Tsabina memakan sarapannya dengan tidak nafsu. Di depan nya ada ibu tiri nya, sang Countess baru bernama Lily yang saat ini sedang berpura pura bersikap manis padanya di karenakan keberadaan sang ayah di meja makan itu. Sedangkan kakak tirinya pun juga tengah memerankan menjadi seorang anak yang pendiam dan anggun.
"Tsabina.. " panggil Count Howard tiba tiba membuat putri satu satu nya itu menoleh dengan malas.
"Iya Ayah.." sahut nya dengan selemah lembut mungkin. Karena bagaimana pun dirinya yang berusia 17 tahun ini memiliki karakter lembut dan bersahaja. Saking lembeknya dia bahkan selalu di aniaya oleh ibu dan kakak tirinya.
Count Howard meletakan sendoknya dan menatap Tsabina serius.
"Kemarin, ada lamaran dari Marquess Paulle untukmu, Bagaimana menurutmu..?"
Tsabina terdiam sambil berdecih dalam hati. Tentu saja dia akan menolak lamaran itu. Lelaki dangkal seperti Shion Paulle adalah contoh dari sekian lelaki brengsek yang hanya baik di awal hubungan saja. Ketika dia telah mendapatkan apa yang dia inginkan, lelaki itu membuangnya layaknya sampah.
"Aku belum memikirkan pernikahan Ayah. Aku masih ingin belajar dan meraih peringkat ku di Kekaisaran." jawab Tsabina dengan mantap.
Dapat dia lihat dari ekor mata nya bahwa Barbara, kakak tirinya mencibir kearahnya diam diam.
"Tapi nak, bukankah kalian telah saling mengenal sejak kecil dan kau juga terlihat menyukainya." kata Count Howard dengan raut kebingungan.
Tsabina hanya tersenyum manis dan mengangkat bahu nya.
"Aku memang menyukainya tapi itu tak lebih penting dari studi ku. Ayah tau aku sangat lemah dan lambat dalam belajar, akan memalukan jika aku pergi ke keluarga lain dalam keadaan seperti ini. " kata Tsabina meyakinkan.
Count Howard pun menghela nafas dan mengangguk. Ada raut ketegangan dalam wajahnya karena bagaimana pun sebagai bangsawa berpangkat Count akan sulit bagi pria itu menolak lamaran seorang Marquess.
"Sayang, bagaimana dengan Barbara, jika Tsabina menolak dengan alasan ingin belajar maka Barbara adalah gadis sempurna untuk menggantikannya. Dia pintar dan cukup cantik untuk Marquess." kata Lily dengan nada merayu kepada sang suami.
Count Howard mengibaskan tangannya dan menggeleng.
"Masalah nya lamaran ini tertuju untuk Tsabina. Jika saja Marquess Paulle mengajukan lamaran secara umum maka pasti aku akan mempertimbangkan Barbara juga."
Tsabina menahan tawanya di mulut ketika mendengar desah kecewa dari ibu tirinya. Terutama Barbara yang seketika wajahnya menggelap. Tsabina tau kalau Barbara sudah lama menyukai Shion, karena itu lah gadis itu rela menjadi selingkuhan dan bahkan membocorkan aset rahasia keluarga mereka pada Shion.
Sungguh memalukan.
Tsabina meletakan sendok nya di piring dengan rapi lalu berdiri.
"Ayah, aku sudah selesai. Aku akan berada di kamar untuk belajar hari ini." gadis itu memberi hormat pada Ayah dan Ibu tirinya lalu berbalik untuk melenggang ke kamar sebelum di cegah oleh Lily.Wanita itu dengan senyum picik nya menyerahkan segelas susu pada Tsabina.
"Sayang, Ini susu mu. Jangan lupa di habiskan, ya.." Tsabina menerima gelas itu dengan wajah datar dan membawa nya ke kamar.
Diam diam Tsabina menumpahkan isi gelas di tangannya pada pot tanaman di depan pintu kamarnya dan menyimpan gelas di atas meja belajar.
Gadis itu menyeringai dan mengepalkan tangan nya sehingga sebuah arus listrik bewarna biru berkumpul di kepalan tangan itu. Tsabina melebarkan senyum dan melonggarkan kepalan tangan itu. Dia menyentuh tatto berlambang petir di pergelangan tangannya dengan bangga yang menandakan bahwa dia lah sang pewaris kekuatan keluarga Howard yakni sihir petir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seduce
Historical FictionTsabina Howard telah melalui hal terburuk dalam hidup nya. Dia pernah dicintai namun hanya untuk di lukai, di khianati dan di buang dalam keadaan hancur, kotor dan ternoda. dalam keterpurukannya dia sudah nyaris tenggelam dalam kegelapan dan keputus...