5

31 5 0
                                    

Abi membawa Pelita ke parkiran, Pelita hanya mengikutinya dengan langkah pelan karena lemas.

"Tunggu di sini sebentar," ucap Abi, Pelita tidak menjawab karena dia benar-benar lemas.

Abi pergi untuk membawa mobilnya, setelah itu dia menghampiri Pelita.

"Masuk," ucap Abi.

Pelita mengerutkan keningnya, Abi terlihat mendengkus. Dia turun dari mobilnya lalu membukakan pintu untuk Pelita.

"Cepetan, panas," titah Abi kembali karena Pelita masih diam mematung.

Akhirnya Pelita masuk ke dalam mobil, begitupun Abi.

Abi menyalakan mesin mobil, lalu melajukannya keluar dari sekolah.

"Kita mau ke mana, Kak?" tanya Pelita yang kebingungan.

"Rumah sakit," jawab Abi.

"Ngapain?"

"Lompat dari gedungnya," ucap Abi membuat Pelita menatap kaget pada Abi.

Abi yang menyadari itu terkekeh, "Ke rumah sakit ya mau berobat, kalau ke rumah sakit mau bunuh diri itu lo," ledek Abi membuat Pelita mendelik.

"Itu juga disuruh siapa," ucap Pelita kesal.

Abi yang mendengar itu menatap sekilas Pelita yang sedang menatap keluar.

"Kita balik lagi ke sekolah aja, Kak. Aku gapapa, kok," ucap Pelita.

"Gue udah izinin lo ke walikelas lo, tenang aja. Lo harus diperiksa, demam lo belum turun-turun, kalau ada apa-apa gue yang merasa bersalah karena tadi lo pingsan karena gue."

"Tapi aku demam bukan karena Kakak," ucap Pelita.

"Nurut aja bisa?" ucap Abi membuat Pelita terdiam.

Setelahnya hening tidak ada percakapan apapun hingga mereka sampai di rumah sakit Federan.

Abi turun lebih dulu, lalu membukakan pintu untuk Pelita. Saat Pelita hendak turun Abi mengulurkan tanggannya untuk membantu Pelita, tanpa ragu Pelita menerima uluran tangan Abi.

Pelita berjalan masuk ke dalam rumah sakit dengan dibantu Abi. Saat mereka sampai di dalam seorang dokter perempuan yang terlihat masih muda menghampiri Abi.

"Abi, ada apa?" tanya dokter itu.

"Teman saya sakit, Dok, bisa tolong periksa?" jawab Abi, dokter itu beralih pada Pelita yang terlihat sangat pucat.

"Oh ayok ikut saya, Sus bantu dia."

Pelita dibawa suster itu, Abi mengikutinya dari belakang.

"Pacar kamu?" tanya dokter itu yang berjalan bersama Abi di belakang Pelita.

"Ck! Bukan," jawab Abi.

Dokter itu menanggapi seperti tidak percaya dengan jawaban Abi. Pelita bisa mendengar percakapan mereka, dia bertanya-tanya apa hububgan keduanya.

***

Setelah selesai diperiksa, Pelita harus rawat inap karena dia harus diinfus. Pelita yang mendengar itu menolak, selain karena dia takut orang tuanya marah dan bingung dia harus berkata apa kepada mereka, dia juga tidak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit.

"Kak pulang aja, aku gapapa kok, cuma butuh istitahat di rumah aja," ucap Pelita.

"Dokternya kan bukan lo, dokter tadi bilang harus dirawat inap. Lo harus diinfus badan lo lemes kan?"

"Tapi, Kak—"

"Kenapa bawel banget sih, tinggal nurut aja gak usah banyak protes, ini juga buat kesehatan lo," ucap Abi membuat Pelita menunduk. Dokter yang sedari tadi melihat itu menghampiri mereka.

REDUPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang