DOA DALAM DUKA😢😫🤲

220 12 0
                                    

Dalam ketabahan Ayundya Dyah Kuncoro dan oma Dyah Kuncoro, Eddis dan Ney menemani mereka, Eddis bersama sang menantu yang masih belum resmi semua ini masih sangat mendadak setelah pemakaman secara militer berlangsung para takziah sudah kembali kini tinggal KASAD Jendral Rama Kusya, bersama Letkol Aji, dan Letkol Imam serta Mayor Edyas dan Kapten Ubaidilah berada di kediaman rumah dinas Korem setelah pelepasan upacara dan para perempuan sedang berada di belakang serta Yunda berada di kamarnya. Sedangkan para pejabat militer berkumpul diruang tamu untuk membahas hal penting.

"Ijin dek saya akan menyampaikan sesuatu kepada dek Imam, saya sebagai ayah dari Iyas harus menyampaikan ini."

"Siap bang petunjuk."

"Ijinkan saya yang menyampaikan bang sebagai pengganti bang Satya."

"Baik Aji sampaikan lah toh Imam juga letting mu kan."

"Siap bang. Jadi gini suh, kemaren saat kondisi bang Satya sempat membaik namun di ICU, kemaren si Iyas dan Ubed ijin dari kesatuan karena permintaan bang Satya. Bang Satya ingin menitipkan Yunda langsung pada Iyas. Dan kemaren sudah terjadi pernikahan secara agama. Niat kami menyampaikan ini padamu Imam sebagai komandan Iyas bahwa kondisi kemaren sangat mendesak tidak akan mampu untuk mengerus pengajuan nikah kantor sedangkan kondisi itu di paksakan bang Satya ingin menjadi wali langsung bagi Yunda."

"Lalu berarti Dek Iyas sudah menikah dengan Yunda ya le."

"Biar aku yang melanjutkan Ji." Dijawab anggukan oleh Aji untuk memberi waktu Rama menjelaskan pada imam."

"Iya Le Iyas sudah menikah sebelum Satya menghembuskan nafas terakhirnya. Dan saya meminta pada mu le memudahkan Iyas dalam pengurusan Pengajuan agar setelah 40 hari bang Satya, Iyas dan Yunda dapat menikah secara kantor dan resmi negara."

"Ijin yah Iyas ingin menyampaikan sesuatu."

"Iya silahkan."

"Ijin bang, saya harap di rahasiakan dulu semuanya, dan saya akan urus semua persyaratan dengan normal sehingga tidak terlihat mendadak yah. Dan sementara waktu Biarkan Yunda berada di rumah om Satya bersama Oma Dyah."

"Iyas bunda boleh menyarankan."

"Silahkan bunda."

"Ijin bang Imam saya rasa Yunda akan tinggal bersama saya di Semarang untuk sementara waktu sampai mereka resmi secara negara. Karena Yunda bukan orang lain bagi saya. Kak Valen dan Bang Satya sudah menitipkan Yunda sejak bayi bersama saya dan sekarang ia hanya menunggu ke absahannya saja jadi saya sarankan ia biar bisa normal menjadi dosen di semarang dan sambil mempersiapkan pemberkasan pengajuan. Serta pernikahan sederhana mereka."

"Untuk Yunda bagaimana Ibun?" Tanya Iyas pada Eddis.

"Kalo sudah disetujui semua coba setelah solat magrib nanti kalian bicara nak."

"Ibun yakin Iyas langsung yang bicara?"

"Iya Yas kamu sudah dewasa. Iyas sudah menjadi suami Yunda kalian harus bangun komunikasi kalian setelah menikah ini selama sampai kalian secara resmi." Jawab Eddis meminta persetujuan rama, Imam dan Aji.

"Betul Dek Iyas dia sudah halal untuk kamu ajak bicara dan bersentuhan. Saya mendoakan semoga kalian sakinah. Andai saat ini tidak dalam rangka berkabung maka akan saya siapkan penerimaan anggota baru di Bataliyon. Jaga Yunda ya Yas, dia memang memiliki luka yang menganga tapi aku yakin dia wanita yang luar biasa karena kamu pun luar biasa menjaga hatimu sejak taruna." Lirikan Imam kepada Iyas yang menggoda dan melihat sepintas pada Ubed.

"Pasti ada yang bocor ni."

"Pisss✌️✌️ suuuh cuma itu doank suuuh."

"Ijin bang dan om, kalo boleh Iyas saran untuk ijab qobulnya di ulangi saja, dan yang menjadi walinya om Aji sebagai pengganti om Satya."

"Itu lebih baik son ayah setuju pendapat mu karena akan semakin sakral dan mantab rasa mu ya son. Dan sekarang saatnya kamu penjajakan dengan cara halal dengan Yunda ya Yas. Tapi tahan nafsu mu sampai resminya selesai ya Yas.🤣🤣🤣✌️" Ledek Rama pada putranya yang sudah dewasa kini. Rama sempat putus asa dengan keras kepalanya sang putra yang fokus dengan karier tanpa memikirkan pendamping. Dan makin resah karena Eddis yang bawel karena sikap acuh Iyas pada wanita, padahal ia sudah ingin memiliki cucu🤭🤭🤭.

*
*
*
*
*
Di dalam kamar Yunda yang tak sengaja terlelap tidur dalam sujudnya setelah solat ashar tadi sedang memimpikan sang papa bersama mamanya yang mengatakan pada Yunda harus bahagia, saat Yunda mengejar orang tuanya mereka hilang dalam kabut putih dengan senyum bahagia. Yunda merasa badannya ada yang mengusap dengan lembut.

"Dek bangun sudah magrib, maaf saya ga tau bahkan kamu tertidur ditempat solat."

"Eeeeeehhhm ahhhh iiiiyaa bang maaf saya kaget. Saya lupa abang sudah menjadi suami saya."

"Dek ada yang harus kita bicarakan setelah solat magrib, mari kita berjamaah dahulu setelah itu kita berbicara dan dilanjut menyiapkan pengajian setelah ini."

"Baik bang saya akan bersiap-siap dahulu abang wudhu dulu saja saya siapkan alat solat abang." Iyas mengangguk dengan sebuah senyum manis yang sangat jarang muncul di publik. Hati Yunda yang masih gamang untuk menerima semua perubahan status ini membuatnya canggung, namun ada sedikit celah yang menelisip rasa aneh bagai getaran yang telah lama iya matikan getaran itu. Namun dengan Iyas getaran itu muncul kembali dengan tidak sopannya dan mengacaukan segala pemikiran Yunda, buru-buru Yunda menuju lemari sang Ayah untuk mengambil peci dan sajadah serta sarung yang ada.

Solat magrib mereka terasa amat sangat khusyu dan tenang, alunan suratan yang indah oleh Iyas semakin menghipnotis Yunda. Suara dan surat ini seperti tak asing ditelinganya, bagai sering iya mendengarkan alunan indah itu dalam hidupnya. Setelah salam berakhir Iyas mengulirkan tangannya pada Yunda yang agak menolak namun akhirnya juga menerima.

" Yunda boleh aku berbicara dengan mu dek."

"Silahkan bang, toh saya sudah sah menjadi istri abang akan jadi apapun yang mau abang lakukan dengan saya sudah jadi hak abang."

"Dek, saya memang sudah sah menjadi suami mu secara agama, namun saya ingin membuat mu tak terikat dengan segala pernikahan ini."

"Maksud abang bagaimana?"

"Dek Yunda saya ingin kita menikmati masa kita berteman dan berkenalan setelah menikah, selama kita mengurus pernikahan kita secara kantor dan secara negara apa kamu keberatan."

"Apa semua itu perlu bang bahkan abang bisa dengan mudah meminta surat sakti dari om Aji atau Ayah Rama."

"Dek Yunda saya ingin kita bisa menikmati semua proses itu bersama-sama. Karena pernikahan ini bukan hanya untuk saya atau untuk kamu. Pernikahan ini untuk kita, dan saya hanya akan berusaha memberikan cinta yang saya miliki untuk kamu mengerti. Tapi apabila sampai pada saat sebelum pernikahan kantor kamu merasa tidak bisa bersama saya, maka akan saya lepas kamu. Karena saya tidak ingin pernikahan kita menjadi haram karena saya mengikat mu dan menyakiti hati kamu dalam sebuah pernikahan. Tolong percayakan saya untuk menjadi teman hidup mu dek Ayu."

"Ab aang saya tidak bisa berjanji untuk menjadi istri yang terbaik buat abang, namun saya akan berusaha menjadi teman hidup untuk abang." Yunda mencium tangan Iyas dan Iyas mengecup kening Yunda dengan lembut.

"Untuk nafkah batin akan saya berikan apabila kamu sudah siap menjadi istri saya Ayu, saya tidak akan memaksa. Saya juga tahu masa lalu kamu dan kepedihan yang kamu rasakan. Namun dek Ayu kalo boleh saya menyampaikan, saya tidak akan bisa menggantikan cinta pertama mu saya tahu, namun beri sedikit ruang di hati kamu untuk mengerti cinta saya pada kamu agar saya tak merasa gagal menjadi imam dan teman hidup mu. Saya tidak bisa berjanji untuk selamanya bersama mu, namun saya akan selalu berusaha membuat mu bahagia saat bersama saya sampai kamu bisa melupakan bagaimana rasanya pedih dan luka hatimu."
Kalimat Iyas begitu tenang dan teduh membuat Yunda yang begitu keras kepala dan tegar dapat meluruhkan harunya dalam seketika. Setiap yang di ucapkan Iyas iya saksikan dan dengarkan dengan khidmat.

'YA ALLAH ANDAI DIA LAH OBAT YANG ENGKAU BERI UNTUK MENUTUP DUKA KU TENTANG JOHAN DAN PAPA MAKA JADIKAN LAH AKU ISTRI DAN TEMAN HIDUP YANG PANTAS UNTUKNYA AMIN.' Batin Yunda memohon pada sang pemilik hati untuk melunakkan hati kerasnya yang telah menampik cinta yang nyata dari seorang Edyas Syailendra Kesuma.

DOA DALAM DUKA (3D)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang