“Hey Michelle, pinjam buku catatan Matematika-mu dong,” kata David yang duduk di belakang Jeremy.
David adalah teman laki-laki yang paling dekat denganku. Dia adalah orang yang paling usil yang pernah aku kenal, tapi dia baik hati. Aku menengok ke belakang melihat anak lelaki berkacamata dengan kulit sawo matang yang tingginya hampir mirip denganku.
“Kenapa pinjem-pinjem?” tanyaku sambil bercanda
“Karena tulisan kau yang paling jelek,” jawabnya langsung
“Pinjam orang lain punya!” kataku sambil mengerutkan alis-ku
“Hahaha! Bercanda-bercanda. Karena tulisanmu paling gampang dibaca” katanya dengan muka yang memohon-mohon.
“Dasar!” Aku menghela napas dan memberikan buku-ku padanya.
“Wah yang lagi jadi bahan pembicaraan” Kata Jeremy tiba-tiba
Kupikir Jeremy berbicara kepada orang lain tapi dia melihat ke arahku. “Hah?” kataku bingung tidak mengerti apa maksudnya.
“Tapi kalian memang kelihatan cocok loh” katanya sambil menunjukku dan David dengan jari telunjuknya.
Sekarang aku mengerti apa maksudnya. David dan aku memang sangat dekat karena kami sudah berteman sejak 3 tahun lalu. Walaupun kami dekat tapi aku tidak punya perasaan apa-apa kepada David; dan begitu juga David. Kedekatan kami membuat hampir semua orang menjadi salah paham. Dan sekarang Jeremy juga jadi ikutan salah paham.
Aku melihat ke arah David yang tidak bereaksi dengan anggapan Jeremy dan terus menyalin bukunya.
“Kami tidak pacaran tau! Kami hanya teman!” Kataku dengan tegas dan lumayan kencang yang membuat beberapa orang di sekitarku melihat ke arahku.
“Hahaha! iyah tenang dong. Reaksimu lucu banget.” katanya sambil tertawa terbahak-bahak
“IHHH!” kataku yang pura-pura kesal. Reaksiku tidak lucu sama sekali; bikin malu sih iya.
‘Yang aku suka itu kamu, bodoh,’ kalau aku mengatakan itu padanya, aku pasti sudah gila dan Jeremy juga akan menganggapku gila karena saat ini Jeremy jelas tidak punya perasaan apa-apa padaku karena dia malahan ingin menjodohkan aku dengan David.
“Hey, by the way, ....” Kata Jeremy yang berhenti tiba-tiba karena teman se-gengnya memanggil, memotong pembicaraan kami.
“Bolos yuk, kita semua mau bolos nih!” kata temannya itu. Kupasang telinga besar-besar untuk mendengar pembicaraan mereka. Maaf, bukan bermaksud untuk menguping tapi apapun hal yang berkaitan dengan Jeremy, aku jadi ingin tahu.
“Bolos?! Kita ini lagi di kelas!” aku berteriak di dalam pikiranku. Teman-teman Jeremy memang bandel-bandel.
“Ah! gua enggak deh. Udah ketinggalan banyak pelajaran nih” kata Jeremy yang menolak dengan secara halus.
“Ahh.. Gak seru nih!” Kata mereka sambil bercanda lalu pergi keluar kelas, tidak mempedulikan guru kami yang memanggil-manggil mereka untuk kembali masuk ke kelas.
Aku kaget bukan karena teman Jeremy yang sangat berani tidak mempedulikan guru; tetapi aku kaget sekali karena Jeremy menolaknya. Dan aku tahu dia tidak ketinggalan pelajaran. Aku selalu memperhatikannya mencatat di setiap pelajaran dan dia selalu hadir di kelas. 'Jeremy, kenapa kau perfect sekali?' pikirku
Jeremy berbalik menghadapku seakan-akan mendengar suara pikiranku. “Sampai dimana kita?” katanya dengan bola mata yang memandang ke atas sambil memikir.
“Ohh!” Mata Jeremy membesar seakan-akan dia mengingat sesuatu. “By the way.. Minta pin Blackberry Messanger kamu dong”
Sumpah aku bisa merasakan detak jantungku yang sedang berdetak sekarang karena aku sama sekali tidak menduga dia akan meminta pin BB-ku. Aku kelewat senang sekarang; walaupun ini juga tidak menjamin dia akan memanggil-ku di BBM.
“Err.. Aku tidak ingat.” Otak-ku memang kurang bagus karena setiap kali aku menghafal sesuatu, aku selalu melupakannya beberapa hari setelahnya. “Nih!” kataku sambil memberikan Blackberry-ku padanya, “tolong add-in ya”
“Hahaha. Kau ini.. masa tidak hafal” dia mengambil Blackberry-ku dan mengutak-atik untuk menyalin pin-ku di Blackberry-nya.
“Awass! Jangan ketawan guru” kataku dengan suara kecil
“Kalau ketawan ya Blackberry-mu paling disita” katanya bercanda dengan sambil melihat ke dua Blackberry kami di tangan kanan dan kirinya.
Aku tertawa, “Awas yaa!”
“Bahaha! setelah dilihat-lihat display picture kamu yang lagi ketawa ini mirip sekali sama kucing” Jeremy terbahak-bahak sambil menunjuk-nunjuk memperlihatkan display picture-ku sendiri.
“Meledekk ya! Siapa suruh lihat-lihat display picture orang tanpa seijinnya. Denda!” kataku sambil berusaha merebut Blackberry-ku.
“Haha nih. Sudah aku add ya. Kau tinggal accept” katanya sambil memberikan kembali BB-ku.
“Kalau aku reject gimana?” tanyaku langsung dengan wajah serius yang dibikin-bikin.
“Aku akan add terus sampai kau accept” katanya dengan muka cemberut
Aku tersenyum lebar dan memandang ke layar Blackberry-ku dan memencet tanda ‘Accept’.
![](https://img.wattpad.com/cover/4016227-288-k549144.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever and Always (Michelle's POV)
Roman d'amourMichelle adalah seorang anak perempuan polos yang tidak pernah jatuh cinta selama 15 tahun. Sedangkan, Jeremy adalah tipe pria idaman setiap wanita. Forever and Always menceritakan tentang cinta bertepuk sebelah tangan Michelle terhadap Jeremy. Apak...