Pelita sampai di Cafe yang sudah Abi sharelock, dia masuk ke dalam. Cafe itu cukup ramai, Pelita mengedarkan pandangannya mencari Abi.
Dia melihat Abi melambaikan tangannya, dia menghampiri meja Abi dan teman-temannya.
"Ini, Kak." Pelita memberikan flashdisk Abi.
"Makasih banget, Ta, untung ada lo," ucap Abi lega.
"Sama-sama, Kak. Kalau gitu aku pulang dulu ya," ucap Pelita.
"Loh kok buru-buru amat, Ta. Baru juga sampe," ucap Arden. Pelita hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, mau bagaimana lagi dia ke sini hanya untuk memberikan flashdisk Abi.
"Iya, Ta. Diem dulu aja di sini, nanti aja pulangnya bareng Abi, udah malem juga," ucap Dito.
"Ah ga-gak usah Kak." Pelita tidak enak jika harus ada diantara mereka, mereka di sini juga untuk rapat membahas ekskul kan.
"Bener kata Dito, Ta. Lo pulang bareng gue aja nanti, eh tapi gapapa nungguin gue soalnya pasti agak lama?" ucap Abi.
Pelita menjadi bingung, tapi jika ia pulang ke rumah tante Hana pun dia akan bosan juga di rumah.
"Gapapa sih Kak, aku juga gak ada kegiatan," jawab Pelita pada akhirnya.
"Loh gak bisa gitu dong, kita kan di sini mau rapat bukan nongkrong. Pelita memang anggota ekskul musik, tapi rapat kita kan cuma boleh anggota inti yang tau," ucap Cesyil terlihat kesal.
Sudah Pelita duga, sejak kedatangan Pelita Cesyil seperti tidak menyukainya. Terlihat jelas dari raut wajahnya, tapi saat perkenalan tempo hari di depan anggota lainnya dia terlihat sangat ramah, benar-benar berbeda.
"Bener juga, sih," ucap Arka.
"Ma-maaf Kak, kalau gitu aku pulang aja."
"Sebentar, ini udah malem, Ta. Lo bisa tunggu di meja sana, dari pada lo pulang sendiri nanti gue bisa dimarahin bunda juga," ucap Abi.
"Oh iya lagian ada yang perlu dibahas juga sama lo, selesai ini sekalian aja kita bahas untuk pentas, Bi," ucap Arka.
"Ah iya, bener juga." Abi baru ingat.
"Pentas apa, Kak?" tanya Pelita bingung.
"Jadi–"
"Ini kita mulainya kapan? Udah malem gini." Cesyil kembali bersuara, dia sangat jengah sedari tadi melihat mereka.
"Nanti kita bahas setelah ini, Ta. Lo gapapa nunggu di sana?" ucap Abi.
"Gapapa, Kak. Emm kalau gtu aku ke sana dulu ya Kak,"
"Lo pesen aja apa yang lo mau, gue yang traktir karena udah bantuin gue bawain flashdisk."
"Makasih, Kak."
Pelita pergi ke meja paling pojok, dia menjadi tidak mood melihat sikap Cesyil seperti itu. Dia pikir Cesyil itu baik, ramah, dan friendly. Ternyata berbanding terbalik dengan yang dibayangkan.
Pelita memesan coklat panas, sambil menunggu dia memainkan ponselnya. Orang tua nya belum menghubunginya juga. Pelita lega, karena jika orang tuanya menghubunginya paling-paling cuma untuk memarahinya.
Ketika orangtuanya bertengkar mereka pasti tidak mempedulikan Pelita ada atau tidak, Ibunya jika pulang akan langsung tidur dan Ayahnya sudah pasti tidak akan pulang beberapa hari.
****
"Oke semuanya selesai, berarti udah fiks ya temanya udah sesuai. Yang perform kita sama tambahan Pelita dan Airin, minggu ini kita mulai latihan. Proposalnya biar besok gue print dan kasih ke Bu Jihan," jelas Abi, semuanya mengangguk mengiyakan.
"Bi tuh kayaknya Pelita tidur deh," ucap Arden melihat Pelita yang menelungkupkan wajahnya.
Abi menengok ke meja Pelita, sepertinya benar Pelita tertidur. Ini memang sudah pukul sebelas malam, kasihan Pelita menunggu lama.
"Kalian pulang duluan aja, biar nanti gue yang bilang ke Pelita tentang pentas, atau gak besok kita bahas sekalian sama Airin," ucap Abi.
"Bi gue bareng lo ya pulangnya."
"Sory syil, gue bawa motor bukan mobil, gak mungkin bawa lo gue kan sama Pelita. Lo bareng yang lain aja ya," ucap Abi.
"Bareng gue aja, Syil," ucap Arden.
"Oke," jawab Cesyil kecewa.
"Kita duluan ya, Bi," Pamit Arka.
"Oke, hati-hati."
Mereka semua pergi meninggalkan Abi, Abi segera menghampiri meja Pelita. Ini sudah pukul sebelas malam, kasian Pelita pasti bosan menunggu lama.
Abi duduk di depan Pelita, dia bingung harus membangunkannya atau tidak. Tapi, ini sudah malam cafe ini tutup jam 12.
"Ta," ucap Abi dengan pelan sambil menggoyangkan lembut tubuh pelita.
Pelita mengangkat kepalanya, mengerjap ngerjapkan matanya.
"E-eh Kak, udah selesai rapatnya? Maaf aku ketiduran," ucap Pelita.
"Gue yang harusnya minta maaf, rapatnya kelamaan jadi lo harus ketiduran di sini."
"Gapapa Kak."
"Yaudah ayok pulang udah malem banget, Bunda pasti khawatir."
"Iya, Kak."
Pelita dan Abi pergi ke parkiran, Abi tidak membawa mobil karena untuk menghindari kemacetan.
Sebelum menaiki motornya Abi membuka jaket yang ia kenakan dan memberikannya pada Pelita.
"Pake," ucap Abi menyodorkan jaket itu.
Pelita menerimanya tanpa ada drama babibu seperti dalam novel novel romance, dia tahu pasti dingin dan dia memakai kaos pendek. Lebih baik menerima kebaikan Abi dengan senang hati dari pada berdebat dulu.
"Tumben gak nolak dulu," ucap Abi sambil menyalakan motornya.
"Buat apa, orang di jalan pasti dingin," ucap Pelita, lagipula Abi memakai kaos panjang, jadi Pelita juga tidak akan merasa tidak enak.
Abi cukup kagum dengan gadis ini, terkadang terlihat pemalu, introvert, tapi terkadang blak-blakan.
"Gak naik?" ucap Abi yang melihat Pelita masih diam.
"Eh-iya." Pelita naik ke atas motor.
"E-eh Kak jangan langsung pulang," ucap Pelita tiba-tiba membuat Abi mengurungkan niatnya untuk melajukan motornya.
"Kenapa?"
"Emm besok kan sekolah, aku mau ke rumah ngambil baju sama buku buat besok," ucap Pelita dengan ragu.
"Emangnya ortu lo gak akan marah?" tanya Abi memastikan.
"Kayaknya mereka gak akan tahu juga aku ada di rumah atau enggaknya, biasanya abis berantem Ibu gak akan peduli sama siapa aja yang ada di rumah, dan Papa pasti gak pulang." Abi menjadi bingung harus berkata apa, dia merutuki dirinya yang bertanya kenapa dia tidak langsung menuruti Pelita saja.
"Oke," jawab Abi, tanpa menunggu lama Abi melajukan motornya meninggalkan cafe. Jalanan cukup sepi, mungkin karena sudah malam.
-----------
Hai guys, gak bosen ucapin terima kasih karena udah mampir, semoga suka<3 jangan lupa vote sama comment okey<3
KAMU SEDANG MEMBACA
REDUP
Teen Fiction"Ragaku utuh, tetapi tidak dengan jiwaku yang telah runtuh." -Pelita Anatasya