"Sampai kapan kau akan memegang tangan ku..?! " tegur Zavier jengah karena jelas para bandit itu telah pergi dan Tsabina masih saja memegangi tangan Zavier dengan erat.
Tsabina yang di tegur hanya menyengir dan cengengesan merasa tak bersalah sama sekali. Dia segera melepaskan tangan Zavier ketika melihat pelototan tajam dari lelaki itu.
Tapi kemudian gadis itu berteriak histeris karena menyadari semua barang belanjaan nya telah raib entah kemana. Mungkin jatuh atau terbang atau mungkin Tsabina sendiri yang membuangnya ketika ditengah jalan.
Dengan wajah hampir menangis, akhirnya Tsabina pun mengadu.
"Huaaaa bagaimana ini, semua belanjaan ku hilang.. Padahal kan disana ada makanan untuk makan malam kita. Dan sekarang aku juga sudah tidak punya tenaga lagi untuk memasak..!" keluh nya menggerutu sambil menyentak nyentakan kaki dan tangannya sendiri.
Zavier hanya memandang gadis itu dengan jengah. Memangnya kapan Tsabina menjadi pasangan serasi dengan sebuah kesempurnaan, yang ada gadis itu selalu saja membuat kehebohan dengan perbuatan yang dia hasilkan sendiri. Menyapu saja sambil bernyanyi hingga kadang dia bisa saja lupa bahwa sedang merebus air. Mencuci di sungai pun entah sudah berapa lembar baju Zavier yang dia larutkan. Ada pula ember ember milik Zavier yang ada dirumah pun entah sudah berapa biji yang dia pecahkan.
Kurang sabar bagaimana lagi Zavier untuk gadis bangsawan yang minta di pungut ini. Padahal jika itu orang lain, maka jangan harap pria ini akan bisa diam saja menerika sebuah kecerobohan. Beruntunglah Tsabina masih hidup dengan utuh dirumah itu hanya karena Zavier tidak bisa marah pada gadis ini entah dengan alasan apa.
"Pergilah ke dapur dan lihat apa yang bisa kau makan disana..! " ketus Zavier sambil memutar roda pada kursinya dan berlalu masuk kedalam rumah lebih dulu.
Tsabina mencibir dengan bibirnya melihat sikap dingin Zavier. Padahal di masa lalu pria ini sangat memuja dirinya. Terkadang Tsabina berpikir dengan gila, Apa dia harus depresi terlebih dahulu agar sikap lelaki itu bisa berubah hangat padanya seperti di masalalu.
Dengan sedikit lesu, akhirnya gadis itu berjalan juga memasuki rumah dan melangkah kearah dapur. Dia pikir mungkin dia harus kembali memasak untuk dirinya dan juga Zavier meski ini sudah sangat terlambat.
Namun mata nya segera membulat dengan berbinar ketika melihat aneka makanan telah tersedia di atas meja makan kecil di rumah itu. Gadis itu menoleh dengan takjub kearah Zavier yang telah duduk di salah satu sisi meja dengan kursi roda nya itu.
"Kau memasak Tuan..? " tanya nya dan segera duduk di sebuah kursi yang ada di meja makan tanpa menunggu disuruh.
"Apa aku terlihat se santai itu untuk memasak semua ini..?" jawab Zavier datar.
Tsabina menyengir.
"Jadi tuan membeli nya..? "Kembali gelengan Zavier terlihat. Dia memgambil garpu dan mencongkel sepotong ayam. Menyodorkan nya ke depan mulut Tsabina bermaksud untuk membuat gadis itu diam.
"Majikan ku yang memberikannya karena hari ini ada perayaan kecil di rumah mereka.."
Tsabina membulatkan mata nya dengan berbinar binar menyadari bahwa Zavier menyuapi dirinya. Dengan perasaan ngelunjak dia menumpu kedua pipi nya dengan tangan di atas meja dan menatap lurus kearah Zavier dengan tak lupa memberikan senyum sejuta watt milik nya.
"Lagi, lagi..!" kata nya sambil menunjuk jenis makanan lainnya.
Zavier mengetuk kening Tsabina dengan hulu garpu. Masih berpikir jernih untuk tidak mengarahkan ujung tajamnya pada wajah gadis itu.
"Kenapa kau selalu kurang ajar ketika aku sedikit baik padamu.."
Dan Tsabina hanya menanggapi dengan tawa renyahnya dan mengambil piring untuk dia isi dengan berbagai jenis makanan. Gadis itu memakan makanan yang dibawa Zavier dengan lahap karena memang makanan itu di masak oleh koki profesional yang tentu saja rasanya akan berbeda jauh dengan yang Tsabina masak sehari hari di rumah itu. Jelas saja karena Skill memasak gadis itu sangat standar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seduce
Historical FictionTsabina Howard telah melalui hal terburuk dalam hidup nya. Dia pernah dicintai namun hanya untuk di lukai, di khianati dan di buang dalam keadaan hancur, kotor dan ternoda. dalam keterpurukannya dia sudah nyaris tenggelam dalam kegelapan dan keputus...