
"Itu pujian atau hinaan ?? Kau mengangkatku terbang ke langit ketujuh dan menjatuhkanku ke dasar laut ??" Bukan Jennie namanya kalau gadis itu tidak ganas, bahkan Jisoo, Roseanne maupun Lalice sudah pasrah dengan keganasan seorang Jennie Kim
Pernah sekali Lalice menghilangkan sekantong sticker kepunyaan gadis berpipi mandu itu, alhasil dia harus rela dikejar keliling mansion oleh Jennie yang siap menghajarnya dengan tongkat golf. Beruntunglah Jisoo menyelamatkan nyawa gadis berponi itu tepat waktu, kalau tidak Lalice pasti sudah tutup usia sebelum genap menginjak 18 tahun
"Tergantung dirimu ingin menganggapnya sebagai hinaan atau pujian," ujar Lalice sambil mengusap keningnya yang masih terasa perih, membuat Jennie berdecak kesal
"Lalu mana Chaeyoung ?? Kau bilang datang bersamanya." Tentu saja Jennie bertanya ketika wujud Roseanne tidak tampak disekitarnya
"Entahlah, mungkin dia pergi melabrak Luna. Tadi Chaeng bertengkar dengannya." Jennie mengernyit keheranan mendengar penuturan Lalice, dia sama sekali tidak mengerti apa maksud ucapan adiknya itu
"Sebentar... Bagaimana tadi ?? Luna ?? Maksudmu Chaeng bertengkar dengan Luna ?? Dimana ?? Bagaimana bisa ??" Jennie dengan seribu satu pertanyaan itu membuat Lalice agak pusing sekarang
"Tadi Luna disini dari pagi sampai hampir jam makan siang, lalu dia pergi ketika kami sampai. Itu membuat sedikit pertengkaran antara Luna dengan Chaengie." Penjelasan singkat Lalice itu cukup untuk membuat rahang Jennie nyaris jatuh dari tempatnya
Tentu saja dia terkejut. Luna berada disana cukup lama, tapi dia sama sekali tidak berkesempatan melihat wajah adik bungsunya. Jennie menyesal tidak bangun lebih awal, kalau tidak dia pasti bisa melihat Luna sekalipun hanya sebentar
"Padahal dia sudah berjanji untuk menjaga mu sampai kau terbangun." Lalice mendengus kesal, ia membiarkan Jennie yang tercekat dan mematung di tempatnya sekarang
Jennie masih mencerna segala situasi yang tengah ia hadapi, dia tidak menyangka adik bungsunya itu... Apa kata yang pas untuk mendeskripsikan perilaku Luna ?? Luluh ?? Tidak juga, dia meninggalkan Jennie bahkan sebelum gadis itu terbangun dari pingsannya
"Dia berjanji ?? Kau serius, Lisa yaa ??" Jennie mengguncang lengan adiknya dengan bersemangat, binar matanya menunjukkan betapa Jennie bahagia sekarang
YOU ARE READING
Ocean
RandomApakah semuanya harus pergi seperti ombak di tepi laut ?? Tidak bisakah seseorang tinggal di sisinya ?? Ini cerita tentang dia yang berusaha untuk tampak baik-baik saja tanpa seseorang di hidupnya. Dia... sudah lelah ditinggalkan Ini cerita tentang...