RUTINITAS KEMBALI👩🏻‍💻💂🏻‍♀️

72 5 1
                                    

Setelah satu hari full demam tak kunjung reda, namun dengan sabar Ayis melayani Ayes yang uring-iringan dan tak terlihat seperti tentara saat sakit.

"Eeemh".

"Sudah bangun mas, ayo bersih-bersih solat subuh dulu biar Ayis siapkan alat solat mas. Setelah itu Ayis siapkan sarapan untuk mas dan obat yang mas tetap harus minum."

"Dek".

"Apa mas Ayes?"

"Maafin mas ya dek".

"Nanti kita bicarakan setelah solat subuh ya mas".

"Ok dek." Ayis pun menyiapkan alat solat Ayes dan Ayes mengambil air wudhu dengan tatapan yang gelisah dan pikiran tak karuan dia akan terima apapun yang akan terjadi nanti termasuk dia siapkan hati apabila selamanya dia hanya bisa menjadi sahabat untuk gadis kecil yang selalu ia cintai dengan cara sederhana.

"Sudah solat nya mas." Tanya Ayis dengan anggun sambil menatap sang suami di hadapannya.

"Sudah dek."

"Sini mas duduk disamping adek kita harus selesaikan apa yang membuat semuanya blunder dari awal."

"Baik dek."

Tarikan nafas Ayis membuat Ayes gemetar. Ayes mengambil sikap dan duduk yang berjarak pada pujaan hatinya karena sikap dingin yang pura-pura di munculkan Ayis ke sang suami.

"Mas."

"Ya dek."

"Apa mas sudah siap untuk membahas semua ini?"

"Sudah dek."

"Boleh adek tau dulu apa doa yang mas baca selama sepuluh menit meminta pada Allah."

Dengan mengernyitkan dahi Ayes bingung, Ayis mengetahui ia berdoa segitu detil hingga waktu doa pun ia tau begitu banyak permintaan Ayes untuk dirinya.

"Doa untuk ayah ibun, semua keluarga kita, dan doa untuk kebahagiaan adek."

"Apa definisi bahagia menurut mas untuk adek."

"Disaat ketulusan itu muncul, tatapan penuh cinta mu kembali dan senyum yg menghilang 7 tahun ini kembali itu menurutku."

"Dan menurut mas apa yang membuat semua itu akan ada?"

"Saat adek jatuh cinta lagi."

"Lalu kenapa mas Ayes menghilang dan menyembunyikan cinta mas Ayes seumur hidup mas dari aku."

Keringan dingin mengalir dari tubuh Ayes yang melihat Ayis melemah dan menanyakan hal yang paling ia takuti.

"Mas tau semua itu penawar semua duka dan lara ku ada di mas, lalu kenapa mas pergi dari aku membuat aku mati dalam kehidupan. Kenapa mas begitu jahat mematikan cinta mu untuk melihat semu kebahagiaan ku."

"Maafin mas dek, mas terlalu pengecut untuk muncul dihadapan mu dan mengulurkan tangan untuk mu. Mas hanya menggantungkan semua doa dan harapan mas pada Tuhan."

"Tapi mas ndak taukan betapa tersiksa nya adek merindukan mas, menunggu mas dalam kesunyian bahkan mengunci senyum hingga lupa caranya bersenyum untuk dunia."

"Maafkan mas de." Dengan perlahan Ayes menarik tangan Ayis untuk masuk dalam dekapan Ayes untuk menenangkan tangis yang telah pecah. Ayis pun mendekap sang suami dengan erat, perlahan dengan sentuhan lembut Ayes, Ayis pun luluh dan menenangkan tangisnya.

"Jangan menangis lagi dek, maaf telah melukai mu selama ini, sepengecut ini aku tak berani menghadapi dirimu dek maaf."

"Jangan lepaskan adek lagi ya mas, apapun dan bagaimana pun Ayis tetap bersama Ayis ya mas sampai kita dipanggil sang Ilahi."

"Dek."

"Iya mas."

"I love you mas maaf adek yang bodoh tak sadar cinta yang mas beri."

"Kamu sudah ingat semua tentang kita dek."

"Sudah mas, jangan lepaskan adek lagi ya mas."

"Ga akan dek, ga akan pernah aku lepaskan cintaku buat mu lagi dek. Makasih atas cinta mu yang ada saat ini dek."

"Sama-sama mas."

"Dek ini kan masih jam 5 apakah boleh aku meminta cinta mu secara utuh."

"Hah apa mas sebentar ya mas." Ayis masuk kamar mandi dengan baju tidur piyama nya biasa, namun dia sudah menyiapkan sebuah baju haram karena dia sudah tau momen ini akan membuat berakhir dimana. Dia mencoba untuk bersolek dan memantaskan dengan baju haram yg dia tutupi dengan baju handuk diluar ya, dengan rambut yang basah dan wajah yang begitu cantik Ayes tertegun dengan penampilan Ayis yang berbeda.

"Mas sudah siap menjadi suami seutuhnya."
"Maksud adek?"
"Apa mas ga mau ambil kado pernikahan mas?"
"Boleh dek."
"Akan berdosa bagi adek menolak permintaan mas."
"Terimakasih sayang."

Subuh itu begitu indah bagi pasangan yang telah menyempurnakan ibadah mereka sebagai suami istri, hingga tak terasa mereka terbangun sudah pukul 9 pagi.

"Ayes baru bangun kamu mana anak ibun kok belum keluar dari habis subuh bahkan sarapan ga ada juga."

"Maaf bun Ayis ga bisa bantu ibun pagi ini soalnya."

"Eeemh ibun ngerti deh kamu main kasar sama Ayis ya?"

"Eeengg gak kok bun."

"Bun jangan gitu donk, harusnya bersyukur anak ibun ini sudah jadi suami seutuhnya. Ibun ga liat rambutnya masih basah, berarti harapan kita bisa jadi akung uti bisa kesampaian donk bun."

"Ih ayah kok gitu." Protes Ayes.

"Iya donk bang berarti ga sia-sia 35 tahun kamu mbujang dan sekarang udah pecah telorkan." Kusya tertawa keras meledek Ayes.

"Maaf ya bun Ayis ga bisa turun karena dia bilang sakit bun."

"Untung hari ini kamu masih disini bukan di bataliyon, biar Ibun liat anak perempuan ibun."

"Maaf bun." Eddis meninggalkan Ayes dengan berpura- pura kesal namun setelah melewati Ayes pun akhir nya tersenyum sumringah.

"Nak boleh ibun masuk."

"Boleh bun masuk aja ga dikunci kok."

"Gimana kondisimu Ayis?"

"Maaf ya bun ga bisa nemuin ibun di bawah, karena sakit bun."

"Makasih ya nak kamu terima segala kelemahan dan kekurangan Ayes."

"Itu sudah jadi kewajiban Ayis dan Ayis yang memilih menjatuhkan hati ke mas Ayes kok bun."

"Sayang Ayo ibun bantu kamu ke bathub dan kamu berendam itu akan menyembuhkan yang kamu rasa sayang."

"Ibun gpp bantu Ayis kotor ini."

"Gapapa sayang toh setiap ibu akan mengajari ini pada anak perempuannya yang sudah menapaki hidup dalam rumah tangga."

"Ibun makasih banyak, mungkin sejak kecil Ayis kehilangan mama, tapi selalu ada ibun disetiap pertumbuhan dan perkembangan Ayis. Bahkan sekarang Ayis merasa Ibun adalah ibun Ayis bukan seorang mertua untuk Ayis."

"Itu yang dari dulu kami selalu harapkan kamu akan tetap bahagia walau tanpa keluarga untuk."

Kebahagian dan perhatian yang diluapkan oleh keluarga Ramakusya untuk sang menantu Ayundya begitu luar biasa dan menjadi rutinitas yang selalu ada dalam jarak dekat maupun jauh, sampai waktunya Ayis harus mengikuti dinas sang suami di bataliyon 403 Jogjakarta.

Apasih yang kan terjadi setelah rutinitas kembali, sang wadanyon yang garang apakah lebih garang sang ibu wadanyon. Dan adakah yang penasaran bagaimana ibu dosen dengan jam mengajarnya? Di tunggu ya bye bye.....

DOA DALAM DUKA (3D)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang