PELANGI SETELAH HUJAN 🌈🌧️🌈

61 3 0
                                    

Betapa terkejutnya kedua orang tua bang Ayes, yang lebih aku rasa menjadi keluarga ku. Karena mayoritas perdebatan aku dan bang Ayes akan selalu aku yang menang karena kedua orang tuanya selalu mendukungku. Awal kurasa pernikahan ini akan menjadi neraka dalam hidupku, tanpa cinta, tanpa rasa, dan dengan trauma yg begitu mendalam. Namun aku tak bisa membayangkan kebahagiaan yang kini ku rasakan melebihi apapun yg ku miliki, betul kata papa, setiap yg mati akan hidup lagi, dan setiap yang menghilang akan bersemi kembali.

"Apa dek kamu hamil." Jawaban kompak kedua mertua ku membuat ku ngeri dengan tatapan menyelidik mereka.

"Iya yah, ibun Ayis hamil 12 minggu kata dokter." Jelas mas Ayes dengan senyum yang tak luntur terukir di wajahnya.

"Bang selamat ya, jaga Ayis dan cucu ayah baik2." Ujar ayah Kusya pada bang Ayes dengan elusan sayang pada rambutnya.

"Selamat ya anak cantik ibun akan jadi ibu, jaga kesehatan dan pola makan buat cucu ibun." Antusias  ibun Eddis memberi ucapan selamat dan nasehat pada ku.

"Makasih yah, ibun Ayis bahagia ada ayah dan ibun yg akan jaga Ayis di masa begini." Ucap ku sambil memeluk ibun Eddis.

"Nak apa boleh ibun menyarankan kan?" Permintaan ibun pada bang Ayes.

"Kenapa bun?"

"Nak, biarkan kalian tinggal di rumdin ibun sampai Ayis melahirkan bagaimana?"

"Kenapa bun, ibun ga percaya sama abang?"

"Bukan begitu nak, kehamilan pertama itu sangat riskan dan ibun pengen Ayis merasakan yang terbaik selama kehamilan nya. Dan jangan lupakan bang, abang adalah prajurit kita tak pernah tau kapan akan dikirimkan dalam tugas. Ibun hanya ingin bisa dekat dengan anak dan cucu ibun bang."

"Mas, Ayis setuju sama ibun, ini kehamilan pertama Ayis bang, Ayis harus banyak belajar dari ibun dan Ayis rasa dari sini ke kampus juga tidak jauh. Abang pun bisa lebih sering absen dan apel di bataliyon kalo kita disini."

"Bang betul juga kata ibun dan kata Ayis, dulu kehamilan abang, ibun sendirian dan hampir saja ayah menyalahkan diri ayah sendiri karena hampir kami kehilangan abang. Mungkin karena itu kamu lempeng kaya ayah bang."

"Memang kenapa abang ibun?"

"Ayah, kenapa harus ingatkan itu sih?"

"Gpp bun biar mereka mengerti betapa berartinya orang tua dalam kondisi kritis begitu."

"Jadi bang semua proses kehamilan pertama ibun sangat baik menurut ibun, sampai akhirnya 2 minggu sebelum HPL abang ayah harus berangkat dlm tugas operasi di tanah separatis. Sedangkan ibun sudah merasakan kontraksi palsu yang dua hari sekali terasa. Seminggu sebelum HPL ibun sendirian dengan bik minah, lalu ibun merasakan kontraksi yg terus menerus, ibun belum mengambil cuti melahirkan, karena memang rencana ibun saat melahirkan saja baru mengambil cuti sampai 3 bulan kedepan. Hari kedua sebelum melahirkan malamnya ibun merasa ada yang aneh karena ibun buang air kecil tanpa sadar dan mengeluarkan darah namun ibun mengecek pada bidan satuan secara ketuban masih utuh. Saat satu hari pukul 09.00 pagi ibun merasa sudah tidak nyaman, ibun mengambil ijin pada komandan untuk ke rumah sakit mengecek kandungan terakhir, saat sampai dokter RST dan di usg di pastikan ketuban ibun sudah tinggal sedikit dan ibun harus ditindak antara cesar atau normal dengan induksi. Karena ibun ingin melahirkan normal, maka ibun mengambil tindakan normal dengan induksi infus yang harus di naikan dosisnya setiap 30 menit. Ibun merasa abang akan kuat menunggu hingga akhirnya pada pukul 01.30 pagi di 5 Oktober abang lahir namun abang tidak menangis karena indikasi abang meminum air ketuban. Dan saat itu ibun meminta abang dalam pelukan ibun dan ibun sedot air ketuban yang abang minum sampai akhirnya abang menangis dengan begitu kencangnya seperti sekarang kalo meneriaki junior nya di lapangan sangat strong."

Begitu mellow Ayes dan Ayis mendengarkan perjuangan sang ibun yg harus menjalani semua ya sendiri, dan Ayes memeluk sang ibun dengan uraian air mata yang tak dapat ia tahan.

"Itulah, kenapa bang Ayah selalu berusaha membahagiakan ibu sereceh apapun karena, ayah tahu ayah tidak akan bisa menggantikan semua perjuangan yang dia lakukan demi ayah demi abang dan demi Ilyas. Atas berulang kali membuat hidup ibun dalam bahaya, namun cinta ibun pada ayah tak pernah berubah. Itu yg membuat ayah begitu bucin sama ibun bang."

"Bun, Maafin abang ya bun abang blm bisa jadi seperti apa yg ibun harapkan. Ibun sering terluka karena sikap lempeng abang."

"Ndak ada bang, abang adalah anak ibun yg selalu membanggakan, ibun yg selalu merasa belum bisa menjadi ibu yg baik buat abang dan Ilyas. Jadi mohon bang biar ibun bisa menebus dosa ibun pada abang melalui cucu ibun ya bang."

"Makasih ya bun sudah berjuang buat mas Ayes, Ayis mau disini sama ibun, bisa makan masakan ibun yang enak."

"Kembali kasih anak perempuan ibun, sekarang dah ga bisa bilang anak gadis ibun ya yah, soalnya dah ga gadis lagi. Hikshiks."

"Iiih ibun😣 kesel deh tetap donk anak gadis ibun." Kesal aku pada ibun Eddis.

"Iya bu dosen cantik, sekarang sudah ga boleh pake sepatu hils buat ngajar harus pake flate shose soalnya bahaya kalo jatuh resiko ke rahim yang masih rentan. Dan abang ga boleh ganggu ibunya baby sampai 16 minggu karena itu masa2 rentan setelah itu gempur terus juga boleh bang."

"Ih ibun vulgar, yah tolong istrimu di kondisikan mesumnya."

"Loooh kok ayah bang, kan kamu yang nyebutin mesum kok jadi ibun sama ayah yg jadi sasaran."

"Wkwkwkkwkwkk"

"Sabar ya bang puasa dulu 1 bln doank."
Puas ledekan ayah kusya dan ibun Eddis

Membuat Ayis pun tersenyum menatap Ayes dengan seringai mesum wkwkwkwkkwkwk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DOA DALAM DUKA (3D)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang