Part 10 - Nice Guy

8.5K 165 37
                                    

“Michelle, aku tahu kamu tidak punya pacar sekarang. Tapi apakah kamu ada seseorang yang kamu sukai?? Jeremy, cepat beritahu aku!” Kata David bertanya kepada Jeremy tentang true love-ku dengan nada yang sangat bersemangat.

“Well... You kno..”

“Kenapa kamu ingin tahu banget, David?” Dengan sengaja aku memotong Jeremy yang belum selesai menyelesaikan kalimatnya. Tidak mungkin kan dia tahu perasaanku yang menyukai Jeremy??? Hatiku tidak tenang sekarang.

“Hm, karena kamu masih tetap saja jomblo dari dulu sampai sekarang. Jadinya aku penasaran apakah kamu ada seseorang yang kamu sukai,” Kata David yang sangat penasaran.

Ugh, aku merasa terganggu. Kehidupan cintaku memang menyedihkan karena siapa sih yang akan suka kepada cewek yang super kurus dengan muka sangat standar sepertiku ini? David, lelaki yang aku sukai itu Jeremy. Yeah, aku hanya berani mengatakan ini di dalam hatiku saja.

“Kamu tidak sadar, David? Michelle kan selalu suka padamu,” Kata Jeremy yang bercanda.

“Ha ha, lucu sekali kau, Jeremy. Aku pikir kamu beneran tahu Michelle suka sama siapa,” kata David dengan ekspresi kecewa yang dibikin-bikin.

“Hahaha, aku bercanda kok,” kata Jeremy polos.

Aku hanya menunduk tidak bisa memandang Jeremy. Aku pikir dia tahu perasaanku tetapi yang Jeremy inginkan adalah untuk aku berpacaran dengan David. Walaupun aku dan Jeremy sudah sangat dekat, Jeremy tetap tidak punya perasaan apa-apa denganku. Jeremy bisa dengan entengnya menjodohkan aku dengan David, padahal aku hanya punya perasaan ini kepada Jeremy. Walaupun Jeremy terdengar bercanda tetapi entah kenapa bisa membuatku begitu sedih.

Gawat, sekarang pandanganku sudah buram terhalang dengan air mataku. Aku menahan diriku untuk tidak meneteskan air mata. Tapi sepertinya usahaku sia-sia. Ugh, kalau mereka melihatku menangis, mereka pasti akan menanyai aku macam-macam. Aku masih menunduk menghalangin mukaku dengan trambutku yang panjang agar mereka tidak bisa meliht wajahku.

“Mic?” Aku mendengar suara Jeremy yang bertanya-tanya kenapa aku tiba-tiba diam

“Kamu tidur ya?” David yang masih menganggap ini bercanda

aku tidak ingin mereka melihatku menangis. Aku berdiri sambil menundukan kepalaku lalu dengan cepat pergi menuju keluar kelas. Aku bisa mendengar suara Jeremy yang memanggil namaku.

Tentu saja, tempat yang tepat untuk saat-saat seperti ini adalah.. toilet.

--------

Huh, aku jadi sensitif banget dengan semua hal yang berhubungan dengan Jeremy, padahal sebelumnya aku tidak pernah begini. Belum sempat aku mengeringkan air mataku, bel di sekolah sudah berbunyi menandakan jam istirahat telah selesai.

Sekarang aku panik karena mana mungkin aku bisa masuk kelas dengan mukaku yang masih merah lebam begini. Aku buru-buru mencuci mukaku. Aku harus cepat balik ke kelas karena sekarang adalah pelajaran guru yang super galak.

Aku baru saja keluar dari toilet wanita dan aku sudah melihat Jeremy di depan yang terlihat sepertinya sedang menungguku. Aku tetap menunduk berharap dia tidak melihatku dan jalan melewatinya.

“Mic!” Jeremy yang memanggilku

Sudah kuduga, Jeremy pasti tetap akan mengenaliku walaupun aku menunduk.

“Yes?” Aku membalas Jeremy sambil berusaha terlihat normal dengan menengok kebelekang melihat Jeremy yang berusaha mengejarku untuk berjalan di sampingku. Dengan cepat, Jeremy sudah berjalan di samping kananku.

“Are you okay?” Tanyanya sambil berusaha melihat wajahku karena aku berusaha menghindari wajahnya dengan melihat ke arah kiriku.

“Yeah, tentu saja aku baik-baik saja. Kenapa memangnya?” Stop menanyaiku macam-macam sebelum aku menangis lagi.

Forever and Always (Michelle's POV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang