Part 1 - That Day

14.7K 169 7
                                    

Hari itu, aku sedang duduk di meja belajarku sambil memandang keluar jendela dan melihat langit berwarna biru muda yang dipenuhi dengan awan. Aku tersenyum karena seperti sedang melihat setumpuk gulali putih. Jane sepupu-ku, yang sedang bermain di rumahku, sedang berada di atas ranjangku sambil membaca majalahnya dengan asik.

Tiba-tiba dia memutuskan untuk menutup majalahnya, “Hey Michelle.”

“Yaa??” Aku terlalu malas untuk membalikkan tubuhku menghadapnya karena aku juga sedang asik bermain dengan Macbook-ku.

“Apakah ada seseorang yang kamu sukai?”

Aku yang sedang menatap layar Macbook-ku langsung terdiam dan dengan kaku aku pelan-pelan memutar kursiku untuk menghadap Jane. Jane hanya menatapku lekat-lekat dengan mata belo-nya yang berwarna coklat tua seakan-akan sedang menunggu untuk jawabanku. Jane mempunyai wajah yang bulat dan badan yang agak gemuk, walau bagaimanapun Jane tetap terlihat manis berada di atas ranjang-ku dengan sprei motif bunga-bunga.

Apa aku salah dengar ya. Akhir-akhir ini telingaku memang sepertinya sedang bermasalah.

“Chelle?” Jane memanggil dengan nama kecilku.

“Eh, iya??”

“Kamu dengerin aku ga sihh?” tanyanya sewot

“Oh! iya maaf lagi bengong. Tadi tanya apa?” kataku kaget.

“Aku tadi tanya kamu lagi ada suka sama seseorang ga?” Jane menaikkan alisnya.

Ternyata telingaku tidak bermasalah. Walaupun aku selalu menganggap Jane sebagai kakak-ku sekaligus sebagai teman curhatku. Tapi aku tidak bisa berkata apa-apa karena sampai detik ini belum ada seseorangpun yang pernah menanyai-ku pertanyaan ini. Bahkan sahabat yang paling dekat denganku-pun tidak pernah menanyaiku pertanyaan ini. Bisa dibilang Jane adalah tipe orang yang lebih blak-blakan.

Aku bukanlah orang yang gampang jatuh cinta kepada seseorang karena selama 15 tahun dari hidup-ku, aku belum pernah suka kepada seseorang apalagi pacaran dengan seseorang. Selama ini, aku selalu berpikir bahwa diri-ku tidak ‘laku’, karena tidak banyak lawan jenis yang tertarik kepada-ku. Bahkan anak laki-laki di kelas angkatan-ku, tidak ada sama sekali yang punya intensi untuk mengejarku.

Kupikir walaupun aku tidak cantik tapi bisa dibilang aku juga tidak buruk rupa. Aku hanyalah gadis kurus dengan tampang yang sangat biasa. Aku mempunyai mata yang bulat dengan bola mata yang hitam, hidungku sedikit mancung dengan wajah yang kecil dan rambut hitam yang lurus dan panjang. Pernah satu kali seorang laki-laki dari dunia maya suka kepadaku melalui game online yang aku mainkan dan tentu saja aku menolaknya mentah-mentah. Bisa dilihat kehidupan percintaan-ku memang sangatlah menyedihkan.

Jane masih memandang-ku dengan kedua alisnya yang naik seakan-akan menunggu untuk kata-kata yang akan keluar dari mulut-ku.

“Kamu ada orang yang kamu sukai memangnya?” tanya-ku kepada Jane karena tidak tahu harus menjawab apa. Dan pada saat itu semua terlihat jelas tanpa jawaban langsung dari Jane. Muka Jane langsung merah padam seperti kepiting rebus.

“Ohhhh! jadi ada yaaa. Siapa nih?? Cepat beritahu aku,” ledek-ku kepada Jane.

Sekarang kedua alis Jane menempel dengan tampangnya yang cemberut karena aku berhasil membaca pikiran Jane dengan tepat. “Aku beritahu siapa namanya tapi kamu harus merahasiakan ini kepada siapapun ya!” kata Jane.

“Iya iya, kamu boleh percaya padaku untuk masalah menyimpan rahasia”

“Namanya Nick,” kata Jane malu-malu.

“Apa? Nick temanmu yang waktu itu pernah main ke rumahku?” Aku ingat pernah bertemu dengan Nick karena dia pernah datang sekali ke rumahku tahun lalu karena Jane pernah mengundangnya ke acara makan-makan di rumah-ku.

Forever and Always (Michelle's POV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang