Sudah waktunya makan siang, tapi Luna masih memicingkan matanya pada dua kotak makanan yang berada di meja kaca itu. Sesekali ia menghela napas lalu memijat pelipisnya pelan
Dua kotak bekal dengan dua jenis bekal yang sangat berbeda. Satunya berisi roti lapis, dan satunya adalah makanan Jepang. Tentu saja ia jauh lebih menyukai roti lapis ketimbang makanan Jepang, tapi mengingat plester yang menghias jari Jisoo membuatnya tak bisa memilih roti lapis itu dengan mudah
Frustrasi dengan hal itu, Luna memilih tak menyentuh makanan itu sama sekali. Lagipula ia tak terlalu lapar, dan masih ada beberapa hal yang tersisa supaya ia bisa menghabiskan sedikit waktu untuk beristirahat di penthouse nya nanti
Iya, Luna akan mengerjakan pekerjaannya sampai selesai lalu menikmati penthouse yang ia beli dengan jerih payahnya sendiri sejenak. Sudah berapa lama ia bekerja sampai tak tau waktu ??
Luna memijat bahunya yang terasa agak pegal, lalu melanjutkan aktivitas mengetik dan membacanya itu. Semuanya berjalan sangat hening dan tenang sampai suara dering telepon itu mengalihkan fokusnya, Luna mengangkat panggilan yang tersambung dengan staff di area luar ruangan nya
"Ada apa ??" tanya Luna singkat
"Nyonya, ada seorang tamu yang ingin menjumpai anda" Ucapan dari seberang telepon itu cukup untuk membuat dahi Luna mengerut, seingatnya ia tak membuat janji temu dengan siapapun
"Bukankah hari ini saya tidak memiliki janji dengan tamu ??" Tak ada suara dari seberang sana yang menjawab pertanyaan Luna, karena memang benar bahwa Luna tak memiliki janji temu dengan siapapun
"Tapi Nyonya--"
"Bisakah kau katakan padanya bahwa tamu yang kau maksud bernama Lalice Varuna Qianna ??" Suara yang memotong kalimat staff itu terdengar oleh Luna, dan bisa ia dengar helaan napas nyonya muda itu dari seberang telepon
"Maaf Nyonya--"
"Bisakah kau ciptakan seribu alasan supaya saya tak perlu menemuinya ??" tanya Luna sembari memijat bahunya yang terasa pegal
"Tapi beliau sudah menunggu sejak tadi, bahkan setelah saya mengatakan bahwa anda sedang meeting tadi" Luna menghela napas, sejak kapan mereka begitu terobsesi padanya ??
"Izinkan dia masuk," ujar Nyonya muda itu sebelum menutup panggilan secara sepihak, lalu memijat pelipisnya pelan
Ada yang salah dengan dirinya, dan ia pun terkejut dengan keputusan yang ia ambil. Bagaimana bisa Luna mengizinkan Lalice untuk menjumpainya semudah itu ?? Bahkan ia sampai menempatkan staff di depan kantornya untuk menolak setiap pertemuan dengan para kakaknya
Luna menempelkan dahinya diatas permukaan meja datar dengan frustrasi, tak mengerti apa yang salah dengan suara hati dan pikirannya yang mulai bersekutu untuk mempermalukan dirinya sendiri di depan keluarganya
Tak lama setelah itu, pintu ruangannya diketuk dari luar. Hal itu membuat Luna membetulkan cara duduknya sebelum memerintahkan untuk masuk
Tanpa melihat pun dia tau siapa tamu yang sudah menunggu dibalik pintu ruangan megahnya itu, bukan tamu yang ia tunggu tentunya. Namun mulutnya sudah memberi izin untuk Lalice masuk, jadi disinilah Lalice berada. Tepat didepan wajah Luna yang datar
Semburat senyumnya tak bisa Lalice tahan, sudah beberapa menit dia berdiri di depan Luna yang kembali mengerjakan pekerjaannya di meja besar itu dengan senyum yang enggan luntur dari bibirnya
"Jadi kau akan tetap berdiri disana, Nona Lalice ??" Luna menatap sepasang mata bulat yang berbinar itu sejenak, membuat sang pemilik tersadar dari lamunannya

YOU ARE READING
Ocean
RandomApakah semuanya harus pergi seperti ombak di tepi laut ?? Tidak bisakah seseorang tinggal di sisinya ?? Ini cerita tentang dia yang berusaha untuk tampak baik-baik saja tanpa seseorang di hidupnya. Dia... sudah lelah ditinggalkan Ini cerita tentang...