---
Seminggu berlalu, dan tidak ada hal yang menarik terjadi. Hanya ada kelas, pergi ke perpustakaan, makan dan kembali ke ruang rekreasi. Bosan? Tentu saja, tapi untuk hari ini ... Masih tetap sama. Dia pergi ke kelas pertahanan terhadap ilmu hitam, mempelajari beberapa mantra yang mungkin diperlukan di saat-saat tertentu. Lalu dia kembali ke perpustakaan untuk mengerjakan esai dari Professor Binns yang belum selesai. Di dalam perpustakaan, tidak banyak orang yang datang ke sini, hanya ada beberapa murid di dalamnya. Hari ini dia datang sendiri, tidak bersama teman temannya. Joanna duduk di meja pojok dengan buku buku tua dan tebal di tangannya, dia meletakkan buku tersebut di atas meja hingga terdengar suara buk. Membuka buku besar bersampul cokelat, membacanya terlebih dahulu setelah itu dia mulai menuliskan esainya di atas perkamen.
Entah sudah berapa lama dia berada di perpustakaan, tangannya lelah dan kaku matanya mulai terasa berat. Ia melirik ke arah jendela, sudah hampir malam. Apa dia selama itu berada di sini, terasa sangat cepat hingga dia tidak menyadari bahwa langit mulai gelap. Joanna membereskan perkamen dan pena bulunya, memasukkannya ke dalam tas. Tak lupa untuk mengembalikan buku buku yang ia bawa ke tempatnya semula, dengan cepat dia melangkah menuju area luar perpustakaan.
"Ternyata masih ada kau di sini, cepatlah makan malam akan segera di mulai," ucap Madam Pince. Joanna tersenyum seraya mengangguk, dan kembali berjalan menuju asramanya.
Di dalam ruangan, hanya ada dia sendiri. Mungkin mereka semua sudah berada di great hall untuk makan malam. Ya itu semua karena dia tidak menyadari berapa lama dia berada di perpustakaan hingga terlambat juga untuk makan malam. Joanna menaiki tangga untuk sampai di kamarnya, seperti yang dia tebak, di dalam kamar tidak ada seorangpun. Dia bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, dan kembali ke luar setelah beberapa menit. Membuka kembali pintu kamarnya dan berjalan keluar asrama. Bersenandung kecil saat ia berjalan melewati koridor yang sepi, dan sedikit mengeratkan jubahnya karena udara tiba tiba menjadi dingin.
"Happy birthday." Langkahnya berhenti, matanya melotot dan nafasnya tercekat. Suara rendah dan halus dan hembusan nafas hangat yang menerpa lehernya. Kepalanya perlahan-lahan bergerak ke samping, dia sedikit menjauh saat pipinya bersentuhan dengan hidung seseorang. Joanna memejamkan matanya, lalu membukanya kembali. Joanna bernafas lega saat tau siapa orang yang hampir membuat jantungnya berhenti mendadak, namun setelahnya dia menatap orang itu kesal.
"Kenapa kau mengagetkan ku?!" gerutu Joanna, dia mengepalkan jari jarinya kesal.
"Sungguh, aku tadinya tidak berniat untuk mengagetkan mu. Tapi, ternyata kau sungguh kaget dan ketakutan." Wajah Sirius memelas. Tepat sekali, orang tersebut adalah Sirius Black. Menatap gadis di depannya polos seperti hati seorang bayi baru lahir.
Joanna melanjutkan langkahnya yang di ikuti Sirius di belakang, mereka hampir mencapai pintu aula. "Aku tidak takut, aku hanya terkejut," katanya, dengan nada tidak meyakinkan.
"Tapi tidak apa apa." Langkahnya terhenti, dia berbalik menghadap Sirius dan memeluknya. Sudut bibir gadis itu terangkat lebar. "Terima kasih, ku kira kau melupakannya. Atau ... Aku yang hampir lupa ulang tahun ku sendiri," sambungnya seraya terkekeh geli.
Pemuda itu semakin mengeratkan pelukannya, menyandarkan pipinya pada puncuk kepala Joanna. "Kau menginginkan sesuatu? Sebagai hadiah ulang tahun mu?" tanya Sirius, mengecup lembut kening Joanna. Gadis itu segera menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak ingin apa apa. Aku hanya ingin terus seperti ini, bersamamu." Sial sekali, kini pipi pemuda itu memerah dengan senyum malu malu di bibirnya. Sirius semakin menenggelamkan wajahnya dan bersembunyi di ceruk leher Joanna.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐌𝐎𝐔𝐑 || 𝑺.𝑶.𝑩
Fanfiction☾︎ Joanna Dawler, gadis manis namun sedikit garang. Hari-harinya penuh dengan keonaran dari Sirius Orion Black dan teman-temannya yang mereka beri nama 'The Marauders'. Namun, siapa sangka. Pada akhirnya dia harus mengakui bahwa dia telah jatuh cint...